Upaya Jaga Tradisi dan Mengembangbiakan Sapi
A
A
A
SLEMAN - Ratusan gerobak sapi memeriahkan pengukuhan paguyuban gerobak sapi, Makarti Roso Manunggal Sleman Timur yang dipusatkan di lapangan Desa Tirtomartani, Kalasan, kemarin.
Tak hanya pemilik gerobak sapi, warga juga antusias dengan pawai yang digelar ratusan gerobak sapi tersebut. Ketua panitia pengukuhan paguyuban gerobak sapi, Slamet mengatakan, pembentukan paguyuban ini selain mempersatukan para penggemar gerobak sapi, khususnya di wilayah Sleman Timur, juga untuk mempertahankan budaya dan tradisi masyarakat serta yang tidak kalah penting, yakni menumbuhkembangkan usaha ternak sapi.
“Jadi paguyuban ini tidak semata-mata kelangen saja, tetapi juga soal pengembangan perekonomian, baik ternak sapi maupun gerobaknya,” ungkap Slamet yang juga kepala Dukun Jetis, Tirtomartani, Kalasan, Sleman di sela-sela kegiatan, kemarin. Slamet menjelaskan, pembentukan paguyuban tersebut bukan tanpa alasan. Sebab walau di Sleman wilayah timur banyak yang memiliki gerobak sapi, namun belum ada paguyubannya.
Sehingga untuk kegiatan, baik yang menyangkut event (lomba dan festival) maupun pengembangan usaha peternakan sapi masih bergabung dengan paguyuban di Prambanan, Klaten, Jawa Tengah (Jateng). Selain itu, juga untuk mempertahankan kendaraan tradisional asli Indonesia. Sebab gerobak ini, pada 1985 sampai 2009 sempat vakum.
Bahkan dapat dikatakan hampir hilang dan baru 2010 mulai lagi ada kegiatan sampai sekarang. Sehingga dengan pengukuhan paguyuban ini diharapkan akan semakin menggugah naluri budaya, khususnya kendaraan tradisional gerobak. “Apalagi gerobak sapi ini juga turut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai kendaraan pengangkut logistik,” paparnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, keberadaan paguyuban gerobak sapi ini diharapkan bisa mendongkrak sapi lokal. Apalagi melihat potensi yang cukup besar, sapi lokal juga menjadi produk unggulan di Sleman. Sehingga, sudah seharusnya menjadi perhatian bagi peternak untuk terus mengembangkan komoditasnya.
Priyo setyawan
Tak hanya pemilik gerobak sapi, warga juga antusias dengan pawai yang digelar ratusan gerobak sapi tersebut. Ketua panitia pengukuhan paguyuban gerobak sapi, Slamet mengatakan, pembentukan paguyuban ini selain mempersatukan para penggemar gerobak sapi, khususnya di wilayah Sleman Timur, juga untuk mempertahankan budaya dan tradisi masyarakat serta yang tidak kalah penting, yakni menumbuhkembangkan usaha ternak sapi.
“Jadi paguyuban ini tidak semata-mata kelangen saja, tetapi juga soal pengembangan perekonomian, baik ternak sapi maupun gerobaknya,” ungkap Slamet yang juga kepala Dukun Jetis, Tirtomartani, Kalasan, Sleman di sela-sela kegiatan, kemarin. Slamet menjelaskan, pembentukan paguyuban tersebut bukan tanpa alasan. Sebab walau di Sleman wilayah timur banyak yang memiliki gerobak sapi, namun belum ada paguyubannya.
Sehingga untuk kegiatan, baik yang menyangkut event (lomba dan festival) maupun pengembangan usaha peternakan sapi masih bergabung dengan paguyuban di Prambanan, Klaten, Jawa Tengah (Jateng). Selain itu, juga untuk mempertahankan kendaraan tradisional asli Indonesia. Sebab gerobak ini, pada 1985 sampai 2009 sempat vakum.
Bahkan dapat dikatakan hampir hilang dan baru 2010 mulai lagi ada kegiatan sampai sekarang. Sehingga dengan pengukuhan paguyuban ini diharapkan akan semakin menggugah naluri budaya, khususnya kendaraan tradisional gerobak. “Apalagi gerobak sapi ini juga turut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai kendaraan pengangkut logistik,” paparnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, keberadaan paguyuban gerobak sapi ini diharapkan bisa mendongkrak sapi lokal. Apalagi melihat potensi yang cukup besar, sapi lokal juga menjadi produk unggulan di Sleman. Sehingga, sudah seharusnya menjadi perhatian bagi peternak untuk terus mengembangkan komoditasnya.
Priyo setyawan
(bhr)