Suku Tengger Arak Ogoh-ogoh Buta Kala

Sabtu, 21 Maret 2015 - 10:19 WIB
Suku Tengger Arak Ogoh-ogoh Buta Kala
Suku Tengger Arak Ogoh-ogoh Buta Kala
A A A
PASURUAN - Ribuan umat Hindu Tengger yang bermukim di lereng Gunung Bromo merayakan Tawur Agung Kasanga untuk menyambut Tahun Baru Saka 1937. Rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi diawali dengan arak-arakan ogoh-ogoh di Lapangan Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.

Sebanyak 44 ogoh-ogoh berbagai bentuk Buta Kala yang melambangkan berbagai sifat angkara murka, diarak dari sejumlah desa di Kecamatan Tosari, Tutur, dan Puspo. Dipimpin romo dukun pandita, umat Hindu Tengger menggelar upacara Pencaruhan Agung. MenurutDukunPanditaEko Warnoto, upacara ini merupakan upaya membersihkan diri dari pengaruh jahat dari diri manusia itu sendiri maupun pengaruh jahat alam.

Selain itu juga sebagai upaya memohon kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat Hindu Tengger. “Ogoh-ogoh berbagai rupa yang melambangkan sifat dan pengaruh jahat ini akan diarak kembali ke masing-masing desa. Setelah itu dibakar di depan pura agar pengaruh jahat tersebut hilang,” kata Eko Warnoto.

Di kawasan Tengger, terdapat 32 pura yang tersebar di Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur. Dalam merayakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu menjalani empat pantangan, yakni amati geni (api), amati lelungan (bepergian), amati karya (bekerja), dan amati lelanguan (keindahan). Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf, memberikan apresiasinya atas upaya warga Tengger menjaga tradisi dan budaya leluhur.

Sebagai wujud komitmen tersebut, dia meminta agar tradisi ogoh-ogoh ini dijadikan seni pertunjukkan pada perayaan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, September, mendatang. “Saya sangat mengapresiasi masyarakat suku Tengger dalam menjaga tradisi, adat, dan budaya leluhur. Ini harus tetap dipertahankan dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan,” kata Bupati Irsyad Yusuf.

Arie yoenianto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4206 seconds (0.1#10.140)