Industri Clothing DIY Terus Berkembang
A
A
A
YOGYAKARTA - Ketua Kreatif Independen Clothing Kommunity (KICK) Yogyakarta Wiempy Adhari mengatakan pergerakan industri kreatif clothing di Yogyakarta khususnya terus bertumbuh.
Indikator terlihat dari banyaknya pelaku industri clothing yang bermunculan di Yogyakarta. “Pelaku industri semakin banyak, dulu sebuah clothing masih minor. Sekarang clothing atau distro, setiap hari ada saja anak muda yang buat. Pesat pertumbuhannya dan populasi kian besar, begitu pula market - nya,” ujar Wiempy kepada wartawan kemarin.
Produk yang mulanya dibeli terbatas oleh anak-anak komunitas macam musik independen, skateboard, dan sepeda bmx, kini menarik minat semua kalangan. Tidak terkecuali anak-anak muda dari SMP, SMA, mahasiswa, karyawan swasta, hingga keluarga. Apalagi setiap label membawa konsep dan identitas masing-masing, yang tentu saja kian memberikan inovasi dan pilihan kepada konsumennya.
Tumbuhnya industri ini juga bisa dilihat dalam pameran clothing “The Parade” yang memasuki tahun keenam dan digelar di Yogyakarta pada 10-12 April 2015 lalu. Yang pada kesempatan itu, setidaknya mampu membukukan transaksi sekitar Rp2 miliar. Tolak ukurnya berdasarkan penjualan tiga brand besar di Yogyakarta dan Solo, yakni Starcross, 308, dan Rown Dvsn yang masih mendominasi.
Dari tahun ke tahun pameran ini rata-rata mampu membukukan transaksi Rp3-4 miliar. Paling mencolok ketika pameran digelar pada 2008 ke 2009, nilai transaksi saat itu naik hingga 30%. Momen kebangkitan industri clothing dinilai menjadi faktor tumbuhnya industri saat itu. Namun seiring waktu, pameran 2012 hingga 2014 justru menurun.
Terutama dari segi jumlah pengunjung yang datang ke pameran. Untuk 2015 ini jumlah pengunjung menurun sampai 20%. Tumbuhnya industri clothing di Yogyakarta juga diakui oleh PR & Promotion Supervisor Ouval Research Jimmy Muhammad. Untuk merespons hal tersebut, pihaknya memindahkan Ouval Research Exhibition Room #6 Yogyakarta dari lokasi lama di Jalan Cenderawasih No 8 Yogyakarta ke lokasi baru di Kompleks Colombo No 37 Yogyakarta.
Dengan tampilan yang lebih fresh dan toko yang lebih luas dengan ukuran 11m x13 m, pihaknya jadi lebih banyak menampilkan varian produk. “Varian produk lebih besar dan komplit seperti pusat (yang ada) di Bandung. Sekitar dua kali lipat, sebelumnya 500 varian, sekarang ada 1.200 varian produk (yang dihadirkan) dari atas sampai bawah,” kata Jimmy.
Produk-produk itu meliputi produk anak-anak usia 2-8 tahun, segmen primer di usia 15-25 tahun, hingga di atas 25 ta-hun.
Siti estuningsih
Indikator terlihat dari banyaknya pelaku industri clothing yang bermunculan di Yogyakarta. “Pelaku industri semakin banyak, dulu sebuah clothing masih minor. Sekarang clothing atau distro, setiap hari ada saja anak muda yang buat. Pesat pertumbuhannya dan populasi kian besar, begitu pula market - nya,” ujar Wiempy kepada wartawan kemarin.
Produk yang mulanya dibeli terbatas oleh anak-anak komunitas macam musik independen, skateboard, dan sepeda bmx, kini menarik minat semua kalangan. Tidak terkecuali anak-anak muda dari SMP, SMA, mahasiswa, karyawan swasta, hingga keluarga. Apalagi setiap label membawa konsep dan identitas masing-masing, yang tentu saja kian memberikan inovasi dan pilihan kepada konsumennya.
Tumbuhnya industri ini juga bisa dilihat dalam pameran clothing “The Parade” yang memasuki tahun keenam dan digelar di Yogyakarta pada 10-12 April 2015 lalu. Yang pada kesempatan itu, setidaknya mampu membukukan transaksi sekitar Rp2 miliar. Tolak ukurnya berdasarkan penjualan tiga brand besar di Yogyakarta dan Solo, yakni Starcross, 308, dan Rown Dvsn yang masih mendominasi.
Dari tahun ke tahun pameran ini rata-rata mampu membukukan transaksi Rp3-4 miliar. Paling mencolok ketika pameran digelar pada 2008 ke 2009, nilai transaksi saat itu naik hingga 30%. Momen kebangkitan industri clothing dinilai menjadi faktor tumbuhnya industri saat itu. Namun seiring waktu, pameran 2012 hingga 2014 justru menurun.
Terutama dari segi jumlah pengunjung yang datang ke pameran. Untuk 2015 ini jumlah pengunjung menurun sampai 20%. Tumbuhnya industri clothing di Yogyakarta juga diakui oleh PR & Promotion Supervisor Ouval Research Jimmy Muhammad. Untuk merespons hal tersebut, pihaknya memindahkan Ouval Research Exhibition Room #6 Yogyakarta dari lokasi lama di Jalan Cenderawasih No 8 Yogyakarta ke lokasi baru di Kompleks Colombo No 37 Yogyakarta.
Dengan tampilan yang lebih fresh dan toko yang lebih luas dengan ukuran 11m x13 m, pihaknya jadi lebih banyak menampilkan varian produk. “Varian produk lebih besar dan komplit seperti pusat (yang ada) di Bandung. Sekitar dua kali lipat, sebelumnya 500 varian, sekarang ada 1.200 varian produk (yang dihadirkan) dari atas sampai bawah,” kata Jimmy.
Produk-produk itu meliputi produk anak-anak usia 2-8 tahun, segmen primer di usia 15-25 tahun, hingga di atas 25 ta-hun.
Siti estuningsih
(ftr)