Menjaga Sungai dengan Keramaian

Sabtu, 21 Maret 2015 - 10:13 WIB
Menjaga Sungai dengan Keramaian
Menjaga Sungai dengan Keramaian
A A A
Sungai kumuh menjadi pemandangan yang biasa di Kota Pahlawan. Banyak kawasan yang masih menjadikan sungai sebagai bak sampah raksasa. Semua jenis sampah domestik selalu menyesaki bibir sungai maupun di dekat pintu air.

Padahal sedikit upaya bisa menjadikan sungai bagian dari kehidupan yang bersih dan sehat.Di Jalan Kayoon, misalnya, sungai sudah menyatu dengan kehidupan usaha. Banyak lapak penjual bunga dan tanaman hias berdiri dan membelakangi sungai. Demikian juga dengan deretan rumah makan serta tempat pengrajin batu yang setia berdampingan dengan sungai untuk mencari rezeki.

Saat senja menjadi waktu yang menghasilkan bagi para pencinta batu dan bunga untuk bergumul di Jalan Kayoon. Sisa matahari yang hangat menjadikan suasana lebih akrab. Sejenak melupakan kepenatan kota, warga yang singgah di Jalan Kayoon seperti menemukan tempat yang terasing dari Surabaya.

Meskipun ramai, tempat itu masih menarik untuk dijadikan kongkow sederhana dalam menghabiskan sisa senja. Di belakang semua lapak, air Kalimas terlihat tenang tanpa ada ombak. Air yang jernih dan bersahabat tentu menjadikan lokasi yang dulunya pernah dijadikan oleh Raden Wijaya dalam memukul mundur pasukan Tar-tar dalam pertempuran sengit di pintu masuk ke Kerajaan Majapahit.

Sanjaya, 31, sore itu sedang menunggu pesanan batu akik yang dipoles sejak pagi. Dia memilih duduk di bangku panjang yang berhadapan langsung dengan Kalimas. Suasana Pasar Kayoon yang kini terus geliat seiring dengan pamor batu akik membuat keramaian terus terjadi sepanjang hari. Di samping bangku panjang yang ditempati Sanjaya terdapat secangkir kopi yang menemaninya menghabiskan hari sembari menunggu pesanan batu akik selesai.

Di sepanjang bantaran sungai tak ditemukan sampah yang menggunung seperti kawasan yang lain di Surabaya. “Kalau ada aktivitas yang ramai seperti ini malah bersih. Rasanya melihat sungai yang bersih itu menyenangkan,” katanya. Di sepanjang bantaran sungai yang ada di Jalan Kayoon memang disediakan bak sampah. Jadi, tak ada sampah yang terbuang di bibir sungai.

Air bersih pun terlihat dengan tenang mengalir tanpa ada gangguan sampah. Bagi pria yang sehari-hari bekerja sebagai salessepeda motor itu melihat sungai bersih adalah pemandangan yang menarik. Bau tak sedap yang selama ini lekat dengan sungaisungai di Surabaya tak dijumpai di Kayoon. “Makanya banyak yang betah kalau jalanjalan ke sini (Kayoon),” ucapnya.

Menjelang malam, angin sepoi yang datang di pinggir Kalimas mulai menerobos kulit. Hawa segar dan sejuk langsung bersanding dan menambah kenyamanan ketika duduk di tepi Kalimas. “Kalau malam juga tak kalah bagus, pantulan cahaya menimbulkan bulir-bulir percikan yang ada di permukaan Kalimas,” kata Jufri, salah satu pedagang di Jalan Kayoon. Pemanfaatan sungai sebagai sarana publik yang nyaman sampai saat ini menjadi idaman warga kota.

Padatnya pemukiman penduduk serta manajemen pengelolaan sampah yang tak terpadu membuat kondisi sungai menjadi kumuh. Padahal air di Kalimas menjadi salah satu bahan baku air bersih yang diolah PDAM Surya Sembada. Bagi pedagang dan konsumen yang ada di Jalan Kayoon, sungai yang bersih menjadi salah satu daya tarik yang digunakan untuk betah di pasar. Apalagi selama ini pasar tradisional selalu lekat dengan vonis kumuh dan bau tak sedap.

Ubah Posisi Bangunan ke Sungai

Revitalisasi sungai terus dilakukan untuk menjadikan suasana yang bersih dan nyaman di Surabaya. Pemkot Surabaya ingin menjadikan sungai sebagai bagian dari kehidupan. Selama ini sungai selalu dijadikan tempat yang tak begitu penting dalam unsur kehidupan yang layak. Makanya, masih saja ada kebiasaan membuang sampah di sungai serta tidak memiliki rasa kepedulian.

Kondisi di pasar Kayoon bisa menjadi salah satu bukti konkret yang bisa dijadikan rujukan untuk hidup yang sehat bersama sungai. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Agus Imam Sonhaji menuturkan, selama ini banyak bangunan yang membelakangi sungai.

Hasilnya, sungai kerap kumuh dan kotor. Sebagian permukiman juga menjadikan sungai sebagai bagian belakang rumah yang tak penting untuk dijaga kebersihannya. Untuk itu, pihaknya ingin mengubah posisi bangunan perkantoran ataupun pemukiman warga. “Nanti diusahakan bisa menghadap ke sungai. Kalau itu bisa dilakukan, maka sungai bisa bersih dan sehat,” ucap Agus.

Mantan Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang itu melanjutkan, konsepwater front cityatau kota yang menghadap ke sungai bisa dilakukan secara bertahap. Bahkan, saat ini kalau ada bangunan baru baik itu perkantoran maupun pemukiman diberikan saran yang tegas untuk menghadap ke sungai. “Ini memang belum terbiasa, tapi tak ada masalah kalau dicoba. Kota modern tentu memperhatikan lingkungan yang bersih. Termasuk kondisi sungai yang ada di kota tersebut,” ucapnya.

Kalau posisi bangunan sudah menghadap ke sungai, kecenderungan untuk merawat dan memperhatikan sungai akan terjadi. Kondisi kota juga bisa terjaga dari berbagai ancaman. Salah satunya ancaman banjir karena penyumbatan air yang terhalang sampah. Penyakit musiman seperti demam berdarah dengue (DBD) juga bisa dibasmi. Penyebaran penyakit yang berasal dari sungai yang kotor bisa ditekan sejak dini. “Air yang ada di Kalimas juga bisa diolah dengan baik untuk pemanfaatan air bersih,” ujar Agus.

Aan haryono
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5050 seconds (0.1#10.140)