Marak Penjualan Satwa Lewat Medsos

Rabu, 04 Maret 2015 - 09:45 WIB
Marak Penjualan Satwa Lewat Medsos
Marak Penjualan Satwa Lewat Medsos
A A A
MALANG - Kehidupan satwa liar di alam bebas, semakin terancam. Perburuan satwa liar, yang dipicu oleh perdagangan satwa terus meningkat.

Bahkan, perdagangan satwa dilindungi tersebut, juga semakin canggih, karena dilakukan secara online. Selain situs-situs penjualan secara resmi, perdagangan satwa liar juga kini merambah ke media sosial (medsos). Kondisi ini, memicu keprihatinan dari banyak kalangan, salah satunya dari Animals Indonesia.

Mereka menggelar aksi keprihatinan, untuk melawan perdagangan satwa liar di depan Balai Kota Malang. Mengenakan dua pakaian mirip orang utan, para aktivis pencinta satwa tersebut, mengajak masyarakat untuk terus mencintai satwa liar, dengan melawan perdagangan satwa liar.

Juru Bicara Animals Indonesia, Elizabeth Laksmi mengungkapkan, perdagangan satwa liar di medsos semakin marak, dan ini merupakan bentuk kejahatan serius. ”Kami menemukan salah satu medsos yang dijadikan tempat penawaran penjualan satwa liar, ada di Facebook,” tuturnya.

Menurutnya, modus yang digunakan untuk berdagang satwa liar di medsos, adalah dengan membuat grup khusus yang diikuti para penghobi dan pedagang satwa liar. Setelah itu, pedagangnya akan mengunggah gambar satwa liar yang ditawarkan. Dari situ, akhirnya terjadi transaksi penawaran, penjualan, dan pembelian satwa liar. ”Medsos juga sangat mudah diakses serta aman.

Baik penjual maupun pembeli tidak perlu bertatap muka secara langsung. Transaksi keuangan pun, bisa dilakukan dengan sistem online,” katanya. Sementara ProFauna Indonesia mencatat, sepanjang 2014, sedikitnya ada sebanyak 35 kasus kejahatan terhadap satwa liar utamanya jenis primata di alam bebas. Dari puluhan kasus tersebut, minimal ada sekitar 400 ekor primata yang menjadi korban.

Campaign Officer ProFauna Indonesia Swasti Prawidya Mukti menyebutkan, satwa dilindungi ini banyak menjadi perburuan liar, dengan alasan untuk dipelihara. Ada juga yang diambil daging atau hatinya. “Masih banyak kepercayaan yang tumbuh di masyarakat, bahwa daging dan hati primata bisa dijadikan obat kuat,” tuturnya.

Yuswantoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6228 seconds (0.1#10.140)