Sepi, BRT Sering Ngetem di Tawang
A
A
A
SEMARANG - Koridor III Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang Jurusan Pelabuhan Tanjung Emas-Akpol telah beroperasi sejak November 2014, tapi hingga kini masih sepi peminat.
Banyak bus di koridor ini kosong bahkan ngetemlama di beberapa shelter. Pantauan KORAN SINDOdi lapangan, tumpukan armada bus Trans Semarang kerap terlihat di shelter dekat Stasiun Tawang Semarang.
Di lokasi itu setidaknya 3–4 armada BRT berhenti karena menunggu penumpang. Terkadang berhentinya armada di lokasi itu berdurasi cukup lama. Hal ini berbanding terbalik dengan koridor lain yang selalu penuh penumpang dan kedatangannya selalu dinanti pengguna moda transportasi publik itu.“Sering ngetemlama di sini (shelter Tawang). Setiap hari setidaknya 3–4 armada yang berhenti di sini,” ujar salah satu tukang becak yang sering ngetemdi dekat Stasiun Tawang.
Pria paruh baya yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, meski sudah ngetem lama, terkadang bus-bus itu berangkat tanpa penumpang. Dia juga sering melihat bus Trans Semarang kosong tanpa penumpang setiap hari. “Tidak tahu kenapa, mungkin memang sepi dan tidak ada penumpangnya,” ucapnya.
Pengamat transportasi Kota Semarang Djoko Setijowarno menilai banyaknya armada BRT koridor III yang ngetemdi salah satu shelteritu disebabkan koridor III masih sepi peminat. Hal itu merupakan akibat kesalahan Pemkot Semarang dalam memilih rute. Jalur Koridor III tidak menyentuh masyarakat secara langsung.
“Seharusnya BRT lebih menyentuh ke perumahan-perumahan di Kota Semarang,” katanya. Pemkot semestinya lebih menyasar perumahan-perumahan untuk mengembangkan transportasi publik seperti BRT itu. “Selama ini BRT hanya melayani rute jalan-jalan protokol, seharusnya ke perumahan agar lebih efektif. Bukankah pengendara kendaraan yang memenuhi jalanan di Kota Semarang itu berasal dari perumahan- perumahan tersebut,” ucapnya.
Sepinya penumpang di Koridor III dapat menjadi pembelajaran bagi Pemkot Semarang. Pihaknya mendesak agar pemkot segera mengevaluasi dan mengubah rute pelayanan koridor tersebut. “Kalau dibiarkan terus seperti ini kan sayang sekali, harus segera diubah. Kalau tidak, Pemkot Semarang akan rugi karena menghambur-hamburkan uang APBD. Buat apa banyak koridor BRT kalau sepi penumpangnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BLU Trans Semarang Joko Umboro Jati saat dikonfirmasi membantah banyaknya armada ngetem di shelter Tawang dikarenakan sepinya penumpang. Menurutnya, shelter Tawang merupakan titik transfer poin dari tiga koridor, yakni 2, 3, dan 4. “Itu bukan ngetem, tapi titik pengaturan perjalanan atau transfer penumpang dari tiga koridor lainnya,” katanya.
Koridor III masih perlu adanya penambahan armada bus. Saat ini koridor III hanya memiliki 10 armada. “Armada itu hanya mampu melayani interval rata-rata 17 menit. Jadi, justru kurang armada dan diperlukan penambahan armada,” ujar Joko.
Andika prabowo
Banyak bus di koridor ini kosong bahkan ngetemlama di beberapa shelter. Pantauan KORAN SINDOdi lapangan, tumpukan armada bus Trans Semarang kerap terlihat di shelter dekat Stasiun Tawang Semarang.
Di lokasi itu setidaknya 3–4 armada BRT berhenti karena menunggu penumpang. Terkadang berhentinya armada di lokasi itu berdurasi cukup lama. Hal ini berbanding terbalik dengan koridor lain yang selalu penuh penumpang dan kedatangannya selalu dinanti pengguna moda transportasi publik itu.“Sering ngetemlama di sini (shelter Tawang). Setiap hari setidaknya 3–4 armada yang berhenti di sini,” ujar salah satu tukang becak yang sering ngetemdi dekat Stasiun Tawang.
Pria paruh baya yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, meski sudah ngetem lama, terkadang bus-bus itu berangkat tanpa penumpang. Dia juga sering melihat bus Trans Semarang kosong tanpa penumpang setiap hari. “Tidak tahu kenapa, mungkin memang sepi dan tidak ada penumpangnya,” ucapnya.
Pengamat transportasi Kota Semarang Djoko Setijowarno menilai banyaknya armada BRT koridor III yang ngetemdi salah satu shelteritu disebabkan koridor III masih sepi peminat. Hal itu merupakan akibat kesalahan Pemkot Semarang dalam memilih rute. Jalur Koridor III tidak menyentuh masyarakat secara langsung.
“Seharusnya BRT lebih menyentuh ke perumahan-perumahan di Kota Semarang,” katanya. Pemkot semestinya lebih menyasar perumahan-perumahan untuk mengembangkan transportasi publik seperti BRT itu. “Selama ini BRT hanya melayani rute jalan-jalan protokol, seharusnya ke perumahan agar lebih efektif. Bukankah pengendara kendaraan yang memenuhi jalanan di Kota Semarang itu berasal dari perumahan- perumahan tersebut,” ucapnya.
Sepinya penumpang di Koridor III dapat menjadi pembelajaran bagi Pemkot Semarang. Pihaknya mendesak agar pemkot segera mengevaluasi dan mengubah rute pelayanan koridor tersebut. “Kalau dibiarkan terus seperti ini kan sayang sekali, harus segera diubah. Kalau tidak, Pemkot Semarang akan rugi karena menghambur-hamburkan uang APBD. Buat apa banyak koridor BRT kalau sepi penumpangnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BLU Trans Semarang Joko Umboro Jati saat dikonfirmasi membantah banyaknya armada ngetem di shelter Tawang dikarenakan sepinya penumpang. Menurutnya, shelter Tawang merupakan titik transfer poin dari tiga koridor, yakni 2, 3, dan 4. “Itu bukan ngetem, tapi titik pengaturan perjalanan atau transfer penumpang dari tiga koridor lainnya,” katanya.
Koridor III masih perlu adanya penambahan armada bus. Saat ini koridor III hanya memiliki 10 armada. “Armada itu hanya mampu melayani interval rata-rata 17 menit. Jadi, justru kurang armada dan diperlukan penambahan armada,” ujar Joko.
Andika prabowo
(ars)