Rencana Pesta Mejuah-juah Terus Menuai Kontroversi
A
A
A
KABANJAHE - Rencana Pemerintah Kabupaten Karo menyelenggarakan Pesta Mejuah-juah pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2015 terus menuai kontroversi. Kontroversi muncul karena warga mengalami krisis, termasuk krisis ekonomi sebagai dampak bencana erupsi Gunung Sinabung.
"Sanggupkah mereka berpesta ria di tengah landaan bencana ini. Sementara kami di sini makan pun susah. Anak-anak kami terancam putus sekolah, belum lagi dampak debu vulkanik dan lahar dingin yang sudah menjadi makanan sehari-hari kami pengungsi. Ini merupakan bukti ketidakpedulian mereka," ujar salah seorang pengungsi bermarga Sitepu kepada KORAN SINDO MEDAN di Kabanjahe, Selasa (21/4/2015).
Korban erupsi asal Desa Bekerah, Kecamatan Naman Teran ini mengatakan, di satu sisi pelaksanaan Pesta Mejuah-juah memang sangat positif demi mendongkrak tingkat kunjungan wisata yang mengalami penurunan cukup drastis.
Tetapi, bencana Sinabung telah meninggalkan dampak yang cukup luas, bukan hanya di radius 3 kilometer (km), bahkan hingga mencapai 15 km dari puncak kawah.
Menurut pria yang desanya juga ikut direlokasi ke kawasan Siosar, alokasi dana yang tidak sedikit untuk Pesta Mejuah-juah tersebut lebih baik digunakan untuk pembenahan infrastruktur, terutama untuk sarana-prasarana di desa-desa terdekat dengan gunung, serta penanganan lainnya yang sifatnya segera harus dibenahi.
Misal, soal relokasi yang hingga kini belum tuntas. Sampai saat ini, warga Desa Bekerah belum mendapat kejelasan dan kepastian dari Pemda Karo. Belum lagi masyarakat yang tinggal di gubuk derita di sepanjang jalan simpang Desa Berastepu-Desa Payung yang setiap hari mendapat ancaman debu vulkanik.
"Terkini, saudara-saudara kita yang terus mendapat terjangan aliran lahar dingin di Desa Perbaji, Sukatendel, Mardingding, Kecamatan Tiganderket. Bukannya kami tidak setuju dengan Pesta Mejuah-juah, namun kan bisa ditunda dan difokuskan dulu penanganan bencana ini," harapnya.
Secara terpisah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karo Frans Dante Ginting ketika dihubungi mengatakan, idealnya Pesta Mejuah-juah pantas digelar kembali. Namun. Pemkab Karo jangan sampai melupakan masyarakat di kawasan lingkar Sinabung yang masih dilanda bencana Sinabung.
"Pesta Mejuah-juah pantas didukung, sebab sudah lama vakum. Walaupun saat ini bencana erupsi Sinabung belum usai, kita tentunya tidak dapat melupakan agenda tersebut. Dalam kondisi seperti ini memang sangat logis apabila pelaksanaan ditunda. Kalaupun dilaksanakan, kiranya pemerintah menyeimbangkan juga even tersebut dengan penanganan bencana Sinabung," papar Dante.
Lebih lanjut dia mengatakan, Pemerintah Pusat harus turun tangan dalam penanganan bencana Sinabung.
"Pemerintah Pusat jangan hanya memfokuskan pada relokasi saja, penanganan dampak lain yang disebabkan erupsi Sinabung juga harus diperhatikan."
"Sanggupkah mereka berpesta ria di tengah landaan bencana ini. Sementara kami di sini makan pun susah. Anak-anak kami terancam putus sekolah, belum lagi dampak debu vulkanik dan lahar dingin yang sudah menjadi makanan sehari-hari kami pengungsi. Ini merupakan bukti ketidakpedulian mereka," ujar salah seorang pengungsi bermarga Sitepu kepada KORAN SINDO MEDAN di Kabanjahe, Selasa (21/4/2015).
Korban erupsi asal Desa Bekerah, Kecamatan Naman Teran ini mengatakan, di satu sisi pelaksanaan Pesta Mejuah-juah memang sangat positif demi mendongkrak tingkat kunjungan wisata yang mengalami penurunan cukup drastis.
Tetapi, bencana Sinabung telah meninggalkan dampak yang cukup luas, bukan hanya di radius 3 kilometer (km), bahkan hingga mencapai 15 km dari puncak kawah.
Menurut pria yang desanya juga ikut direlokasi ke kawasan Siosar, alokasi dana yang tidak sedikit untuk Pesta Mejuah-juah tersebut lebih baik digunakan untuk pembenahan infrastruktur, terutama untuk sarana-prasarana di desa-desa terdekat dengan gunung, serta penanganan lainnya yang sifatnya segera harus dibenahi.
Misal, soal relokasi yang hingga kini belum tuntas. Sampai saat ini, warga Desa Bekerah belum mendapat kejelasan dan kepastian dari Pemda Karo. Belum lagi masyarakat yang tinggal di gubuk derita di sepanjang jalan simpang Desa Berastepu-Desa Payung yang setiap hari mendapat ancaman debu vulkanik.
"Terkini, saudara-saudara kita yang terus mendapat terjangan aliran lahar dingin di Desa Perbaji, Sukatendel, Mardingding, Kecamatan Tiganderket. Bukannya kami tidak setuju dengan Pesta Mejuah-juah, namun kan bisa ditunda dan difokuskan dulu penanganan bencana ini," harapnya.
Secara terpisah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karo Frans Dante Ginting ketika dihubungi mengatakan, idealnya Pesta Mejuah-juah pantas digelar kembali. Namun. Pemkab Karo jangan sampai melupakan masyarakat di kawasan lingkar Sinabung yang masih dilanda bencana Sinabung.
"Pesta Mejuah-juah pantas didukung, sebab sudah lama vakum. Walaupun saat ini bencana erupsi Sinabung belum usai, kita tentunya tidak dapat melupakan agenda tersebut. Dalam kondisi seperti ini memang sangat logis apabila pelaksanaan ditunda. Kalaupun dilaksanakan, kiranya pemerintah menyeimbangkan juga even tersebut dengan penanganan bencana Sinabung," papar Dante.
Lebih lanjut dia mengatakan, Pemerintah Pusat harus turun tangan dalam penanganan bencana Sinabung.
"Pemerintah Pusat jangan hanya memfokuskan pada relokasi saja, penanganan dampak lain yang disebabkan erupsi Sinabung juga harus diperhatikan."
(zik)