Peminat Produk Daur Ulang Masih Minim
A
A
A
MEDAN - Puluhan produk kerajinan berbahan dasar daur ulang sampah yang berasal dari 15 bank sampah di Kota Medan, dipamerkan di atrium lantai satu area gedung baru Plaza Medan Fair, sejak kemarin hingga 26 April 2015.
Bagi masyarakat yang ingin mengetahui bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang sampah juga bisa mengikuti pelatihan di lokasi pameran. Berbagai produk kerajinan tangan dari daur ulang sampah yang dipamerkan antara lain tas tangan, aneka aksesori, guci, celengan, aneka bunga, gantungan kunci, dan sepatu.
Produk yang dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga ratusan ribu rupiah itu terbuat dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan, seperti kain perca, karung, kertas, plastik, botol, dan lainnya.
“Semakin sulit dan lama membuatnya, maka harganya semakin tinggi. Misalnya tas yang terbuat dari kertas yang sudah dibuburi. Untuk membuat tas itu kertasnya dibuburi terlebih dahulu. Proses menjadi bubur sebelumnya direndam, diblender, lalu dikeringkan. Membuatnya butuh waktu dua pekan, makanya harganya mencapai ratusan ribu rupiah,” ujar Ketua Paguyuban Bank Sampah Kota Medan, Armawati Chaniago, di lokasi pameran, kemarin.
Armawati menjelaskan, produk kerajinan dari daur ulang sampah yang dipamerkan merupakan hasil kerajinan 15 bank sampah dari 60 bank sampah yang ada di bawah naungan Paguyuban Bank Sampah Kota Medan. Melalui pameran ini dia berharap masyarakat bisa mengenal bahwa sampah yang dihasilkan dari rumah sendiri, juga bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual.
“Selama ini masyarakat tidak mengetahui kalau sampah sebenarnya bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual. Makanya, selain pameran, kami juga membuat pelatihan bagi siapa saja yang mau selama pameran. Supaya masyarakat mengerti bahwa sampah punya nilai ekonomis yang bisa menambah pendapatan di keluarganya,” katanya.
Dia mengaku sejauh ini peminat produk dari daur ulang sampah masih minim, karena masyarakat menganggap produk dari sampah tidak terjaga kebersihannya. Selain itu, masyarakat masih menganggap enteng dengan produk yang dihasilkan dari sampah, karena sampah bahan baku yang tidak dibeli. Padahal, produk daur ulang yang dihasilkan perajin bank sampah dijamin kebersihannya.
“Masyarakat harus tahu kalau produk yang kami hasilkan berasal dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan. Jika masyarakat ikut serta membeli produk ini, berarti mereka ikut mempromosikan usaha pengurangan sampah yang kembali ke alam. Kami juga akan terus meningkatkan kualitas, dan jenis produk yang dihasilkan agar lebih bisa diterima masyarakat,” ujarnya. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menyosialisasikan mengenai pemilahan sampah di rumah tangga masyarakat, sehingga sampah yang sudah dipilah dapat diproses menjadi produk cantik.
“Tantangan membuat produk daur ulang sampah ini soal pemilahan sampah rumah tangga. Mestinya ini jadi bagian peran pemerintah untuk menyosialisasikannya. Sebab, ada sampah yang bisa didaur ulang, dan ada juga sampah yang tidak bisa diolah. Misalnya pembalut wanita, puntung rokok, popok bayi yang tidak higienis. Begitu pun baterai, bola lampu karena ada mercuri dan air raksa,” katanya.
Advertising & Promotion Supervisor, Plaza Medan Fair, Tri Wahyudi, mengatakan, pameran kerajinan daur ulang sampah ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka merayakan Hari Kartini dan Hari Bumi yang jatuh setiap April. Pameran ini sebagai bentuk kepedulian terhadap perempuan dan lingkungan.
“Kami berharap dengan adanya pameran produk kerajinan dari daur ulang sampah ini, masyarakat bisa lebih peduli lagi menjaga lingkungan. Sebab, untuk menjaga lingkungan itu berawal dari diri sendiri. Lingkungan juga menjadi cerminan kecantikan wanita. Wanita yang cantik tidak hanya merawat dirinya, tapi juga merawat lingkungan sekitarnya,” ucapnya.
Eko agustyo fb
Bagi masyarakat yang ingin mengetahui bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang sampah juga bisa mengikuti pelatihan di lokasi pameran. Berbagai produk kerajinan tangan dari daur ulang sampah yang dipamerkan antara lain tas tangan, aneka aksesori, guci, celengan, aneka bunga, gantungan kunci, dan sepatu.
Produk yang dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga ratusan ribu rupiah itu terbuat dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan, seperti kain perca, karung, kertas, plastik, botol, dan lainnya.
“Semakin sulit dan lama membuatnya, maka harganya semakin tinggi. Misalnya tas yang terbuat dari kertas yang sudah dibuburi. Untuk membuat tas itu kertasnya dibuburi terlebih dahulu. Proses menjadi bubur sebelumnya direndam, diblender, lalu dikeringkan. Membuatnya butuh waktu dua pekan, makanya harganya mencapai ratusan ribu rupiah,” ujar Ketua Paguyuban Bank Sampah Kota Medan, Armawati Chaniago, di lokasi pameran, kemarin.
Armawati menjelaskan, produk kerajinan dari daur ulang sampah yang dipamerkan merupakan hasil kerajinan 15 bank sampah dari 60 bank sampah yang ada di bawah naungan Paguyuban Bank Sampah Kota Medan. Melalui pameran ini dia berharap masyarakat bisa mengenal bahwa sampah yang dihasilkan dari rumah sendiri, juga bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual.
“Selama ini masyarakat tidak mengetahui kalau sampah sebenarnya bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual. Makanya, selain pameran, kami juga membuat pelatihan bagi siapa saja yang mau selama pameran. Supaya masyarakat mengerti bahwa sampah punya nilai ekonomis yang bisa menambah pendapatan di keluarganya,” katanya.
Dia mengaku sejauh ini peminat produk dari daur ulang sampah masih minim, karena masyarakat menganggap produk dari sampah tidak terjaga kebersihannya. Selain itu, masyarakat masih menganggap enteng dengan produk yang dihasilkan dari sampah, karena sampah bahan baku yang tidak dibeli. Padahal, produk daur ulang yang dihasilkan perajin bank sampah dijamin kebersihannya.
“Masyarakat harus tahu kalau produk yang kami hasilkan berasal dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan. Jika masyarakat ikut serta membeli produk ini, berarti mereka ikut mempromosikan usaha pengurangan sampah yang kembali ke alam. Kami juga akan terus meningkatkan kualitas, dan jenis produk yang dihasilkan agar lebih bisa diterima masyarakat,” ujarnya. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menyosialisasikan mengenai pemilahan sampah di rumah tangga masyarakat, sehingga sampah yang sudah dipilah dapat diproses menjadi produk cantik.
“Tantangan membuat produk daur ulang sampah ini soal pemilahan sampah rumah tangga. Mestinya ini jadi bagian peran pemerintah untuk menyosialisasikannya. Sebab, ada sampah yang bisa didaur ulang, dan ada juga sampah yang tidak bisa diolah. Misalnya pembalut wanita, puntung rokok, popok bayi yang tidak higienis. Begitu pun baterai, bola lampu karena ada mercuri dan air raksa,” katanya.
Advertising & Promotion Supervisor, Plaza Medan Fair, Tri Wahyudi, mengatakan, pameran kerajinan daur ulang sampah ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka merayakan Hari Kartini dan Hari Bumi yang jatuh setiap April. Pameran ini sebagai bentuk kepedulian terhadap perempuan dan lingkungan.
“Kami berharap dengan adanya pameran produk kerajinan dari daur ulang sampah ini, masyarakat bisa lebih peduli lagi menjaga lingkungan. Sebab, untuk menjaga lingkungan itu berawal dari diri sendiri. Lingkungan juga menjadi cerminan kecantikan wanita. Wanita yang cantik tidak hanya merawat dirinya, tapi juga merawat lingkungan sekitarnya,” ucapnya.
Eko agustyo fb
(ars)