Ajak Masyarakat Mencintai Membaca dan Berkarya

Senin, 09 Maret 2015 - 10:49 WIB
Ajak Masyarakat Mencintai Membaca dan Berkarya
Ajak Masyarakat Mencintai Membaca dan Berkarya
A A A
Sekumpulan anak muda duduk bersimpuh melingkar di dalam ruangan bekas musala di Dusun Bringan, Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, siang itu.

Di tengah-tengah mereka hidangan berupa hasil bumi seperti kacang tanah godok, pisang godok, ketela godok, dan jagung godok siap disantap. Mereka asyik mengikuti perbincangan tentang sejarah pers Indonesia, obrolan yang cukup serius tetapi dalam suasana santai dan penuh canda.

Kajian tentang sejarah pers Indonesia sengaja ditampilkan agar pemuda mengetahui bagaimana keterlibatan pers dalam perjalanan bangsa. Materii disampaikan oleh Didik Wahyudi, mantan pemimpin redaksi salah satu stasiun televisi swasta di Bojonegoro. Dia pun memaparkan sejarah pers Indonesia sejak masa Belanda, masa perjuangan dan kemerdekaan, masa orde lama, orde baru serta masa reformasi.

”Kalau pada masa penjajahan Belanda dulu tokoh pers seperti Raden Mas Tirto Adisuryo mendirikan Medan Priyayi tujuannya untuk mencerdaskan pribumi agar bisa melawan penjajah Belanda. Pada masa perjuangan itu, tokoh pers juga terkadang ikut angkat senjata melawan Belanda,” tutur Didik.

Menurut Didik, seiring perjalanan waktu kondisi pers di Indonesia juga mengalami banyak perubahan. Saat ini, kata dia, selain ada media lama seperti surat kabar, radio, dan televisi juga muncul media baru seperti media siber. Di sisi lain, masyarakat kini juga bisa aktif di media sosial.

”Jadi pilihan media sekarang ini banyak sekali. Masyarakat sendiri yang bisa memilih dan mencerna isi informasi yang disampaikan oleh media-media yang ada itu,” ujarnya. Para pemuda tampak antusias mengikuti obrolan tentang sejarah pers itu. Sebab, mereka selama ini mengaku selalu mengonsumsi berita yang disampaikan oleh televisi, koran, dan media siber tetapi tidak mengetahui seluk-beluk sejarah dan industri pers.

Kak Didik, 28, pemuda dari Desa Sedah Kidul, Kecamatan Purwosari, mengatakan, selama ini ia aktif menjadi pengelola blog atau biasa disebut blogger. Para pengelola blog itu, kata dia, sering menulis dan mengunggah foto di blog. ”Para pengelola blog ini disebut jurnalis warga,” ungkapnya.

Ia mengatakan, melalui blog itu banyak penulis lokal di Bojonegoro bisa menuangkan hasil karya tulisannya agar dikenal lebih luas. Selain itu, kebudayaan dan kesenian lokal khas Bojonegoro juga bisa dipromosikan. ”Keberadaan komunitas Langit Tobo ini bisa menjadi wadah bagi pemuda dan pegiat blog untuk belajar dan meningkatkan kemampuan,” ungkapnya.

Adalah Langit Tobo, sebuah komunitas yang berada di balik kajian tersebut. Komunitas ini didirikan empat pemuda di sekitar ladang minyak dan gas bumi (migas) Blok Cepu Bojonegoro pada 26 Februari 2015 lalu, yaitu Nasruli Chusna, Muhammad Fatoni, dan Wahyu Riski Kurniawan.

Komunitas ini mengajak para pemuda dan masyarakat di sekitar ladang migas untuk mau membaca dan berkarya agar pengetahuan bertambah dan mandiri agar tidak terlalu bergandung pada industri migas. Ketua Komunitas Langit Tobo, Wahyu Riski Kurniawan mengatakan, ada tiga gerakan yang dilakukan oleh komunitas Langit Tobo yaitu di bidang keilmuan, sastra, dan jurnalistik.

”Setiap bulan komunitas Langit Tobo mengadakan kajian tentang tema-tema yang menarik di seputar keilmuan, sastra, dan jurnalistik. Dengan kegiatan ini kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan juga menghasilkan karya yang berkualitas,” tuturnya.

Untuk menghidupi komunitas Langit Tobo ini, kata Riski, anggotanya membuat berbagai produk kreatifitas seperti membuat desain kaos dengan tulisan khas keunikan lokal, membuat mug, pin, dan membuat buku. ”Komunitas Langit Tobo ini lahir dan tumbuh dari masyarakat pedesaan. Komunitas ini ingin berkembang dan maju secara mandiri dan tidak tergantung dengan bantuan dari perusahaan atau pun pemerintah,” ujar Riski.

Anggota komunitas Langit Tobo ini, kata dia, berasal dari para pemuda dari Kecamatan Padangan, Purwosari, Gayam, dan Tambakrejo yang merupakan daerah di sekitar ladang migas Blok Cepu di Bojonegoro.

Muhammad Roqib Bojonegoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6294 seconds (0.1#10.140)