Sulit Kejar Konvensional
A
A
A
PALEMBANG - Perbankan syariah masih sulit mengejar laju kinerja bank konvensional. Jika bank konvensional terus bertumbuh, justru kinerja bisnis perbankan syariah mengalami penurunan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang mencatatkan kinerja bisnis perbankan syariah tahun 2014 turun dibanding tahun 2013. Sentimen negatif dari faktor regional sangat berimplikasi terhadap terjadinya penurunan kinerja perbankan syariah.
“Faktor regional seperti rendahnya harga komoditas Sumsel mengakibatkan menyusutnya pendapatan yang diterima masyarakat. Dengan kondisi itu, langsung tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah lantaran turunnya aktifitas saving, pembiayaan dan lainnya,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Palembang, Hamid Ponco Wibowo, kemarin.
Dia merincikan untuk Sumsel sampai Desember 2014 men catat total aset bank syariah sebesar Rp5,42 triliun atau turun dibanding tahun sebelumnya Rp5,57 triliun. Begitupun dengan penyaluran pembiayaan dari Rp4,4 triliun (tahun 2013) menjadi hanya Rp4,2 triliun per Desember 2014.
Begitu pula capaian dana pihak ketiga (DPK) dari Rp3,54 triliun (tahun 2013) menjadi Rp3,43 triliun akhir tahun 2014. Secara umum pembiayaan perbankan syariah masih terfokus pada sektor konsumsi dengan capaian Rp2,1 triliun, diikuti modal kerja Rp1,35 triliun dan pembiayaan investasi sebesar Rp703 miliar.
“Tapi jika dilihat dari sektor ekonomi pembiayaan terbesar cenderung disalurkan ke sektor perdagangan dengan capaian Rp509 miliar, konstruksi Rp276 miliar, dan sektor pertanian Rp269 miliar,” terangnya. Dia menjelaskan, pencapaian tersebut masih jauh tertinggal jika dibanding total aset perbankan konvensional yang mencapai Rp78,25 triliun atau naik 9% dari periode sama tahun sebelumnya capai Rp71,55 triliun.
Selama tahun 2014 pula bank konvensional mampu menyalurkan kredit sebesar Rp61,1 triliun atau tumbuh 12,8% dibanding tahun 2013 hanya Rp54,1 triliun. Untuk penyaluran kredit bank konvensional terfokus pada kredit konsumsi mencapai Rp22,3 triliun, diikuti kredit modal kerja Rp22,1 triliun dan kredit investasi Rp16,7 triliun.
“Untuk DPK, perbankan konvensional juga tetap bertum buh 6,7% dari Rp54 triliun menjadi Rp57,6 triliun di tahun 2014 dengan komposisi tabungan Rp26,7 triliun, deposito Rp22,6 triliun, dan giro Rp8,1 triliun. Ya, butuh waktu lama bagi perbankan syariah untuk bersaing dengan perbankan konvensional.
Itu dikarenakan kantor jaringannya yang tidak sebanyak bank konvensional ditambah literasi masyarakat terhadap produk bank syariah masih sangat minim. Makanya perlu sosialisasi rutin untuk membangun image itu,” jelasnya. Untuk memenangkan persaingan tersebut, kata dia, seharusnya perbankan syariah memiliki terobosan baru dengan cara menyasar segmen yang belum digarap perbankan konvensional.
Sebab, jika head to head secara langsung dengan bank konvensional sangat sulit bagi bank syariah untuk berkembang. Disamping modalnya lebih besar, jaringan bank konvensional juga lebih luas. Deputi Di rektur KPBI Wilayah VII, Salendra menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat bank syariah tertinggal jauh dari bank konvensional seperti kurangnya instrumen transaksi bank syariah seperti mesin ATM, SMS banking, internet banking serta minimnya kantor cabang.
Disamping itu, pola pikir masyarakat saat ini cenderung masih mengharapkan suku bunga jika menyimpan dananya di bank. Sedangkan bank syariah menawarkan sistem bagi hasil kepada nasabah. “Pola ini belum bisa diterima masyarakat karena sebagian masyarakat tidak percaya dan hitung-hitungannya tidak pasti. Caranya ya dengan gencar sosialisasi dan promosi akan produk bank syariah,” tuturnya.
Darfian jaya suprana
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang mencatatkan kinerja bisnis perbankan syariah tahun 2014 turun dibanding tahun 2013. Sentimen negatif dari faktor regional sangat berimplikasi terhadap terjadinya penurunan kinerja perbankan syariah.
“Faktor regional seperti rendahnya harga komoditas Sumsel mengakibatkan menyusutnya pendapatan yang diterima masyarakat. Dengan kondisi itu, langsung tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah lantaran turunnya aktifitas saving, pembiayaan dan lainnya,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Palembang, Hamid Ponco Wibowo, kemarin.
Dia merincikan untuk Sumsel sampai Desember 2014 men catat total aset bank syariah sebesar Rp5,42 triliun atau turun dibanding tahun sebelumnya Rp5,57 triliun. Begitupun dengan penyaluran pembiayaan dari Rp4,4 triliun (tahun 2013) menjadi hanya Rp4,2 triliun per Desember 2014.
Begitu pula capaian dana pihak ketiga (DPK) dari Rp3,54 triliun (tahun 2013) menjadi Rp3,43 triliun akhir tahun 2014. Secara umum pembiayaan perbankan syariah masih terfokus pada sektor konsumsi dengan capaian Rp2,1 triliun, diikuti modal kerja Rp1,35 triliun dan pembiayaan investasi sebesar Rp703 miliar.
“Tapi jika dilihat dari sektor ekonomi pembiayaan terbesar cenderung disalurkan ke sektor perdagangan dengan capaian Rp509 miliar, konstruksi Rp276 miliar, dan sektor pertanian Rp269 miliar,” terangnya. Dia menjelaskan, pencapaian tersebut masih jauh tertinggal jika dibanding total aset perbankan konvensional yang mencapai Rp78,25 triliun atau naik 9% dari periode sama tahun sebelumnya capai Rp71,55 triliun.
Selama tahun 2014 pula bank konvensional mampu menyalurkan kredit sebesar Rp61,1 triliun atau tumbuh 12,8% dibanding tahun 2013 hanya Rp54,1 triliun. Untuk penyaluran kredit bank konvensional terfokus pada kredit konsumsi mencapai Rp22,3 triliun, diikuti kredit modal kerja Rp22,1 triliun dan kredit investasi Rp16,7 triliun.
“Untuk DPK, perbankan konvensional juga tetap bertum buh 6,7% dari Rp54 triliun menjadi Rp57,6 triliun di tahun 2014 dengan komposisi tabungan Rp26,7 triliun, deposito Rp22,6 triliun, dan giro Rp8,1 triliun. Ya, butuh waktu lama bagi perbankan syariah untuk bersaing dengan perbankan konvensional.
Itu dikarenakan kantor jaringannya yang tidak sebanyak bank konvensional ditambah literasi masyarakat terhadap produk bank syariah masih sangat minim. Makanya perlu sosialisasi rutin untuk membangun image itu,” jelasnya. Untuk memenangkan persaingan tersebut, kata dia, seharusnya perbankan syariah memiliki terobosan baru dengan cara menyasar segmen yang belum digarap perbankan konvensional.
Sebab, jika head to head secara langsung dengan bank konvensional sangat sulit bagi bank syariah untuk berkembang. Disamping modalnya lebih besar, jaringan bank konvensional juga lebih luas. Deputi Di rektur KPBI Wilayah VII, Salendra menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat bank syariah tertinggal jauh dari bank konvensional seperti kurangnya instrumen transaksi bank syariah seperti mesin ATM, SMS banking, internet banking serta minimnya kantor cabang.
Disamping itu, pola pikir masyarakat saat ini cenderung masih mengharapkan suku bunga jika menyimpan dananya di bank. Sedangkan bank syariah menawarkan sistem bagi hasil kepada nasabah. “Pola ini belum bisa diterima masyarakat karena sebagian masyarakat tidak percaya dan hitung-hitungannya tidak pasti. Caranya ya dengan gencar sosialisasi dan promosi akan produk bank syariah,” tuturnya.
Darfian jaya suprana
(bhr)