Si Bisu Tekun Merawat Ibunya yang Jompo

Sabtu, 18 April 2015 - 10:41 WIB
Si Bisu Tekun Merawat...
Si Bisu Tekun Merawat Ibunya yang Jompo
A A A
Asap mengepul dari sebuah rumah reyot berdinding bambu. Seorang pria yang tidak lagi muda terlihat mengaduk nasi dari tungku kayu bakar sambil sesekali menyeka buliran peluhnya.

Dialah Ngatono, 60, warga Dusun Wiyoko tengah, Desa Plembutan, Playen, Gunungkidul yang dikenal warga sekitar menderita tunawicara alias bisu. Di tengah usianya yang juga menginjak senja, dia tetap tekun merawat ibunya, Darmo Suwito, alias Sepi, 90, yang hanya bisa terduduk di dipan yang berada di ruang tamu.

Dengan segala keterbatasan, Ngatono berusaha keras menggarap lahan milik salah satu perangkat desa. Pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan seharihari bersama sang ibu. Selain itu, keterampilannya menganyam bambu juga sesekali dimanfaatkan tetangga sekitar guna memperbaiki dinding rumah. Dindingnya memang rata-rata masih terbuat dari anyaman bambu.

Keluarga Mbah Sepi bersama anaknya Ngatono merupakan salah satu potret kemiskinan di Gunungkidul yang hingga kini belum bisa terentaskan. Berbagai program pemerintah digulirkan demi mengurangi kemiskinan. Namun Ngatono bersama ibunya masih saja menjadi keluarga miskin. Jangankan bepergian, kondisi rumahnya pun masih jauh dari kehidupan rumah sehat.

Sering kali Ngatono harus tertidur hanya di lantai tanah dengan beralaskan tikar agar bisa bersanding dengan ibunya. ”Anak kulo bisu, nanging njih namung niku sik ngrawat kulo, Mas (Anak saya bisu, tapi ya hanya dia yang merawat saya, Mas,” ucap Mbah Sepi saat KORAN SINDO YOGYA berkunjung ke rumahnya, kemarin.

Hingga saat ini, keluarga miskin tersebut juga belum menerima bantuan bedah rumah. Kondisi ekonomi yang pas-pasan tidak menjadikan mereka mendapatkan prioritas bedah rumah. Program yang sudah digulirkan beberapa tahun lalu.

Saat ini Darmo Suwito bersama Ngatono juga harus mengurus kartu perlindungan sosial (KPS) yang diterimanya. Kartu itu untuk mencairkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera ( PKPS). Sebab kartu syarat pencairan bantuan pemerintah untuk kompensasi kenaikan BBM ini hilang beberapa waktu lalu.

Menurut kerabat keluarga malang tersebut, Iska Dwi Rohmawati, untuk mengurangi beban mereka, beberapa tetangga dan kerabat juga sering mengirimkan makanan keperluan sehari-harinya. ”Kalau saya masak, saya juga kirimkan untuk Mbah Sepi dan Lek Ngatono,” ucapnya.

Dia mengaku akan mengurus KPS milik Mbah Darmo yang hilang. Akan tetapi dia masih bingung dengan jalur yang harus dilakukan. ”Kami mau bertanya ke mana juga bingung, sampai saat ini tidak ada informasi yang jelas. Padahal jadwal hari ini adalah Desa Plembutan. Namun Mbah Darmo belum bisa mengambilnya,” tuturnya.

Suharjono Gunungkidul
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7624 seconds (0.1#10.140)