Pameran Lukisan Tiga Karakter Tiga Warna

Senin, 23 Maret 2015 - 12:33 WIB
Pameran Lukisan Tiga Karakter Tiga Warna
Pameran Lukisan Tiga Karakter Tiga Warna
A A A
MEDAN - Pameran seni rupa bertajuk Tiga Karakter Tiga Warna di Grand Aston City Hall, Medan memamerkan 20 karya lukis dengan karakter karya lukis berbeda yakni abstrak, realis dan kaligragi Aran.

Pameran ini digelar 22 Maret hingga 5 April mendatang. Tiga seniman seni rupa Kota Medan, Anang To2 Sutoto, M Yatim Mustafa dan S Handono Hadi mempersiapkan masing-masing karya seni mereka selama dua tahun. Anang To2 Sutoto mengungkapkan, pameran seni rupa Tiga Karakter, Tiga Warna ini merupakan langkah awal bangkitnya kembali karya seni rupa asal Kota Medan.

“Kami mencoba dengan profesional untuk mempersiapkan pameran ini. Terbukti, 20 karya seni rupa yang dipamerkan ini belum pernah dipamerkan sama sekali, jadi, ini betul-betul baru. Seluruh karya seni rupa Tiga Karakter, Tiga Warna kami siapkan selama dua tahun,” paparnya saat menggelar konperensi pers sebelum dibukanya pameran seni rupa tersebut.

Anang menambahkan, pameran seni rupa tersebut juga menjadi ajang ujicoba untuk mengetahui karakter seni rupa mana yang disukai masyarakat. “Ini masih test case untuk mengetahui karakter mana yang diminati masyarakat,” ungkapnya.

Salah seorang Kurator yang turut hadir di konferensi pers tersebut, Kuss Indarto mengungkapkan pameran seni rupa bertajuk Tiga Karakter, Tiga Warna tersebut dikarenakan pameran seni rupa tersebut menghadirkan hasil karya seni rupa yang memiliki aliran yang berbeda.

Seperti Anang To2 Sutoto memiliki ketertarikan pada gubahan visual abstrak dalam semua bentang kanvasnya. Karya lukis abstrak yang ditekuninya adalah abstrak non figuratif atau abstrak amorfik (tanpa tendensi, bentuk tertentu). Sebanyak 9 karya lukis abstrak yang dipresentasikannya dalam pameran tersebut. Lain halnya dengan Muhammad Yatim Mustafa.

Seniman seni rupa yang sudah terkenal di Kota Medan menampilkan seni rupa realisme dan naturalisme. Dalam pameran tersebut, Muhammad Yatim Mustafa memamerkan tiga karyanya dengan gagasan yang tidak populer yakni tentang sampah dan kuburan.

“Ternyata, gagasan yang tidak lazim bisa menjadi menarik bila dituangkan dalam bentuk lukisan. Perpaduan warna dan tekstur lukisan membuat lukisan sampah dan kuburan menjadi hasil karya yang memiliki value yang tinggi,” paparnya.

Karakter karya lukis yang terakhir dalam pameran tersebut yakni kaligrafi Arab, hasil karya seniman seni rupa senior Kota Medan, S Handono Hadi. Dengan memiliki latar belakang sebagai pelukis abstrak, S Handono Hadi berhasil memadukan kaligrafi Arab, petikan dari kitab suci, Al Quran dengan lukisan abstrak menjadi elemen artistik dalam karya. Jadi, hasil karyanya bukan kaligrafi murni.

“Adanya perbedaan dasar dalam kreatifitas antarketiganya justru dikelola dan memunculkan kontras-kontras yang menarik dan relatif yang memberi pengayaan dalam pameran ini. Ketiga karakter ini masingmasing berusaha menyedot perhatian, sekaligus memberi usaha secara kolektivitas dengan segala kelebihan dan kekurangannya,” pungkasnya.

S Handono Hadi, Seniman seni rupa berkarakter kaligrafi Arab mengungkapkan, karya seni rupa tidak bisa dinilai dari nilai jualnya. Karya seni rupa juga memiliki value yang tinggi di antaranya pengalaman seniman, emosi seniman yanh dituangkan dalam lukisan dan lainnya.

“Tidak sekadar dipamerkan, seluruh lukisan ini juga dijual bila ada yang berminat. Harganya bervariatif hingga Rp400 jutaan. Background pelukis, market hasil karya pelukis menjadi salah satu penentu harga lukisan,” paparnya.

Dicky irawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4491 seconds (0.1#10.140)