Lebih Mudah, seperti Bermain Facebook Tinggal Klik
A
A
A
Ujian nasional (UN) dengan sistemonline atau computer based tes yang akan dilakukan pertengahan April ini oleh para siswa di beberapa sekolah yang ada di Yogyakarta, tak membuat mereka merasa kesulitan.
Malah, dianggapnya lebih mudah seperti memainkan jejaring sosial, Facebook. Ini dirasakan salah satu siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta Joko Lelono. Pemuda berumur 17 tahun tersebut mengaku baru satu kali saja mengikuti simulasi ujian onlineini di sekolahnya tapi sudah mampu menguasainya.
“Dari kita tidak kesulitan, sudah coba di mini tes. Ternyata tidak sulit,” ucapnya.Lebih mudah ujian memakai sistem onlineseperti ini. Jika dibandingkan dengan model yang lama karena menghitamkan bulatan jawaban yang dipilih. “Mudah seperti main Facebook, tinggal klik-klik. Kalau ujian yang biasanya kanharus lama buletin jawaban yang dipilih,” ujar siswa kelas tiga jurusan multimedia ini. Sama halnya dengan Joko Lelono, siswa kelas tiga lain di SMKN 2 Yogyakarta, Hafshoh Musfiroh juga merasa kemudahannya.
Meski demikian, siswa ditekankan harus lebih bisa mengasah daya ingatnya. Ini dimaksudkannya ketika menemui soal di mata pelajaran bahasa Indonesia. “Kalau manual, ujian seperti biasa memakai kertas kansoalnya bisa dicorat-coret pakai spidol. Tapi ini kantidak mungkin. Jadi, kita harus berlatih lebih meningkatkan ingatan saja,” ucapnya.
Ujian onlinekhusus di Kota Yogyakarta ini dilakukan belasan sekolah tingkat sekolah menengah kejuruan negeri maupun swasta. Khusus di SMKN 2 Yogyakarta ada sekitar 686 siswa yang mengikutinya.
“Kita menggunakan tujuh laboratorium dengan tiga kali sesi,” papar salah satu guru di sana, Arif Eka Prasetya. Sebelum melakukan ujian yang sebenarnya, para siswa mendapatkan pembekalan sebanyak dua kali untuk pengenalan serta uji coba. Hasil ujian nasional ini nantinya memang menentukan kelulusan siswa. Namun, yang mempunyai keputusan apakah siswa tersebut lulus atau tidak tak lagi dari pusat, melainkan pihak sekolah itu sendiri.
“Lebih baik memang begitu. Karena sekolahlah yang lebih mengerti karakter dan potensi siswa itu sendiri,” tandas Arif Eka Prasety. Kendati demikian, tetap saja ujian nasional ini diperlukan. Paling tidak untuk memacu belajar siswa agar lebih giat lagi.
“Tetap harus ada UN karena untuk memberi motivasi kepada anak serta bersaing dengan sekolah lain, bisa membandingkan nilai UN online-nya. Jadi, intinya untuk pemetaan kualitas pendidikan di setiap wilayah,” kata Sudiyono, guru mata pelajaran mesin di SMKN 2 Yogyakarta ini.
Ridho Hidayat
Yogyakarta
Malah, dianggapnya lebih mudah seperti memainkan jejaring sosial, Facebook. Ini dirasakan salah satu siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta Joko Lelono. Pemuda berumur 17 tahun tersebut mengaku baru satu kali saja mengikuti simulasi ujian onlineini di sekolahnya tapi sudah mampu menguasainya.
“Dari kita tidak kesulitan, sudah coba di mini tes. Ternyata tidak sulit,” ucapnya.Lebih mudah ujian memakai sistem onlineseperti ini. Jika dibandingkan dengan model yang lama karena menghitamkan bulatan jawaban yang dipilih. “Mudah seperti main Facebook, tinggal klik-klik. Kalau ujian yang biasanya kanharus lama buletin jawaban yang dipilih,” ujar siswa kelas tiga jurusan multimedia ini. Sama halnya dengan Joko Lelono, siswa kelas tiga lain di SMKN 2 Yogyakarta, Hafshoh Musfiroh juga merasa kemudahannya.
Meski demikian, siswa ditekankan harus lebih bisa mengasah daya ingatnya. Ini dimaksudkannya ketika menemui soal di mata pelajaran bahasa Indonesia. “Kalau manual, ujian seperti biasa memakai kertas kansoalnya bisa dicorat-coret pakai spidol. Tapi ini kantidak mungkin. Jadi, kita harus berlatih lebih meningkatkan ingatan saja,” ucapnya.
Ujian onlinekhusus di Kota Yogyakarta ini dilakukan belasan sekolah tingkat sekolah menengah kejuruan negeri maupun swasta. Khusus di SMKN 2 Yogyakarta ada sekitar 686 siswa yang mengikutinya.
“Kita menggunakan tujuh laboratorium dengan tiga kali sesi,” papar salah satu guru di sana, Arif Eka Prasetya. Sebelum melakukan ujian yang sebenarnya, para siswa mendapatkan pembekalan sebanyak dua kali untuk pengenalan serta uji coba. Hasil ujian nasional ini nantinya memang menentukan kelulusan siswa. Namun, yang mempunyai keputusan apakah siswa tersebut lulus atau tidak tak lagi dari pusat, melainkan pihak sekolah itu sendiri.
“Lebih baik memang begitu. Karena sekolahlah yang lebih mengerti karakter dan potensi siswa itu sendiri,” tandas Arif Eka Prasety. Kendati demikian, tetap saja ujian nasional ini diperlukan. Paling tidak untuk memacu belajar siswa agar lebih giat lagi.
“Tetap harus ada UN karena untuk memberi motivasi kepada anak serta bersaing dengan sekolah lain, bisa membandingkan nilai UN online-nya. Jadi, intinya untuk pemetaan kualitas pendidikan di setiap wilayah,” kata Sudiyono, guru mata pelajaran mesin di SMKN 2 Yogyakarta ini.
Ridho Hidayat
Yogyakarta
(ars)