Suplai Elpiji 3 Kg Sumsel Masih Normal
A
A
A
PALEMBANG - PT Pertamina Fuel Retail Marketing Operation Region II Sumbagsel mengklaim suplai elpiji 3 kg di Sumsel umumnya dan Palembang khususnya terbilang lancar dan terkendali.
Bahkan, disiapkan tambahan pasokan 230 metric ton elpiji 3 kg di pasaran guna mengantisipasi tingginya demand masyarakat pasca merebaknya isu kelangkaan elpiji maupun tingginya harga jual elpiji 3 kg di tingkat pengecer.
“Untuk demand biasa saja dan suplai terkendali. Tidak ada masalah terjadi di lapangan. Ya, untuk kebutuhan konsumsi el piji 3 kg di Sumsel mencapai 500 metric ton per hari. Kami rasa dengan angka itu sudah cukup. Sebagai antisipasi, kami tambah pasokan 230 metric tonel piji 3kg. Jika memungkinkan di tambah maka akan kami tambah,” ujar Senior Supervisor External Relation Pertamina Marketing Operational Region II, Alicia Irzanova, kemarin.
Menurut dia, saat ini Sumsel didukung sekitar 128 SPBU, termasuk 37 SPBU di Kota Palembang. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 63 SPBU yang menyiapkan ataupun menjual elpiji 3 kg. Penjualan elpiji 3 kg di sejumlah SPBU itu, kata dia, hanya bersifat penyeimbang saja guna meminimalisasi dampak yang ditimbulkan di lapangan, seperti tingginya harga elpiji tingkat pengecer maupun kelangkaan.
“Tidak semua SPBU di jalan utama menjual elpiji 3 kg. Semua tergantung dari lokasi atau berada dekat dengan lingkungan masyarakat. Harga jual elpiji 3 kg pun sama sebesar Rp 14.800 per tabung. Memang diutamakan suplai ke agen dan pangkalan. Kan sifatnya SPBU hanya penyeimbang saja,” tuturnya.
Di antara SPBU swasta maupun yang dikelola Pertamina, saat ini baru dua SPBU yang dikelola Pertamina menjual elpiji 3 kg sepert i SPBU di Kenten dan Plaju. Dia melanjutkan, pengguna gas elpiji 3 kg berada dipersentase 90%. Sedangkan sisanya pengguna elpiji 12 kg. Artinya, pasar masih banyak menyediakan gas 3 kg ketimbang 12 kg mengingat tingginya demand gas melon tersebut.
“Total agen gas 3 kg di Sumsel capai 104, termasuk 33 agen 3 kg di Palembang. Ketersediaan gas baik 3 kg termonitor dalam sistem hingga di tingkat pangkalan sehingga akan ketahuan jika terjadi ke kosongan,” ucapnya. Ketika gas telah sampai di pangkalan, tiap agen akan melaporkan ke Pertamina. Begitu pun sebaliknya.
Jika belum sampai, pihaknya akan menelepon agen mengapa gas belum tiba ke pangkalan. “Kami pastikan indikasi yang mengarah ke penimbunan dan lainnya, terutama ke tingkat pangkalan tidak akan terjadi mengingat sudah kami antisipasi sedini mungkin. Tapi jika telah menyentuh ke tingkat pengecer, tidak termonitor lagi karena bukan menjadi tanggung jawab kami,” terang Alicia seraya meminta masyarakat untuk tidak khawatir terjadinya kekosongan di pasaran.
Sementara itu, Usmadin, pangkalan elpiji Jati Indah Dwikora Palembang mengaku penjualan elpiji 3 kg saat ini relatif lancar dan tidak ada kelangkaan yang terjadi di lapangan. “Kalau untuk 3 kg ada sekitar 200 tabung. Justru elpiji 3 kg seharga Rp16.000 - 18.000 per tabung cepat habis diburu pelanggan ketimbang elpiji 12 kg,” ucapnya.
Darfian jaya suprana
Bahkan, disiapkan tambahan pasokan 230 metric ton elpiji 3 kg di pasaran guna mengantisipasi tingginya demand masyarakat pasca merebaknya isu kelangkaan elpiji maupun tingginya harga jual elpiji 3 kg di tingkat pengecer.
“Untuk demand biasa saja dan suplai terkendali. Tidak ada masalah terjadi di lapangan. Ya, untuk kebutuhan konsumsi el piji 3 kg di Sumsel mencapai 500 metric ton per hari. Kami rasa dengan angka itu sudah cukup. Sebagai antisipasi, kami tambah pasokan 230 metric tonel piji 3kg. Jika memungkinkan di tambah maka akan kami tambah,” ujar Senior Supervisor External Relation Pertamina Marketing Operational Region II, Alicia Irzanova, kemarin.
Menurut dia, saat ini Sumsel didukung sekitar 128 SPBU, termasuk 37 SPBU di Kota Palembang. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 63 SPBU yang menyiapkan ataupun menjual elpiji 3 kg. Penjualan elpiji 3 kg di sejumlah SPBU itu, kata dia, hanya bersifat penyeimbang saja guna meminimalisasi dampak yang ditimbulkan di lapangan, seperti tingginya harga elpiji tingkat pengecer maupun kelangkaan.
“Tidak semua SPBU di jalan utama menjual elpiji 3 kg. Semua tergantung dari lokasi atau berada dekat dengan lingkungan masyarakat. Harga jual elpiji 3 kg pun sama sebesar Rp 14.800 per tabung. Memang diutamakan suplai ke agen dan pangkalan. Kan sifatnya SPBU hanya penyeimbang saja,” tuturnya.
Di antara SPBU swasta maupun yang dikelola Pertamina, saat ini baru dua SPBU yang dikelola Pertamina menjual elpiji 3 kg sepert i SPBU di Kenten dan Plaju. Dia melanjutkan, pengguna gas elpiji 3 kg berada dipersentase 90%. Sedangkan sisanya pengguna elpiji 12 kg. Artinya, pasar masih banyak menyediakan gas 3 kg ketimbang 12 kg mengingat tingginya demand gas melon tersebut.
“Total agen gas 3 kg di Sumsel capai 104, termasuk 33 agen 3 kg di Palembang. Ketersediaan gas baik 3 kg termonitor dalam sistem hingga di tingkat pangkalan sehingga akan ketahuan jika terjadi ke kosongan,” ucapnya. Ketika gas telah sampai di pangkalan, tiap agen akan melaporkan ke Pertamina. Begitu pun sebaliknya.
Jika belum sampai, pihaknya akan menelepon agen mengapa gas belum tiba ke pangkalan. “Kami pastikan indikasi yang mengarah ke penimbunan dan lainnya, terutama ke tingkat pangkalan tidak akan terjadi mengingat sudah kami antisipasi sedini mungkin. Tapi jika telah menyentuh ke tingkat pengecer, tidak termonitor lagi karena bukan menjadi tanggung jawab kami,” terang Alicia seraya meminta masyarakat untuk tidak khawatir terjadinya kekosongan di pasaran.
Sementara itu, Usmadin, pangkalan elpiji Jati Indah Dwikora Palembang mengaku penjualan elpiji 3 kg saat ini relatif lancar dan tidak ada kelangkaan yang terjadi di lapangan. “Kalau untuk 3 kg ada sekitar 200 tabung. Justru elpiji 3 kg seharga Rp16.000 - 18.000 per tabung cepat habis diburu pelanggan ketimbang elpiji 12 kg,” ucapnya.
Darfian jaya suprana
(bhr)