Bukan SMK tapi Buka Jurusan Pengeboran Minyak

Rabu, 06 Mei 2015 - 11:10 WIB
Bukan SMK tapi Buka...
Bukan SMK tapi Buka Jurusan Pengeboran Minyak
A A A
BANTUL - Nekat, mungkin itulah yang pantas disebutkan kepada pengelola Madrasah Aliyah (MA) Asyifa di Ganjuran, Kecamatan Bambanglipuro.

Bagaimana tidak nekat, mereka berani membuka jurusan pengeboran minyak dan gas bumi. Padahal, dengan status MA mereka masih di bawah koordinasi Departemen Agama dan bukan sekolah kejuruan. MA yang berada di bawah garis koordinasi Pondok Muhammadiyah Asyifa ini nekat membuka program pengeboran minyak dan gas bumi karena merasa hal tersebut adalah peluang.

Mereka ingin mendobrak berbagai kebiasaan-kebiasaan di dunia pendidikan selama ini. Meskipun mereka yakin, obsesi mereka tersebut akan mengalami jalan terjal untuk urusan birokrasi. Kepala MA Asyifa, Akhid Widi Ramanta mengungkapkan, awalnya memang mereka belum terpikirkan untuk membuka jurusan khusus seperti pengeboran ini.

Hanya saja, awal tahun ini mereka mendapatkan tawaran dari para alumnus jurusan perminyakan UPN Veteran Yogyakarta tahun 1985 untuk membuka jurusan ini. “Saya langsung terima, ini peluang sekaligus tantangan,” kata Akhid. Dia memutuskan nekat kerja sama dengan para alumnus tersebut meski tahu jika jurusan keterampilan pengeboran minyak dan gas sama sekali belum pernah ada di sekolah DIY.

Namun dia yakin, pembukaan jurusan ini merupakan salah satu upaya dari MA Asyifa untuk turut membantu memecahkan permasalahan pendidikan yang ada saat ini. Pihaknya sangat menyadari saat ini fenomena boomingsekolah menengah kejuruan (SMK) sedang terjadi. Jurusan-jurusan seperti otomotif dan mesin menjadi yang paling banyak dipilih oleh pengelola SMK untuk memberi alternatif pendidikan di kabupaten ini.

Namun di satu sisi, sebagian besar lulusan mereka tidak terserap lapangan kerja karena ketidaksiapan mereka. “Paling-paling jadi buruh di bengkel,” katanya. Dia sadar, karena masih baru maka pihak sekolah harus bekerja keras. Bahkan sampai saat ini ia mengaku belum mengetahui bentuk pembelajaran ideal tersebut seperti apa, apakah 60% praktik dan 40% teori.

Karena dia mengakui, jika sampai saat ini kurikulum untuk jurusan yang dia buka tersebut sama sekali belum ada. Dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada para alumni UPN Veteran yang bersedia menyusun kurikulum tersebut. Apalagi, ada dari beberapa alumni UPN Veteran yang menjadi akademisi yang biasa mengurusi soal kurikulum.

Dirinya juga tidak khawatir jika jurusan ini sepi peminat, karena pihak sekolah sudah menandatangani kerja sama dengan perusahaan pertambangan yang akan menampung mereka. “Kami telah MoU dengan PT Obsidian Muara Mandiri,” paparnya.

Untuk urusan birokrasi, jika nanti kemungkinan besar tidak bisa melalui MA, bisa saja membuka jurusan tersebut melalui Madrasah Aliah Kejuruan (MAK). Namun dia yakin bisa tetap melalui MA karena ada celah Kurikulum 2013 yang memungkinkan untuk membuka jurusan tersebut. Apalagi, sambutan dari Depag dan Pengurus Wilayah Muhammadiyah juga sangat bagus.

Sementara itu, Ketua Alumni Perminyakan UPN Veteran tahun 1985, Kuncoro Hari Purwanto mengatakan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari para pengusaha perminyakan alumni UPN Veteran Yogyakarta yang telah sukses dalam dunia usahanya.

Para pengusaha dari alumni UPN ini berkeinginan membantu lembaga pendidikan yang dapat menelurkan ahli madya profesional di bidang pengeboran minyak. “Komitmen kami, membantu menyiapkan ahli madya professional dengan tidak mendirikan sekolah baru,”terangnya.

Rencananya, tahun ini mereka akan mulai membuka pendaftaran dua rombongan belajar dengan kapasitas 68 siswa. Para peserta akan mendapatkan sertifikat pengeboran berskala nasional dan bahkan internasional. Selain itu, lulusan juga akan disalurkan ke perusahaan eksplorasi minyak dan gas bumi baik di dalam maupun luar negeri.

Mereka memilik target, para lulusan tersebut mampu menembus ladang minyak di timur tengah. Pihaknya sengaja memilih MA yang ada kaitannya dengan pondok pesantren karena memang selama ini, kepribadian para penghuni pesantren lebih dibandingkan dengan pada umumnya.

Apalagi, dari sisi kedisiplinan, para penghuni pesantren lebih disiplin. Karena memang untuk bekerja di dunia pengeboran harus memiliki disiplin yang tinggi.

Erfanto Linangkung
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2820 seconds (0.1#10.140)