Angkat Bahasa Jawa
A
A
A
SEMARANG - Mahasiswi Fakultas Bahasa Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Nafisa Syahida Rahmadani akan mempresentasikan penelitiannya tentang Bahasa Jawa pada sebuah konferensi internasional yang digelar di Universitas Ubudiyah Indonesia- Banda Aceh 27-28 April mendatang.
Konferensi internasional itu bernama International Joint Conflaysia, Bangladesh, serta Irlandia (IJCIMBI). Pada penelitian yang akan dipresentasikan itu, Nafisa mengangkat tema “Dont Let Javanese Language Become Extinct by Using Javanese Language to Preserve Cultural Heritage of Indonesia In Java Youth Scope”. Tema tersebut sengaja diangkat oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini karena rasa keprihatinannya atas penguasaan Bahasa Jawa secara benar oleh generasi muda saat ini.
“Bahasa Jawa itu memiliki keunikan tersendiri. Dari tatanan bahasanya mengenal tingkatan dari mulai ngoko (kasar), kromo (halus), dan kromo inggil (sangat halus) yang harus dipakai ketika berhadapan dengan lawan bicara yang berbeda-beda.Namun, kini Bahasa Jawa terasa ‘asing’ bagi generasi muda saat ini karena perkembangan zaman dan pengaruh budaya asing. Untukitu, perlu dipopulerkan kembali penggunaan Bahasa Jawa ini, termasuk melalui konferensi internasional ini,” katanya seusai pelepasan dirinya oleh kampus Unissula untuk mengikuti konferensi tersebut kemarin
Wakil Rektor bidang kemahasiswaan Unissula Sarjuni mengatakan IJCIMBI merupakan ajang bergengsi yang dapat diikuti oleh peneliti-peneliti muda dari berbagai negara yang tergabung di dalamnya. Konferensi tersebut di ikuti oleh sekitar 100 mahasiswa, baik dari dalam maupun luar negeri. “Mereka akan berlomba mempresentasikan hasil penelitian mereka dan dari hasil penelitian yang terbaik akan diterbitkan pada jurnal internasional,” katanya.
Pengiriman delegasi dari Unissula pada kegiatan akademik seperti konferensi itu dinilai sangat penting. Kemampuan mahasiswa berdiplomasi akan terasah, semakin cakap terlibat pada forum internasional untuk berorganisasi, serta mampu menambah wawasan tentang isu-isu pendidikan berskala internasional.
“Selain itu, melalui kegiatan ini, mereka bisa belajar berkompetisi dengan argumen terbaik. Dan tak kalah penting adalah peserta bisa membangun jaringan kerja sama pada level internasional. Ini sesuai dengan visimisi Unissula yang ingin menunjukkan reputasinya pada dunia internasional, yakni sebuah perguruan tinggi menuju universitas bereputasi internasional berbasis Islam (world class Islamic university ),” ungkapnya.
Susilo himawan
Konferensi internasional itu bernama International Joint Conflaysia, Bangladesh, serta Irlandia (IJCIMBI). Pada penelitian yang akan dipresentasikan itu, Nafisa mengangkat tema “Dont Let Javanese Language Become Extinct by Using Javanese Language to Preserve Cultural Heritage of Indonesia In Java Youth Scope”. Tema tersebut sengaja diangkat oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini karena rasa keprihatinannya atas penguasaan Bahasa Jawa secara benar oleh generasi muda saat ini.
“Bahasa Jawa itu memiliki keunikan tersendiri. Dari tatanan bahasanya mengenal tingkatan dari mulai ngoko (kasar), kromo (halus), dan kromo inggil (sangat halus) yang harus dipakai ketika berhadapan dengan lawan bicara yang berbeda-beda.Namun, kini Bahasa Jawa terasa ‘asing’ bagi generasi muda saat ini karena perkembangan zaman dan pengaruh budaya asing. Untukitu, perlu dipopulerkan kembali penggunaan Bahasa Jawa ini, termasuk melalui konferensi internasional ini,” katanya seusai pelepasan dirinya oleh kampus Unissula untuk mengikuti konferensi tersebut kemarin
Wakil Rektor bidang kemahasiswaan Unissula Sarjuni mengatakan IJCIMBI merupakan ajang bergengsi yang dapat diikuti oleh peneliti-peneliti muda dari berbagai negara yang tergabung di dalamnya. Konferensi tersebut di ikuti oleh sekitar 100 mahasiswa, baik dari dalam maupun luar negeri. “Mereka akan berlomba mempresentasikan hasil penelitian mereka dan dari hasil penelitian yang terbaik akan diterbitkan pada jurnal internasional,” katanya.
Pengiriman delegasi dari Unissula pada kegiatan akademik seperti konferensi itu dinilai sangat penting. Kemampuan mahasiswa berdiplomasi akan terasah, semakin cakap terlibat pada forum internasional untuk berorganisasi, serta mampu menambah wawasan tentang isu-isu pendidikan berskala internasional.
“Selain itu, melalui kegiatan ini, mereka bisa belajar berkompetisi dengan argumen terbaik. Dan tak kalah penting adalah peserta bisa membangun jaringan kerja sama pada level internasional. Ini sesuai dengan visimisi Unissula yang ingin menunjukkan reputasinya pada dunia internasional, yakni sebuah perguruan tinggi menuju universitas bereputasi internasional berbasis Islam (world class Islamic university ),” ungkapnya.
Susilo himawan
(ftr)