Hari Kedua Tryout UN CBT Masih Banyak Kendala
A
A
A
SURABAYA - Tryoutujian nasional (UN) berbasis komputer (computer based test/CBT) kembali dilaksanakan di 54 SMA/SMK negeri dan swasta di Surabaya, kemarin. Ini merupakan tryout kedua yang dilaksanakan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) bersamaan penggunaan server maupun softwarebaru.
Berdasarkan pantauan di sejumlah sekolah negeri maupun swasta menunjukkan, masih adanya masalah meski pada akhirnya bisa diatasi. Masalah yang muncul langsung direspons lantaran tidak ingin saat UN CBT benar-benar dilaksanakan justru amburadul. Tryout kedua kemarin menjadi sarana pembelajaran bagi siswa, guru pengawas, terutama bagi petugas teknisi informasi dan teknologi.
SMK Perdana di Jalan Kedung Asem, Rungkut, salah satu contoh SMK swasta di Surabaya yang bakal melaksanakan UN CBT. SMK yang dikelola Yayasan Masjid As Salafiyah (Yamasa) ini juga melaksanakan tryout bagi 63 murid kelas XII. “Ada dua ruang ujian dan setiap ruangan diisi 30 dan 32 siswa. Tiap ruangan ada 38 laptop, dan enam unit buat cadangan. Semua laptop milik sekolah,” kata Kepala SMK Perdana (Yamasa) HM In’am Latief, kemarin.
Setelah dua sesi tryout dengan materi mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia dilaksanakan, ternyata sejumlah siswa mengalami kesulitan. “Waktu pelaksanaan sempat mundur. Selain itu, ID server sempat trouble. Akhirnya kami siasati dengan memasukan serial numbersekolah,” kata Kustiyah, penanggung jawab IT SMK Perdana saat mendampingi In’am Latief.
Sebagai Kepala SMK Perdana, In’am Latief senang sekolahnya bisa mengikuti UN CBT. Tidak berlebihan kiranya lantaran mayoritas siswa dari keluarga tidak mampu. Operasional sekolah selama ini mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (Bopda).
“UN CBT ini juga bagian persiapan kami mencetak lulusan siap kerja bersamaan pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” kata In’am Latief. Keberadaan kendala saat tryout UN CBT di SMK Perdana dibenarkansalahsatupelajar, Rizal Subekti dari kelas XII. “Kendalanya, token berubah tiap 15 menit. Jadi harus tanya token baru ke pengawas,” tutur Rizal.
Kendala tryout UN CBT kedua juga terjadi di SMA Muhammadiyah Dua (Smamda) Surabaya. Bergantinya token tiap 15 menit juga menjadi kendala. Kendala lain adalah tidak jelasnya audio pemandu mata pelajaran Bahasa Inggris dengan materi listening. “Audio kurang jelas,” ungkap Febriyanisa Triyasti, siswi kelas XII-IPS Smamda.
Kepala Bidan Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Sudarminto membenarkan adanya beberapa kendala. “Masalah lain yang muncul adalah tidak adanya nama anak (peserta) di komputer yang ada di ruangannya. Setelah dicek ternyata namanya ada di ruangan lain. Namun semua bisa diatasi,” kata Dar, sapaannya.
Soeprayitno
Berdasarkan pantauan di sejumlah sekolah negeri maupun swasta menunjukkan, masih adanya masalah meski pada akhirnya bisa diatasi. Masalah yang muncul langsung direspons lantaran tidak ingin saat UN CBT benar-benar dilaksanakan justru amburadul. Tryout kedua kemarin menjadi sarana pembelajaran bagi siswa, guru pengawas, terutama bagi petugas teknisi informasi dan teknologi.
SMK Perdana di Jalan Kedung Asem, Rungkut, salah satu contoh SMK swasta di Surabaya yang bakal melaksanakan UN CBT. SMK yang dikelola Yayasan Masjid As Salafiyah (Yamasa) ini juga melaksanakan tryout bagi 63 murid kelas XII. “Ada dua ruang ujian dan setiap ruangan diisi 30 dan 32 siswa. Tiap ruangan ada 38 laptop, dan enam unit buat cadangan. Semua laptop milik sekolah,” kata Kepala SMK Perdana (Yamasa) HM In’am Latief, kemarin.
Setelah dua sesi tryout dengan materi mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia dilaksanakan, ternyata sejumlah siswa mengalami kesulitan. “Waktu pelaksanaan sempat mundur. Selain itu, ID server sempat trouble. Akhirnya kami siasati dengan memasukan serial numbersekolah,” kata Kustiyah, penanggung jawab IT SMK Perdana saat mendampingi In’am Latief.
Sebagai Kepala SMK Perdana, In’am Latief senang sekolahnya bisa mengikuti UN CBT. Tidak berlebihan kiranya lantaran mayoritas siswa dari keluarga tidak mampu. Operasional sekolah selama ini mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (Bopda).
“UN CBT ini juga bagian persiapan kami mencetak lulusan siap kerja bersamaan pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” kata In’am Latief. Keberadaan kendala saat tryout UN CBT di SMK Perdana dibenarkansalahsatupelajar, Rizal Subekti dari kelas XII. “Kendalanya, token berubah tiap 15 menit. Jadi harus tanya token baru ke pengawas,” tutur Rizal.
Kendala tryout UN CBT kedua juga terjadi di SMA Muhammadiyah Dua (Smamda) Surabaya. Bergantinya token tiap 15 menit juga menjadi kendala. Kendala lain adalah tidak jelasnya audio pemandu mata pelajaran Bahasa Inggris dengan materi listening. “Audio kurang jelas,” ungkap Febriyanisa Triyasti, siswi kelas XII-IPS Smamda.
Kepala Bidan Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Sudarminto membenarkan adanya beberapa kendala. “Masalah lain yang muncul adalah tidak adanya nama anak (peserta) di komputer yang ada di ruangannya. Setelah dicek ternyata namanya ada di ruangan lain. Namun semua bisa diatasi,” kata Dar, sapaannya.
Soeprayitno
(bbg)