Hidup Sebatang Kara, Nenek 70 Tahun Tinggal di Gubuk
A
A
A
Hasil kerja keras RA Kartini dalam memerjuangkan hakhak perempuan dan mengangkat derajat mereka, tampaknya belum sepenuhnya dinikmati kaum perempuan Indonesia.
Hingga kini, masih banyak kaum perempuan yang hidupnya terpinggirkan dan jauh dari layak. Salah satunya Mak Icih, 70, warga Dusun Sarimukti, Desa Gambarsari, Kecamatan Pagaden, Subang. Nenek renta ini hidup sebatang kara dan tinggal di rumah sempit berbahan bambu dengan lantai tanah, yang hanya berukuran 2 X 4 meter. Sekilas, rumah tersebut lebih tepat disebut gubuk. Bahkan lebih mirip kandang hewan ternak. Sebab, selain ukuran kecil dan sempit, dindingnya pun hanya terbuat dari terpal, kardus bekas dan bilik bambu. Sebagian bangunannya bahkan sudah reyot hingga nyaris ambruk.
“Emak hidup sebatang kara, nggak punya anak atau suami. Di sini cuma tinggal sendirian,”ujar Mak Icih kepada KORAN SINDO kemarin. Di usianya yang sangat lanjut dan penglihatan kurang normal, dia nyaris tidak bisa bekerja. Untuk menyambung dan memertahankan hidup sehari-hari, dia hanya mengandalkan belas kasih pemberian dari para tetangga sekitar.
“Emak sudah nggak kuat kerja. Apalagi selama ini nggak punya sawah atau ladang. Untuk makan saja dari pemberian tetangga. Bahkan, rumah yang Emak tinggali ini, juga dibuatin sama desa dibantu warga sekitar. Emak sih berharap pemerintah bisa bantu. Soalnya, Emak sudah nggak punya siapa-siapa lagi,”tuturnya. Kepala Desa Gambarsari Aan Suparlan membenarkan, jika Mak Icih bertahun-tahun hidup sebatang kara, karena sebelumnya tidak berkeluarga.
Sementara kerabatnya hidup jauh. Bahkan, rumah yang ditempatinya saat ini berdiri di lahan milik orang lain. “Sehari-hari, dia hidup dari pemberian tetangga, karena kondisinya udah gak bisa kerja. Setiap hari, warga terbiasa mengiriminya sepiring nasi berikut lauk pauk alakadarnya,”ujar Aan. Pihak desa, sambung dia, sudah berkali-kali mengusulkan bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) kepada pemkab, untuk merenovasi rumah Icih. Namun hingga kini, bantuan yang diusulkan tak juga datang.
“Jangankan bantuan rutilahu, bantuan PSKS (program simpanan keluarga sejahtera) saja dia nggak dapat. Padahal, kami sudah memasukkan namanya dalam daftar penerima bantuan. Tapi entah kenapa, namanya gak ada,”imbuh Aan. Pada momentum peringatan Hari Kartini tahun ini, pihaknya berharap, pemerintah daerah bisa merealisasikan sejumlah bantuan untuk memperbaiki taraf kehidupan ekonomi Icih.
“Ya, harapannya usulan rutilahu untuk Mak Icih bisa segera direalisasi, agar momentum Hari Kartini ini bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,”pungkas Aan.
Usep Husaeni
Kabupaten Subang
Hingga kini, masih banyak kaum perempuan yang hidupnya terpinggirkan dan jauh dari layak. Salah satunya Mak Icih, 70, warga Dusun Sarimukti, Desa Gambarsari, Kecamatan Pagaden, Subang. Nenek renta ini hidup sebatang kara dan tinggal di rumah sempit berbahan bambu dengan lantai tanah, yang hanya berukuran 2 X 4 meter. Sekilas, rumah tersebut lebih tepat disebut gubuk. Bahkan lebih mirip kandang hewan ternak. Sebab, selain ukuran kecil dan sempit, dindingnya pun hanya terbuat dari terpal, kardus bekas dan bilik bambu. Sebagian bangunannya bahkan sudah reyot hingga nyaris ambruk.
“Emak hidup sebatang kara, nggak punya anak atau suami. Di sini cuma tinggal sendirian,”ujar Mak Icih kepada KORAN SINDO kemarin. Di usianya yang sangat lanjut dan penglihatan kurang normal, dia nyaris tidak bisa bekerja. Untuk menyambung dan memertahankan hidup sehari-hari, dia hanya mengandalkan belas kasih pemberian dari para tetangga sekitar.
“Emak sudah nggak kuat kerja. Apalagi selama ini nggak punya sawah atau ladang. Untuk makan saja dari pemberian tetangga. Bahkan, rumah yang Emak tinggali ini, juga dibuatin sama desa dibantu warga sekitar. Emak sih berharap pemerintah bisa bantu. Soalnya, Emak sudah nggak punya siapa-siapa lagi,”tuturnya. Kepala Desa Gambarsari Aan Suparlan membenarkan, jika Mak Icih bertahun-tahun hidup sebatang kara, karena sebelumnya tidak berkeluarga.
Sementara kerabatnya hidup jauh. Bahkan, rumah yang ditempatinya saat ini berdiri di lahan milik orang lain. “Sehari-hari, dia hidup dari pemberian tetangga, karena kondisinya udah gak bisa kerja. Setiap hari, warga terbiasa mengiriminya sepiring nasi berikut lauk pauk alakadarnya,”ujar Aan. Pihak desa, sambung dia, sudah berkali-kali mengusulkan bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) kepada pemkab, untuk merenovasi rumah Icih. Namun hingga kini, bantuan yang diusulkan tak juga datang.
“Jangankan bantuan rutilahu, bantuan PSKS (program simpanan keluarga sejahtera) saja dia nggak dapat. Padahal, kami sudah memasukkan namanya dalam daftar penerima bantuan. Tapi entah kenapa, namanya gak ada,”imbuh Aan. Pada momentum peringatan Hari Kartini tahun ini, pihaknya berharap, pemerintah daerah bisa merealisasikan sejumlah bantuan untuk memperbaiki taraf kehidupan ekonomi Icih.
“Ya, harapannya usulan rutilahu untuk Mak Icih bisa segera direalisasi, agar momentum Hari Kartini ini bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,”pungkas Aan.
Usep Husaeni
Kabupaten Subang
(ars)