Langit Tobo Bagi-bagi Buku
A
A
A
BOJONEGORO - Berbagai cara bisa dilakukan untuk merayakan Hari Buku Sedunia (World Book Day ) yang jatuh pada Kamis (23/4).
Komunitas penggerak baca Langit Tobo, misalnya, memilih merayakannya dengan membagi-bagikan buku kepada anak-anak sekolah yang menyeberangi Sungai Bengawan Solo di Dukuh Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, kemarin.
Pada perayaan Hari Buku Sedunia kali ini, Komunitas Langit Tobo memilih tema “Buku Adalah Gizi dan Pengaya Jiwa”. Komunitas yang terdiri dari pemuda dan mahasiswa ini secara sukarela membagikan buku kepada anak-anak sekolah yang tinggal di daerah seberang utara Sungai Bengawan Solo, yakni dari Kecamatan Malo, Kasiman, dan Kedewan.
Komunitas Langit Tobo mulai membagikan buku pukul 13.00 WIB. Saat itulah anakanak pulang sekolah. Sebelum menyeberangi Sungai Bengawan Solo dengan naik perahu kayu, mereka singgah sejenak di Perpustakaan Tepi Bengawan (PTB) yang didirikan Langit Tobo. Berbagai macam buku yang dibagikan di antaranya buku sejarah, novel, cerpen, karya ilmiah, buku agama.
Siswi Madrasah Aliyah Nurul Ulum Purwosari Siti Khoirul Umah, 17, saat mengunjungi perpustakaan kecil itu mengaku baru mengetahui kalau ada Hari Buku Sedunia yang jatuh pada 23 April 2015. Dia mengaku di sekolah hanya ada perayaan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April 2015. “Wah , ternyata ada Hari Buku Sedunia juga,” ujar siswi yang memakai kerudung asal Desa Dukoh Lor, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, tersebut.
Ketua Langit Tobo Wahyu Riskiawan menyebutkan, perayaan Hari Buku Sedunia sengaja dipusatkan di Perpustakaan Tepi Bengawan (PTB) yang berada di dekat lokasi penyeberangan perahu Sungai Bengawan Solo. “Tujuan bagi-bagi buku ini untuk mendorong minat baca anak-anak sekolah. Selain itu, mengajak anak-anak yang tinggal di pelosok pedesaan untuk mengakrabi buku,” ujarnya.
Dia menuturkan, selain bagi-bagi buku dan membuka perpustakaan di tepian Sungai Bengawan Solo, ke depan komunitas Langit Tobo juga akan mengajak anak-anak sekolah yang tinggal di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo untuk menulis. Mereka, kata dia, bisa menulis menceritakan pengalaman setiap hari menyeberangi sungai terpanjang di Pulau Jawa itu saat berangkat dan pulang sekolah.
“Kalau kondisi Bengawan Solo banjir dan cuaca tidak bersahabat, menyeberangi Sungai Bengawan Solo sangat berbahaya. Tetapi, anak-anak sekolah ini seolah tidak menghiraukan. Demi meraih mimpi, mereka berani menghadapi bahaya,” ujarnya.
Muhammad roqib
Komunitas penggerak baca Langit Tobo, misalnya, memilih merayakannya dengan membagi-bagikan buku kepada anak-anak sekolah yang menyeberangi Sungai Bengawan Solo di Dukuh Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, kemarin.
Pada perayaan Hari Buku Sedunia kali ini, Komunitas Langit Tobo memilih tema “Buku Adalah Gizi dan Pengaya Jiwa”. Komunitas yang terdiri dari pemuda dan mahasiswa ini secara sukarela membagikan buku kepada anak-anak sekolah yang tinggal di daerah seberang utara Sungai Bengawan Solo, yakni dari Kecamatan Malo, Kasiman, dan Kedewan.
Komunitas Langit Tobo mulai membagikan buku pukul 13.00 WIB. Saat itulah anakanak pulang sekolah. Sebelum menyeberangi Sungai Bengawan Solo dengan naik perahu kayu, mereka singgah sejenak di Perpustakaan Tepi Bengawan (PTB) yang didirikan Langit Tobo. Berbagai macam buku yang dibagikan di antaranya buku sejarah, novel, cerpen, karya ilmiah, buku agama.
Siswi Madrasah Aliyah Nurul Ulum Purwosari Siti Khoirul Umah, 17, saat mengunjungi perpustakaan kecil itu mengaku baru mengetahui kalau ada Hari Buku Sedunia yang jatuh pada 23 April 2015. Dia mengaku di sekolah hanya ada perayaan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April 2015. “Wah , ternyata ada Hari Buku Sedunia juga,” ujar siswi yang memakai kerudung asal Desa Dukoh Lor, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, tersebut.
Ketua Langit Tobo Wahyu Riskiawan menyebutkan, perayaan Hari Buku Sedunia sengaja dipusatkan di Perpustakaan Tepi Bengawan (PTB) yang berada di dekat lokasi penyeberangan perahu Sungai Bengawan Solo. “Tujuan bagi-bagi buku ini untuk mendorong minat baca anak-anak sekolah. Selain itu, mengajak anak-anak yang tinggal di pelosok pedesaan untuk mengakrabi buku,” ujarnya.
Dia menuturkan, selain bagi-bagi buku dan membuka perpustakaan di tepian Sungai Bengawan Solo, ke depan komunitas Langit Tobo juga akan mengajak anak-anak sekolah yang tinggal di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo untuk menulis. Mereka, kata dia, bisa menulis menceritakan pengalaman setiap hari menyeberangi sungai terpanjang di Pulau Jawa itu saat berangkat dan pulang sekolah.
“Kalau kondisi Bengawan Solo banjir dan cuaca tidak bersahabat, menyeberangi Sungai Bengawan Solo sangat berbahaya. Tetapi, anak-anak sekolah ini seolah tidak menghiraukan. Demi meraih mimpi, mereka berani menghadapi bahaya,” ujarnya.
Muhammad roqib
(ftr)