Bangun Rumah Singgah Satwa di Mura
A
A
A
PALEMBANG - Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Animal’s Indone sia akan membangun lembaga konservasi khusus bagi satwa yang dilindungi.
Lembaga konservasi yang bersifat rumah singgah ini menjadi upaya penyelamatan dan perlindungan satwa langka dan dilindungi di Sumsel. Pada peringatan hari Bakti Rimbawan kemarin, Kepala BKSDA Sumsel, Nunu Anugerah menuturkan, jika selama ini, seluruh hewan yang berhasil diselamatkan dan diserahkan dari masyarakat lebih banyak dibawa ke luar Sumsel.
Namun, nantinya pada tahun ini, hewan-hewan itu akan terlebih da hulu disinggahkan pada lembaga konservasi khusus. Lembaga itu akan dibangun di Kabupaten Musi Rawas dan mulai diaktifkan pada pertengahan tahun ini. “Selama ini, Sumsel juga belum ada lembaga konservasi, seperti kebun binatang atau taman satwa sehingga seluruh hewan yang dilindungi atau berhasil diselamatkan akan dikirim ke lembaga konservasi di luar Sumsel,” ungkapnya usai meng hadiri hari Bakti Rimbawan yang diselenggarakan di BKSDA Palembang.
Kondisi ini, kata Nunu, cukup memakan banyak anggaran. Biaya yang dikeluarkan untuk membawa satwa ke lokasi LK luar Sumsel, ditanggung oleh pemerintah pusat. “Lebih baik, memang di suatu provinsi ada lembaga konservasi, agar hewan-hewan di lindungi di provinsi itu, tidak harus dibawa ke luar habitat nya,”ujarnya. Jika nantinya, lembaga konservasi khusus itu telah diaktifkan, seluruh hewan-hewan yang berhasil diselamatkan BKSDA akan terlebih dahulu dipelihara di tempat tersebut.
“Sebelum diputuskan dibawa ke lembaga konservasi mana, hewan itu dibawa ke lembaga konservasi di Musi Rawas itu,”ungkap ia. Sementara itu, dalam peringatan hari Bakti Rimbawan, dilakukan penanaman pohon di areal BKSDA Palembang, serta pelepasan burung tekukur.
Ditambahkan Kepala BKSDA Resort Kota Palembang Andre, keberadaan lembaga konservasi akan cukup membantu menampung satwa-satwa yang berhasil diselamatkan. Selama ini, juga satwa-satwa yang di lindungi yang berhasil diselamatkan di Sumsel, terutama di Palembang malah dibawa ke luar habitatnya, akibat belum tersedia lembaga konservasi.
Tasmalinda
Lembaga konservasi yang bersifat rumah singgah ini menjadi upaya penyelamatan dan perlindungan satwa langka dan dilindungi di Sumsel. Pada peringatan hari Bakti Rimbawan kemarin, Kepala BKSDA Sumsel, Nunu Anugerah menuturkan, jika selama ini, seluruh hewan yang berhasil diselamatkan dan diserahkan dari masyarakat lebih banyak dibawa ke luar Sumsel.
Namun, nantinya pada tahun ini, hewan-hewan itu akan terlebih da hulu disinggahkan pada lembaga konservasi khusus. Lembaga itu akan dibangun di Kabupaten Musi Rawas dan mulai diaktifkan pada pertengahan tahun ini. “Selama ini, Sumsel juga belum ada lembaga konservasi, seperti kebun binatang atau taman satwa sehingga seluruh hewan yang dilindungi atau berhasil diselamatkan akan dikirim ke lembaga konservasi di luar Sumsel,” ungkapnya usai meng hadiri hari Bakti Rimbawan yang diselenggarakan di BKSDA Palembang.
Kondisi ini, kata Nunu, cukup memakan banyak anggaran. Biaya yang dikeluarkan untuk membawa satwa ke lokasi LK luar Sumsel, ditanggung oleh pemerintah pusat. “Lebih baik, memang di suatu provinsi ada lembaga konservasi, agar hewan-hewan di lindungi di provinsi itu, tidak harus dibawa ke luar habitat nya,”ujarnya. Jika nantinya, lembaga konservasi khusus itu telah diaktifkan, seluruh hewan-hewan yang berhasil diselamatkan BKSDA akan terlebih dahulu dipelihara di tempat tersebut.
“Sebelum diputuskan dibawa ke lembaga konservasi mana, hewan itu dibawa ke lembaga konservasi di Musi Rawas itu,”ungkap ia. Sementara itu, dalam peringatan hari Bakti Rimbawan, dilakukan penanaman pohon di areal BKSDA Palembang, serta pelepasan burung tekukur.
Ditambahkan Kepala BKSDA Resort Kota Palembang Andre, keberadaan lembaga konservasi akan cukup membantu menampung satwa-satwa yang berhasil diselamatkan. Selama ini, juga satwa-satwa yang di lindungi yang berhasil diselamatkan di Sumsel, terutama di Palembang malah dibawa ke luar habitatnya, akibat belum tersedia lembaga konservasi.
Tasmalinda
(bhr)