Petani Minta Pemerintah Buka Keran Ekspor Beras Hitam
A
A
A
KARANGANYAR - Petani di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar meminta Kementerian Pertanian (Kementan) membuka keran ekspor komoditas beras hitam yang diproduksi di daerah tersebut.
Pasalnya, selama ini petani kesulitan memasarkan produk keluar negeri karena terbentur regulasi ekspor. Padahal beras tersebut diminati sejumlah negara, seperti Taiwan dan China. Ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) penanam beras hitam Gemah Ripah di Desa Ngemplak Sri Murtini mengatakan padi jenis beras hitam telah dihasilkan sejak 2008. Pemasarannya hanya di kalangan tertentu, padahal beras tersebut mempunyai banyak keunggulan dibanding beras lain, yakni kandungan serat tinggi, antioksidan, dan kadar gula lebih rendah.
“Kami berharap Kementan bisa membantu dalam memasarkan ke luar negeri agar petani menjadi lebih bersemangat dalam meningkatkan produksi,” ujar Sri Murtini kemarin. Biaya produksi beras hitam tak jauh berbeda dengan beras biasa karena petani dianjurkan menggunakan pupuk organik untuk menjaga kualitas. Jika pemeliharaannya bagus, 1 hektare lahan bisa menghasilkan 8 ton dengan harga jual gabah dua kali lipat dibanding beras biasa.
“Harga di pasaran bisa mencapai Rp30.000 per kilogram. Kami siap memproduksi lebih banyak jika ada jaminan pemasaran dari pemerintah,” kata dia. Sri mengungkapkan, beras jenis ini potensial dikembangkan di sejumlah daerah seperti Kecamatan Matesih, Jatipuro, Karanganyar Kota, Mojogedang, dan, Karangpandan. Lahan di daerah tersebut sangat cocok dan ketersediaan pupuk organik juga mencukupi.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Karanganyar Danik Sih Handayani mengungkapkan, pengembangan beras organik ini dilakukan di Kecamatan Karangpandan, Karanganyar Kota, dan Mojogedang dengan luas 90 hektare. “Rencananya akan diekspor ke Taiwan,” ujarnya.
Ary wahyu wibowo
Pasalnya, selama ini petani kesulitan memasarkan produk keluar negeri karena terbentur regulasi ekspor. Padahal beras tersebut diminati sejumlah negara, seperti Taiwan dan China. Ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) penanam beras hitam Gemah Ripah di Desa Ngemplak Sri Murtini mengatakan padi jenis beras hitam telah dihasilkan sejak 2008. Pemasarannya hanya di kalangan tertentu, padahal beras tersebut mempunyai banyak keunggulan dibanding beras lain, yakni kandungan serat tinggi, antioksidan, dan kadar gula lebih rendah.
“Kami berharap Kementan bisa membantu dalam memasarkan ke luar negeri agar petani menjadi lebih bersemangat dalam meningkatkan produksi,” ujar Sri Murtini kemarin. Biaya produksi beras hitam tak jauh berbeda dengan beras biasa karena petani dianjurkan menggunakan pupuk organik untuk menjaga kualitas. Jika pemeliharaannya bagus, 1 hektare lahan bisa menghasilkan 8 ton dengan harga jual gabah dua kali lipat dibanding beras biasa.
“Harga di pasaran bisa mencapai Rp30.000 per kilogram. Kami siap memproduksi lebih banyak jika ada jaminan pemasaran dari pemerintah,” kata dia. Sri mengungkapkan, beras jenis ini potensial dikembangkan di sejumlah daerah seperti Kecamatan Matesih, Jatipuro, Karanganyar Kota, Mojogedang, dan, Karangpandan. Lahan di daerah tersebut sangat cocok dan ketersediaan pupuk organik juga mencukupi.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Karanganyar Danik Sih Handayani mengungkapkan, pengembangan beras organik ini dilakukan di Kecamatan Karangpandan, Karanganyar Kota, dan Mojogedang dengan luas 90 hektare. “Rencananya akan diekspor ke Taiwan,” ujarnya.
Ary wahyu wibowo
(ars)