Warga Pangalengan Sudah Sering Mengungsi
A
A
A
BANDUNG - Sebelum terjadi longsor di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, warga setempat ternyata sudah sering mengungsi. Itu lantaran kondisi sekitar rawan longsor sejak dua bulan terakhir.
"Kalau hujan, warga pasti ngungsi karena takut terjadi longsor. Ngungsinya di lapangan, sekira satu kilometer dari lokasi (longsor)," kata Ai, salah seorang warga, saat ditemui di RS Al Islam, Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (6/5/2015).
Bahkan, dalam satu bulan terakhir, warga semakin sering ngungsi karena curah hujan cukup tinggi. "Setiap malam, kami sebagai warga juga kepikiran terus takut tiba-tiba terjadi longsor," ungkapnya.
Dia mengaku, warga sudah mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi longsor tidak menimbulkan korban jiwa. Warga sering patroli malam, dan menyebar ke beberapa titik di lokasi yang rawan longsor.
"Jika sewaktu-waktu longsor mengancam, kentongan siap dibunyikan sebagai tanda agar warga segera mengungsi," jelasnya.
Warga juga sudah berupaya meminta pihak PT Geothermal Star Energy untuk mencari solusi terkait hal itu. Tapi tidak ada respon. "Malah beberapa pegawai menertawakan warga kalau lagi ngungsi. Katanya mau pada kemana ceu," terangnya.
Bahkan, saat longsor terjadi tidak ada pihak dari PT Gheotermal Star Energy yang membantu warga melakukan evakuasi. Saat itu, sesama warga berjibaku demi menyelamatkan para korban yang tertimbun.
"Makanya kesal. Enggak ada perhatian sama sekali. Waktu kejadian juga pada sibuk menyelamatkan diri. Tidak ada yang membantu warga," sesalnya.
Bantuan evakuasi baru datang sekira pukul 18.00 WIB. Saat itu, Tim Gabungan dari TNI/Polri, BPBD, dan beragai pihak terkait berusaha melakukan evakuasi terhadap para korban.
Disinggung soal perhatian PT Geothermal Star Energy pada warga sekitar sejak berdiri 20 tahun lalu, dia belum merasakan ada perhatian dari perusahaan tersebut.
"Kesal aja. Enggak ada perhatian sama sekali. Yang kerja di sana juga enggak ada warga setempat. Warga setempat mah kebanyakan jadi buruh tani," jelasnya.
Hal itu dibenarkan Yana Karyana (43), warga lainnya. Dia menyayangkan perusahaan yang berdiri megah di lokasi warga itu, tidak memberikan kesempatan warga setempat untuk bekerja.
"Enggak ada itu ngajak warga sekitar untuk kerja di sana. Yang kerja di sana warga luar (Margamukti) semua," cetusnya.
Sementara itu, hingga kini, pihak PT Geothermal Star Energy belum ada yang menemui para korban dan keluarganya yang ada di RS Al Ihsan. "Belum ada sampai sekarang," ujar Yana.
Dia pun berharap biaya pengobatan ditanggung oleh PT Geothermal Star Energy maupun pihak terkait lainnya. Sebab peristiwa itu terjadi bukan karena kelalaian warga setempat.
"Saya berharap biaya pengobatan segera ditanggulangi. Rumah-rumah warga juga tolong dipikirkan, karena banyak yang hancur," pungkasnya.
Baca juga:
Ledakan Longsor Pangalengan Akibat Pipa Gas Terputus
Update Longsor Pangalengan, 4 Tewas 9 Masih Tertimbun
Longsor Pangalengan, 123 Orang Masih Mengungsi
Kesaksian Koran Longsor Pangalengan: Seperti Kiamat!
"Kalau hujan, warga pasti ngungsi karena takut terjadi longsor. Ngungsinya di lapangan, sekira satu kilometer dari lokasi (longsor)," kata Ai, salah seorang warga, saat ditemui di RS Al Islam, Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (6/5/2015).
Bahkan, dalam satu bulan terakhir, warga semakin sering ngungsi karena curah hujan cukup tinggi. "Setiap malam, kami sebagai warga juga kepikiran terus takut tiba-tiba terjadi longsor," ungkapnya.
Dia mengaku, warga sudah mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi longsor tidak menimbulkan korban jiwa. Warga sering patroli malam, dan menyebar ke beberapa titik di lokasi yang rawan longsor.
"Jika sewaktu-waktu longsor mengancam, kentongan siap dibunyikan sebagai tanda agar warga segera mengungsi," jelasnya.
Warga juga sudah berupaya meminta pihak PT Geothermal Star Energy untuk mencari solusi terkait hal itu. Tapi tidak ada respon. "Malah beberapa pegawai menertawakan warga kalau lagi ngungsi. Katanya mau pada kemana ceu," terangnya.
Bahkan, saat longsor terjadi tidak ada pihak dari PT Gheotermal Star Energy yang membantu warga melakukan evakuasi. Saat itu, sesama warga berjibaku demi menyelamatkan para korban yang tertimbun.
"Makanya kesal. Enggak ada perhatian sama sekali. Waktu kejadian juga pada sibuk menyelamatkan diri. Tidak ada yang membantu warga," sesalnya.
Bantuan evakuasi baru datang sekira pukul 18.00 WIB. Saat itu, Tim Gabungan dari TNI/Polri, BPBD, dan beragai pihak terkait berusaha melakukan evakuasi terhadap para korban.
Disinggung soal perhatian PT Geothermal Star Energy pada warga sekitar sejak berdiri 20 tahun lalu, dia belum merasakan ada perhatian dari perusahaan tersebut.
"Kesal aja. Enggak ada perhatian sama sekali. Yang kerja di sana juga enggak ada warga setempat. Warga setempat mah kebanyakan jadi buruh tani," jelasnya.
Hal itu dibenarkan Yana Karyana (43), warga lainnya. Dia menyayangkan perusahaan yang berdiri megah di lokasi warga itu, tidak memberikan kesempatan warga setempat untuk bekerja.
"Enggak ada itu ngajak warga sekitar untuk kerja di sana. Yang kerja di sana warga luar (Margamukti) semua," cetusnya.
Sementara itu, hingga kini, pihak PT Geothermal Star Energy belum ada yang menemui para korban dan keluarganya yang ada di RS Al Ihsan. "Belum ada sampai sekarang," ujar Yana.
Dia pun berharap biaya pengobatan ditanggung oleh PT Geothermal Star Energy maupun pihak terkait lainnya. Sebab peristiwa itu terjadi bukan karena kelalaian warga setempat.
"Saya berharap biaya pengobatan segera ditanggulangi. Rumah-rumah warga juga tolong dipikirkan, karena banyak yang hancur," pungkasnya.
Baca juga:
Ledakan Longsor Pangalengan Akibat Pipa Gas Terputus
Update Longsor Pangalengan, 4 Tewas 9 Masih Tertimbun
Longsor Pangalengan, 123 Orang Masih Mengungsi
Kesaksian Koran Longsor Pangalengan: Seperti Kiamat!
(san)