Banting Setir Jadi Pendagang Batu Akik

Rabu, 11 Maret 2015 - 09:55 WIB
Banting Setir Jadi Pendagang...
Banting Setir Jadi Pendagang Batu Akik
A A A
Jika sebelumnya beberapa orang berkumpul untuk bermain catur atau kartu, maka saat ini pemandangan tersebut mulai berubah. Mereka lebih memilih menggosok batu akik. Maraknya batu akik juga ikut menggeser penjaja uang kuno.

Beberapanya memilih pindah bisnis menjual batu aneka warna itu. Animo masyarakat terhadap batu akik itu dengan sendirinya mengundang perhatian dari sejumlah kalangan untuk mendulang rupiah. Misalnya dengan maraknya penye leng - ga raan pameran batu akik. Tidak tanggung-tanggung, di Bandung saja, dalam kurun waktu satu bulan bisa digelar dua kali pameran batu dengan skala besar. Tidak hanya di pekotaan, sejumlah daerah pun, tidak mau ketinggalan untuk menggelar pameran serupa.

Tingginya perhatian masyar kat Indonesia terhadap keberadaan batu yang disebutsebut berasal dari kayu yang sudah berumur ratusan tahun itu, ternyata juga berdampak pada pergeseran tren pada kolektor barang antic lainnya. Se men jak maraknya fenomena batu akik, beberapa jenis ba rang antik seperti uang kuno, sedikit demi sedikit mulai terpinggirkan.

Uang kuno adalah salah satu barang antik yang saat ini ke ber adaannya mulai tersisih oleh batu akik itu. Jika sebelumnya per min ta an terhadap uang kuno cukup besar, maka terhitung pe te ngah an tahun lalu, sedikit demi se dikit mulai mengalami pe nuruan. Jatuhnya permintaan terhadap uang kuno, berdampak juga terhadap menghilangnya pedagang-pedagang barang antic itu, yang sebelumnya dengan mudah ditemukan di sejumlah titik di Bandung.

“Hingga pertengahan 2014, di daerah Alun-alun Bandung banyak yang jual uang kuno. Tapi sejak ramainya batu akik, mereka sudah tidak ditemukan lagi, dan berpindah ke batu akik,” kata salah satu kolektor uang kuno, Yudius kepada KORAN SINDO. Tidak hanya mereka yang biasa menjajakan uang kuno secara fisik saja, hal serupa juga terjadi pada mereka yang biasa melakukan aktivitas jual beli uang kuno dengan menggunakan fasilitias internet. Dari be - berapa teman sesama kolektor, Yudius mengaku, permintaan uang kuno semakin tersisih.

“Biasanya dalam satu bulan bisa tiga hingga empat permintaan. Tapi sekarang, baru beberapa saja, tidak lebih dari tiga permintaan. Yamemang sekarang lagi musimnya batu akik,” jelas dia berseloroh. Kendati permintaan batu akik sedang merajalela, namun Yudius mengaku belum tertarik untuk berpindah haluan dalam aktivitasnya mengoleksi barang-barang kuno. Bagi Yudius, memutuskan diri untuk mengoleksi suatu barang, tidak hanya berhenti pada sekadar hobi, akan tetapi ada hal-hal lainnya yang dinilai jauh lebih bermanfaat.

“Sampai sekarang belum terpikirkan (beralih ke batu akik). Kansegala sesuatu itu ada masanya. Bagi saya, mengoleksi suatu barang itu tidak hanya bicara tentang hobi dan nominal saja, tapi juga memiliki manfaat yang lebih besar lagi, yang bisa menunjang aktivitas kita sehari-hari,” jelas dia.

Demam batu akik, jika dilihat dari sisi ekonomi, dinilai beberapa kalangan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun di sisi lain, demam fenomena itu juga bisa saja mengancam keberadaan situs, yang sejatinya menjadi kekayaan terbesar bangsa ini.

Inin Nastain
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7835 seconds (0.1#10.140)