Petani Karo Beralih ke Jamur
A
A
A
MEDAN - Erupsi Gunung Sinabung yang berkepanjangan, memaksa petani di Kabupaten Karo, khususnya warga Desa Mardingding, Kecamatan Tiga Nderket, mengubah haluan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Akibat banyak tanaman dan ladang yang rusak, mereka kini memilih membudidayakan jamur tiram sebagai pengganti bertani buah dan sayur-sayuran. “Kami harus mengubah pola kerja untuk tetap bertahan hidup. Tidak ada yang bisa kami kerjakan selain bertani dan beternak. Makanya, kami tidak mau menyerah dan akan mengembangkan jamur tiram ini,” ungkap Jepri, salah seorang warga Desa Mardingding di sela-sela kegiatannyamembangunrumah jamur kedua di desa itu saat ditemui KORAN SINDO MEDAN , akhir pekan lalu.
Saat ini, ada sekitar 30 kepala keluarga (KK) yang mulai membudidayakan jamur. Sudah tersedia satu lumbung rumah adat Karo milik warga yang dijadikan sebagai lumbung jamur tiram, atau mereka sebut rumah jamur. Di rumah jamur itu, sejumlah warga sudah berhasil memanen jamur tiram hasil bantuan, salah satunya dari Komunitas Turun Tangan di Medan. Kini, warga mulai membangun rumah jamur yang lebih besar.
Rumah jamur yang dibangun dengan bambu dan beratapkan rumbia dianggap dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang luar biasa. Cuaca dan tepat di pegunungan dan pendidikan budi daya jamur yang telah diberikan kepada warga seakan memberi warna baru dan semangat baru bagi mereka setelah sekian lama berdiam diri karena hancurnya tanaman akibat erupsi gunung Sinabung.
Desa Mardingding merupakan salah satu desa yang terparah terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Desa tersebut terletak tidak kurang dari lima kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Warga mengakui sering mendengar dentuman keras dan melihat lava pijar dari puncak mulut kawah Hunung Sinabung. Di desa tersebut banyak rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya dan pindah ke tempat lain.
Namun, sejumlah warga yang masih tetap bertahan menyambung hidupnya dengan membudidayakan jamur tiram dan beternak ikan. Saat ini produksi jamur tiram dari desa Mardingding mulai meningkat, namun untuk pemasaran, warga masih mengalami kesulitan. Sejumlah relawan yang terus mendampingi warga dalam pengembangan budi daya jamur tiram tersebut juga mengharapkan agar pemasaran jamur tiram dapat berkembang.
“Warga Desa Mardingding sudah mulai mandiri, tidak lagi terus-menerus mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. Mereka sudah bisa memproduksi jamur tiram tanpa terkena abu vulkanik karena lokasi lumbung yang sangat tertutup,” kata Frans, salah seorang relawan yang telah lama tinggal di Desa Mardingding.
Saat ini warga Desa Mardingding membutuhkan pemasaran yang tepat untuk bisa menjual hasil panen jamur tiram. Harapan warga desa supaya ada pengusaha yang mau membeli jamur dengan harga yang pantas.
Kadri boy tarigan
Akibat banyak tanaman dan ladang yang rusak, mereka kini memilih membudidayakan jamur tiram sebagai pengganti bertani buah dan sayur-sayuran. “Kami harus mengubah pola kerja untuk tetap bertahan hidup. Tidak ada yang bisa kami kerjakan selain bertani dan beternak. Makanya, kami tidak mau menyerah dan akan mengembangkan jamur tiram ini,” ungkap Jepri, salah seorang warga Desa Mardingding di sela-sela kegiatannyamembangunrumah jamur kedua di desa itu saat ditemui KORAN SINDO MEDAN , akhir pekan lalu.
Saat ini, ada sekitar 30 kepala keluarga (KK) yang mulai membudidayakan jamur. Sudah tersedia satu lumbung rumah adat Karo milik warga yang dijadikan sebagai lumbung jamur tiram, atau mereka sebut rumah jamur. Di rumah jamur itu, sejumlah warga sudah berhasil memanen jamur tiram hasil bantuan, salah satunya dari Komunitas Turun Tangan di Medan. Kini, warga mulai membangun rumah jamur yang lebih besar.
Rumah jamur yang dibangun dengan bambu dan beratapkan rumbia dianggap dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang luar biasa. Cuaca dan tepat di pegunungan dan pendidikan budi daya jamur yang telah diberikan kepada warga seakan memberi warna baru dan semangat baru bagi mereka setelah sekian lama berdiam diri karena hancurnya tanaman akibat erupsi gunung Sinabung.
Desa Mardingding merupakan salah satu desa yang terparah terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Desa tersebut terletak tidak kurang dari lima kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Warga mengakui sering mendengar dentuman keras dan melihat lava pijar dari puncak mulut kawah Hunung Sinabung. Di desa tersebut banyak rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya dan pindah ke tempat lain.
Namun, sejumlah warga yang masih tetap bertahan menyambung hidupnya dengan membudidayakan jamur tiram dan beternak ikan. Saat ini produksi jamur tiram dari desa Mardingding mulai meningkat, namun untuk pemasaran, warga masih mengalami kesulitan. Sejumlah relawan yang terus mendampingi warga dalam pengembangan budi daya jamur tiram tersebut juga mengharapkan agar pemasaran jamur tiram dapat berkembang.
“Warga Desa Mardingding sudah mulai mandiri, tidak lagi terus-menerus mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. Mereka sudah bisa memproduksi jamur tiram tanpa terkena abu vulkanik karena lokasi lumbung yang sangat tertutup,” kata Frans, salah seorang relawan yang telah lama tinggal di Desa Mardingding.
Saat ini warga Desa Mardingding membutuhkan pemasaran yang tepat untuk bisa menjual hasil panen jamur tiram. Harapan warga desa supaya ada pengusaha yang mau membeli jamur dengan harga yang pantas.
Kadri boy tarigan
(ftr)