Kambing Seharga Mobil Ikuti Kontes Janggut
A
A
A
BANTUL - Ratusan kambing berkumpul di Pasar Seni Gabusan (PSG) untuk mengikuti kontes memperebutkan piala dari GBPH Prabu Kusumo (adik Raja Yogyakarta). Kambingkambing ini bukan kambing biasa.
Kambing yang ikut kontes ini rata-rata kambing seharga motor bebek, bahkan sampai harga mobil. Kemarin merupakan hajatan pencinta kambing PE atau yang lebih tenar dengan sebutan kambing Etawa. Para pemilik dan pencinta kambing Etawa beradu kontes kambingkambing yang mereka miliki. Akan tetapi bukan diadu, kambing- kambing tersebut berkompetisi dalam empat kategori. “Kontes ini sudah keenam kalinya. Kontes ini diikuti oleh pencinta kambing Etawa dari seluruh Indonesia,” ujar Sekretaris Penyelenggara Kontes Kambing PE Yogya Istimewa, Eko Wantoro, kemarin.
Eko mengatakan, hajatan ini juga pernah digelar di Purworejo, Wonosobo, bahkan hingga ke Madura. Beberapa kategori yang dilombakan mulai dari muka hingga janggut, telinga, kelebatan bulu, serta postur tubuh. Kambing high class ini dilombakan bukan berdasarkan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Tak ada yang baku dalam penilaian tersebut, hanya saja untuk kambing yang memiliki kategori baik, semua sudah sepakat.
Kambing-kambing tersebut mukanya berbentuk setengah lingkaran, telinga panjang, bulu lebat serta berwarna putih, dan kepala hitam. Yang paling utama adalah postur besar layaknya seekor sapi. “Saat ini ada 400 kambing yang ikut,” tuturnya. Eko menyebutkan, kontes terbagi empat kelas sesuai dengan kategori masing-masing. Kelas A untuk gigi yang rampas atau giginya sudah lepas. Kelas B yakni lepas gigi dua pasang, Kelas C belum lepas gigi, serta kelas D adalah kambing yang memiliki postur tubuh minimal di atas 70 cm.
Melalui kontes ini diharapkan bisa mengangkat citra kambing PE. Berdasarkan pantauan yang ia lakukan, kambing-kambing dari seluruh Indonesia yang ikut kontes tersebut mulai dari harga Rp3 juta hingga Rp 60 juta. Dengan kontes ini diharapkan kesejahteraan para peternak semakin meningkat seiring dengan terangkatnya pamor kambing-kambing Etawa di mata dunia.
“Nilai jual kambing Etawa ini memang di atas ratarata kambing jenis lain. Dengan kontes ini tujuannya memang mengangkat prestise kambing itu sendiri,” katanya. Karena nilai jual kambing ini menggiurkan, jumlah peternak Etawa di DIY terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2014 silam, dia mencatat setidaknya ada 500 peternak yang tertarik membudidayakan kambing Etawa.
Mereka ada yang merupakan peternak peralihan, dari kambing biasa ke kambing Etawa, namun juga ada yang langsung peternak Etawa. Lurah Desa Dlingo Bahrun Wardoyo yang kebetulan ada warganya yang membudidayakan kambing Etawa mengatakan, nilai jual kambing Etawa yang jauh di atas kambing biasa memang menjadi daya tarik tersendiri bagi kambing ini. Kini ia tengah memberdayakan warganya untuk memelihara kambing Etawa agar kesejahteraan mereka meningkat.
“Selama ini, warga kami hanya memelihara kambing jenis Gembel atau Jawa. Hasilnya itu-itu saja, tidak ada peningkatan yang berarti,” tandasnya.
Erfanto linangkung
Kambing yang ikut kontes ini rata-rata kambing seharga motor bebek, bahkan sampai harga mobil. Kemarin merupakan hajatan pencinta kambing PE atau yang lebih tenar dengan sebutan kambing Etawa. Para pemilik dan pencinta kambing Etawa beradu kontes kambingkambing yang mereka miliki. Akan tetapi bukan diadu, kambing- kambing tersebut berkompetisi dalam empat kategori. “Kontes ini sudah keenam kalinya. Kontes ini diikuti oleh pencinta kambing Etawa dari seluruh Indonesia,” ujar Sekretaris Penyelenggara Kontes Kambing PE Yogya Istimewa, Eko Wantoro, kemarin.
Eko mengatakan, hajatan ini juga pernah digelar di Purworejo, Wonosobo, bahkan hingga ke Madura. Beberapa kategori yang dilombakan mulai dari muka hingga janggut, telinga, kelebatan bulu, serta postur tubuh. Kambing high class ini dilombakan bukan berdasarkan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Tak ada yang baku dalam penilaian tersebut, hanya saja untuk kambing yang memiliki kategori baik, semua sudah sepakat.
Kambing-kambing tersebut mukanya berbentuk setengah lingkaran, telinga panjang, bulu lebat serta berwarna putih, dan kepala hitam. Yang paling utama adalah postur besar layaknya seekor sapi. “Saat ini ada 400 kambing yang ikut,” tuturnya. Eko menyebutkan, kontes terbagi empat kelas sesuai dengan kategori masing-masing. Kelas A untuk gigi yang rampas atau giginya sudah lepas. Kelas B yakni lepas gigi dua pasang, Kelas C belum lepas gigi, serta kelas D adalah kambing yang memiliki postur tubuh minimal di atas 70 cm.
Melalui kontes ini diharapkan bisa mengangkat citra kambing PE. Berdasarkan pantauan yang ia lakukan, kambing-kambing dari seluruh Indonesia yang ikut kontes tersebut mulai dari harga Rp3 juta hingga Rp 60 juta. Dengan kontes ini diharapkan kesejahteraan para peternak semakin meningkat seiring dengan terangkatnya pamor kambing-kambing Etawa di mata dunia.
“Nilai jual kambing Etawa ini memang di atas ratarata kambing jenis lain. Dengan kontes ini tujuannya memang mengangkat prestise kambing itu sendiri,” katanya. Karena nilai jual kambing ini menggiurkan, jumlah peternak Etawa di DIY terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2014 silam, dia mencatat setidaknya ada 500 peternak yang tertarik membudidayakan kambing Etawa.
Mereka ada yang merupakan peternak peralihan, dari kambing biasa ke kambing Etawa, namun juga ada yang langsung peternak Etawa. Lurah Desa Dlingo Bahrun Wardoyo yang kebetulan ada warganya yang membudidayakan kambing Etawa mengatakan, nilai jual kambing Etawa yang jauh di atas kambing biasa memang menjadi daya tarik tersendiri bagi kambing ini. Kini ia tengah memberdayakan warganya untuk memelihara kambing Etawa agar kesejahteraan mereka meningkat.
“Selama ini, warga kami hanya memelihara kambing jenis Gembel atau Jawa. Hasilnya itu-itu saja, tidak ada peningkatan yang berarti,” tandasnya.
Erfanto linangkung
(ars)