Pemda Harus Jamin Tak Ada Kelangkaan

Rabu, 15 April 2015 - 09:45 WIB
Pemda Harus Jamin Tak...
Pemda Harus Jamin Tak Ada Kelangkaan
A A A
YOGYAKARTA - Harga eceran tertinggi (HET) elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (Kg) di DIY segera naik. DPRD DIY pun meminta kenaikan tersebut harus diimbangi dengan perbaikan pelayanan.

Salah satunya menjamin tidak ada kelangkaan gas melon di pasaran. Anggota Komisi B DPRD DIY Arief Setiadi mengatakan, selama ini banyak warga mengeluhkan sering terjadi kelangkaan elpiji bersubsidi. ‘Saat HET dinaikkan dari Rp14.000 menjadi Rp15.500 di tingkat pangkalan, maka pelayanan harus ditingkatkan. Jangan sampai ada kelangkaan di pasaran,” katanya, kemarin.

Politikus PAN dari Dapil Gunungkidul ini mengungkapkan, jika HET dinaikkan namun pelayanan yang diberikan tidak ada perbaikan, maka warga dirugikan. Kenaikan HET di tingkat pangkalan pasti akan berdampak pada kenaikan harga di pengecer. “Warga bersedia membeli dengan harga lebih mahal dari sebelumnya dengan harapan pasokan tetap lancar. Tidak ada kelangkaan. Pemda harus bisa menjamin itu,” ujarnya.

Sekretaris Fraksi PAN DPRD DIY ini bisa memahami penyesuaian HET tersebut untuk menjembatani perbedaan HET dengan provinsi tetangga, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Disparitas harga dengan daerah tetangga memang harus ditangani, salah satunya dengan menaikkan HET di DIY,” ungkapnya.

Namun, Arief mengungkapkan, sebaiknya Pemda DIY juga mempertimbangkan harga di pasaran. “Jangan sampai harga elpiji 3 kg di pasaran justru membumbung. Daya beli masyarakat harus dipertimbangkan,” katanya.

Kepala Biro Perekonomian Setda DIY Tri Mulyono mengatakan, ada sejumlah alasan HET mengalami penyesuaian. Salah satu yang mendasar adalah meminimalisasi migrasi pengguna gas melon dari Jawa Tengah ke DIY. “Kita tahu disparitas HET antara Jateng dan DIY cukup jomplang,” katanya.

Saat ini HET gas melon di Jateng sudah Rp15.500, bahkan rencananya akan dinaikkan lagi menjadi Rp16.000 per tabung. Dengan HET Rp15.500 per tabung di Jateng, banyak warga Jateng membeli gas melon di DIY.

“Tak heran kelangkaan gas di DIY, khususnya di wilayah perbatasan Jateng kerap terjadi. Karena banyak warga Jateng membeli di DIY, sementara di DIY kuotanya sudah ditentukan,” ujar Tri.

Harga Melonjak di Pengecer

Rencana kenaikan HET elpiji 3 kg disambut dingin masyarakat. Meski pemerintah mengklaim HET elpiji 3 kg selama ini hanya Rp14.000 di tingkat pangkalan, namun kenyataannya masyarakat selalu membayar harga jauh di atas HET. Bahkan dalam kondisi tertentu mereka terpaksa membayar hingga Rp20.000.

Kholis, warga Dlingo mengatakan, kenaikan itu hanya akan melegalkan penjualan gas jauh di atas HET. Dengan alasan ada kenaikan HET, maka pangkalan ataupun pengecer akan menaikkan harga jual dari yang sudah berlangsung saat ini. Padahal harga beli gas melon tersebut sudah jauh dari HET yang ditetapkan pemerintah. “Sekarang sudah tembus Rp19.000 hingga Rp20.000. Kalau HET dinaikkan lagi, bisa jadi tembus sampai Rp25.000 per tabung,” ujarnya, kemarin.

Sebenarnya masyarakat tidak mempermasalahkan kenaikan HET tersebut dengan catatan barang itu ada. Sering masyarakat kesulitan dalam mendapatkan gas melon tersebut, tapi ketika dapat mereka harus menebusdenganhargamahal. Di Dlingo ketika gas sedang sulit didapat, harga belinya bisa mencapai Rp22.000 per tabung.

Salah seorang pengusaha gorengan di Kulonprogo, Supangat, mengaku menerima kenyataan harga naik. Sebab gas elpiji sangat dibutuhkan untuk memasak gorengan yang dijualnya. “Mau naik ya tetap beli, tidak mungkin ganti kayu. Elpiji jadi kebutuhan pokok,” ujarnya.

Saat HET masih Rp14.500, dia biasa membeli gas di pedagang eceran antara Rp18.000 hingga Rp20.000. Karena itu, ketika HET naik sedikit dipastikan harganya akan di atas Rp20.00. Dia tidak tahu akan menaikkan harga atau menunggu kondisi lebih lanjut. “Belum tahu nanti mau bagaimana, apa harganya kami naikan atau ukuran diperkecil,” katanya.

Pedagang siomay, Supriningsih mengatakan, kenaikan harga elpiji 3 kilogram dipastikan akan menambah biaya produksi. Sebelumnya harga ikan, tahu, maupun kacang, sudah naik lebih dulu. “Kalau harganya naik, nanti malah pembeli kabur. Kita yang repot kalau harga elpiji naik terus,” ujar pedagang yang memangkal di Alun-Alun Wates ini.

Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM DIY, Riyadi Ida Bagus Salya Subali mengakui, penyesuaian HET di DIY merupakan langkah agar tidak terjadi kelangkaan di DIY, terutama di daerah perbatasan. “Semoga tidak ada kelangkaan ke depannya,” katanya.

Riyadi tidak menampik kenaikan HET di tingkat pangkalan ini akan berdampak pada kenaikan harga di pasaran. Namun, dia berharap kenaikannya masih taraf normal. “Kalau harga tebusnya (HET) Rp15.500, sampai di pengecer warga cukup membelinya Rp16.000 per tabung. Selisih 500 perak itu lumrah, pengecer juga mencari untung,” ujarnya.

Harga yang membumbung tinggi karena rantai perdagangan terlalu panjang. “Misalnya, pengecer mengambil stok dari pengecer, bukan langsung dari pangkalan. Itu rantainya menjadi panjang, itu yang membuat harga melambung. Seharusnya dari pengecer langsung ke pangkalan,” kata dia.

Ridwan anshori/ Erfanto linangkung/ Kuntadi/ Suharjono/ Priyo setyawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7604 seconds (0.1#10.140)