Gelar Pesta Mejuah-juah di Tengah Bencana, Pemkab Karo Dikritik
A
A
A
KABANJAHE - Pesta Mejuah-juah di Kabupaten Karo yang dijadwal digelar pada 29 Mei-1 Juni 2015 di kawasan Taman Mejuah-juah Berastagi, menuai kritik.
"Apakah wajar di tengah bencana seperti saat ini digelar kegiatan yang menghabiskan dana yang nominalnya tidak sedikit. Lebih baik anggaran itu dipergunakan untuk perbaikan sarana dan prasarana di kawasan lingkar Sinabung, yang masyarakatnya terkena dampak parah pascasemburan abu vulkanik dan terjangan lahar dingin," ujar Bukti Ginting kepada KORAN SINDO MEDAN, Kamis (16/4/2015) di Berastagi.
Mantan jurnalis ini menyesalkan kebijakan pemerintah menggelar pesta di tengah bencana erupsi Sinabung yang berkepanjangan. Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih fokus menangani daerah-daerah yang terkena dampak parah.
"Ada baiknya event tersebut ditunda sehubungan dengan masih belum berakhirnya bencana ini. Kenyataan di lapangan sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Karo tidak proaktif dalam upaya mengurangi risiko bencana. Buktinya masih banyak desa di kawasan lingkar Sinabung yang terus diterjang lahar dingin. Akibatnya, sarana dan prasarana menjadi rusak. Seharusnya masalah- masalah seperti itu yang fokus dituntaskan terlebih dahulu," pungkasnya.
Bupati Karo Terkelin Brahmana saat memberikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan di ruang rapat Bupati, Selasa (14/4/2015) mengatakan, setelah 10 tahun tidak digelar (terakhir 2005, red), Pemda Karo berinisiatif memanfaatkan momen Sinabung, agar dunia luar tahu kondisi Sinabung dan warga sekitar yang saat ini mengungsi.
Menurut Terkelin, kondisi Sinabung tidak mengkhawatirkan dan membahayakan bagi tujuan wisata. Tidak pula seburuk yang dibayangkan mayoritas orang yang hanya melihat TV dan membaca koran.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Pesta Mejuah-juah yang juga Asisten II Pemkab Karo K. Terkelin Purba menjelaskan, ke depan Pesta Mejuah-juah akan dijadikan kalender tetap kegiatan wisata Kabupaten Karo.
Selain sejumlah pameran, juga akan digelar sejumlah perlombaan di antaranya lomba tari tradisional Karo, lukis aksara Karo, lawak Karo, pangeran dan putri wisata, perkolong-kolong (penyanyi Karo, red), dan rose putra-putri (busana tradisional).
"Apakah wajar di tengah bencana seperti saat ini digelar kegiatan yang menghabiskan dana yang nominalnya tidak sedikit. Lebih baik anggaran itu dipergunakan untuk perbaikan sarana dan prasarana di kawasan lingkar Sinabung, yang masyarakatnya terkena dampak parah pascasemburan abu vulkanik dan terjangan lahar dingin," ujar Bukti Ginting kepada KORAN SINDO MEDAN, Kamis (16/4/2015) di Berastagi.
Mantan jurnalis ini menyesalkan kebijakan pemerintah menggelar pesta di tengah bencana erupsi Sinabung yang berkepanjangan. Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih fokus menangani daerah-daerah yang terkena dampak parah.
"Ada baiknya event tersebut ditunda sehubungan dengan masih belum berakhirnya bencana ini. Kenyataan di lapangan sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Karo tidak proaktif dalam upaya mengurangi risiko bencana. Buktinya masih banyak desa di kawasan lingkar Sinabung yang terus diterjang lahar dingin. Akibatnya, sarana dan prasarana menjadi rusak. Seharusnya masalah- masalah seperti itu yang fokus dituntaskan terlebih dahulu," pungkasnya.
Bupati Karo Terkelin Brahmana saat memberikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan di ruang rapat Bupati, Selasa (14/4/2015) mengatakan, setelah 10 tahun tidak digelar (terakhir 2005, red), Pemda Karo berinisiatif memanfaatkan momen Sinabung, agar dunia luar tahu kondisi Sinabung dan warga sekitar yang saat ini mengungsi.
Menurut Terkelin, kondisi Sinabung tidak mengkhawatirkan dan membahayakan bagi tujuan wisata. Tidak pula seburuk yang dibayangkan mayoritas orang yang hanya melihat TV dan membaca koran.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Pesta Mejuah-juah yang juga Asisten II Pemkab Karo K. Terkelin Purba menjelaskan, ke depan Pesta Mejuah-juah akan dijadikan kalender tetap kegiatan wisata Kabupaten Karo.
Selain sejumlah pameran, juga akan digelar sejumlah perlombaan di antaranya lomba tari tradisional Karo, lukis aksara Karo, lawak Karo, pangeran dan putri wisata, perkolong-kolong (penyanyi Karo, red), dan rose putra-putri (busana tradisional).
(zik)