Gerobak Sapi Jadi Alternatif Wisata Baru
A
A
A
SLEMAN - Gerobak sapi di Dusun Somodaran, Purwomartani, Kalasan menjadi alternatif wisata baru di wilayah ini. Wakil Ketua DPD GKR Hemas secara resmi me-launching wisata alternatif tersebut, kemarin.
Kepala Dusun Somodaran, Purwomartani, Kalasan, Suharyadi mengatakan, adanya wisata alternatif gerobak sapi ini, berawal dari pertemuan rutin paguyuban gerobak sapi di wilayah Kalasan, Makarti Roso Manunggal setiap bulan. Dari pertemuan itu, akhirnya tercetus ide, bagaimana mengoptimalkan gerobak sapi yang ada sekaligus dapat memberdayakan masyarakat sekitar.
“Akhirnya muncul gagasan gerobak sapi sebagai penyedia alternatif wisata,” ungkap Suharyadi usai launching gerobak sapi sebagai wisata alternatif di Sleman, kemarin. Suharyadi menjelaskan, untuk wisata yang ditawarkan, yakni para wisatawan akan diajak mengelilingi persawahan dengan gerobak sapi di daerah Somodaran sampai Candi Sari di Bendan, Tirtomartani. Untuk rute, dimulai dari depan rumah teh Somodaran kemudian menyusuri Selokan Mataram hingga Candi Sari kemudian kembali lagi ke lokasi awal. Jarak tempuh sekitar lima kilometer (km).
“Selain untuk melestarikan alat tradisional, wisata ini sekaligus mengenalkan wisata sejarah dan budaya, yaitu candi, khususnya yang ada di Kalasan. Sebab candi di Sleman bukan hanya Prambanan,” paparnya. Menurut Suharyadi, secara keseluruhan jumlah gerobak yang ada di Kalasan ada 150 unit yang tersebar di empat desa, yaitu Desa Purwomartani, Tirtomartani, Selomartani, dan Tamanmartani. Untuk Somodaran sendiri ada dua unit.
“Gerobak-gerobak sapi itu siap mengantarkan wisatawan menikmati alam pedesaan di Kalasan. Bukan hanya paket Somodaran Candi Sari, namun ke tempat- tempat lainnya,” katanya. GKR Hemas dalam sambutannya mengatakan, sangat mengapresiasi adanya wisata gerobaksapiini. Sebabditengaharus modernisasi, gerobak sapi tetap bertahan sebagai alat transportasi tradisional. Untuk itu, sudah saatnya gerobak sapi tidak hanya dikenalkan di DIY namun juga ke seluruh dunia. Termasuk, masyarakat juga bisa memanfaatkan gerobak sapi sebagai angkutan umum. Apalagi, gerobak sapi ramah lingkungan karena tidak menggunakan bensin sebagai bahan bakar.
“Hal ini jelas akan membuat industri pariwisata di DIY dan Indonesia bisa menjadi lebih baik," katanya. Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mengatakan, dengan adanya wisata gerobak sapi, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga. Untuk itu, harus ditangani dengan baik. Apalagi gerobak sapi ini tidak hanya milik Sleman namun juga DIY.
“Namun yang masih harus dicarikan solusi, yakni soal kotoran sapi, yang mengotori jalan yang dilalui. Sebab adanya kotoran sapi di jalan sering dikeluhkan warga,” paparnya.
Priyo setyawan
Kepala Dusun Somodaran, Purwomartani, Kalasan, Suharyadi mengatakan, adanya wisata alternatif gerobak sapi ini, berawal dari pertemuan rutin paguyuban gerobak sapi di wilayah Kalasan, Makarti Roso Manunggal setiap bulan. Dari pertemuan itu, akhirnya tercetus ide, bagaimana mengoptimalkan gerobak sapi yang ada sekaligus dapat memberdayakan masyarakat sekitar.
“Akhirnya muncul gagasan gerobak sapi sebagai penyedia alternatif wisata,” ungkap Suharyadi usai launching gerobak sapi sebagai wisata alternatif di Sleman, kemarin. Suharyadi menjelaskan, untuk wisata yang ditawarkan, yakni para wisatawan akan diajak mengelilingi persawahan dengan gerobak sapi di daerah Somodaran sampai Candi Sari di Bendan, Tirtomartani. Untuk rute, dimulai dari depan rumah teh Somodaran kemudian menyusuri Selokan Mataram hingga Candi Sari kemudian kembali lagi ke lokasi awal. Jarak tempuh sekitar lima kilometer (km).
“Selain untuk melestarikan alat tradisional, wisata ini sekaligus mengenalkan wisata sejarah dan budaya, yaitu candi, khususnya yang ada di Kalasan. Sebab candi di Sleman bukan hanya Prambanan,” paparnya. Menurut Suharyadi, secara keseluruhan jumlah gerobak yang ada di Kalasan ada 150 unit yang tersebar di empat desa, yaitu Desa Purwomartani, Tirtomartani, Selomartani, dan Tamanmartani. Untuk Somodaran sendiri ada dua unit.
“Gerobak-gerobak sapi itu siap mengantarkan wisatawan menikmati alam pedesaan di Kalasan. Bukan hanya paket Somodaran Candi Sari, namun ke tempat- tempat lainnya,” katanya. GKR Hemas dalam sambutannya mengatakan, sangat mengapresiasi adanya wisata gerobaksapiini. Sebabditengaharus modernisasi, gerobak sapi tetap bertahan sebagai alat transportasi tradisional. Untuk itu, sudah saatnya gerobak sapi tidak hanya dikenalkan di DIY namun juga ke seluruh dunia. Termasuk, masyarakat juga bisa memanfaatkan gerobak sapi sebagai angkutan umum. Apalagi, gerobak sapi ramah lingkungan karena tidak menggunakan bensin sebagai bahan bakar.
“Hal ini jelas akan membuat industri pariwisata di DIY dan Indonesia bisa menjadi lebih baik," katanya. Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mengatakan, dengan adanya wisata gerobak sapi, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga. Untuk itu, harus ditangani dengan baik. Apalagi gerobak sapi ini tidak hanya milik Sleman namun juga DIY.
“Namun yang masih harus dicarikan solusi, yakni soal kotoran sapi, yang mengotori jalan yang dilalui. Sebab adanya kotoran sapi di jalan sering dikeluhkan warga,” paparnya.
Priyo setyawan
(ars)