Dua Remaja Diduga Idap Gizi Buruk

Kamis, 26 Februari 2015 - 10:51 WIB
Dua Remaja Diduga Idap Gizi Buruk
Dua Remaja Diduga Idap Gizi Buruk
A A A
SUBANG - Dua remaja asal Kabupaten Subang, Sofyan, 13, warga Kampung Dukuh Timur RT 02/01 Desa Dukuh; dan Jumadi, 23, warga Kampung Nanjungsari RT 04/04 Desa Ciasem Hilir, Kecamatan Ciasem, diduga menderita gizi buruk.

Pantauan KORAN SINDO, pertumbuhan kedua remaja tersebut tidaklah normal. Merek tak mampu berjalan (lumpuh) dan tidak bisa bicara. Berat tubuh keduanya juga tidak sesuai usianya. Misalnya Sofyan, di usia 13 tahun, berat tubuh anak pasangan suami-istri Wawan, 40 dan Eni, 35, hanya tujuh kilogram.

Begitupula Jumadi, di usia 23 tahun, berat pemuda putra bungsu pasangan Anta (almarhum) dan Desih, 60, ini cuma 20 kilogram. Sehari-hari, kedua remaja ini praktis tidak bisa beraktivitas dan hanya bisa terbaring lemah. Ibu Sofyan, Eni, 35, menuturkan, pertumbuhan anaknya mulai tidak normal sejak mengalami panas tinggi dan tubuh ke jang-kejang di usia sekitar lima bulan.

Namun, karena keterbatasan biaya, dia bersama suaminya, Wawan, yang berprofesi hanya sebagai kuli (buruh) tani, tidak mampu mengobati secara maksimal. Di usia 13 tahun, kata dia, berat tubuh anaknya hanya tujuh kilogram dengan kondisi kedua tangan dan kaki sangat kecil (kurus) serta tubuh lemah.

“Kami cuma ngobatin dia ke dukun kampung pakai obat-obatan tradisional. Sempat juga di bawa ke puskesmas, tapi dokter gak ngasih tahu jenis penyakitnya, kami jadi bingung. Maunya diperiksa ke rumah sakit, tapi gak punya biaya,”keluh Eni, kepada KO RAN SINDO di rumahnya, kemarin. Bahkan, menurut pengakuan Eni, anaknya tak hanya diduga mengidap gizi buruk, namun diyakini menjadi korban kesalahan penanganan medis.

Pasalnya, sebelum pertumbuhannya terganggu, anaknya semula lahir di rumahnya dalam kondisi normal dengan berat empat kilogram. Beberapa saat usai lahir, karena ada kotoran yang masuk ke tubuhnya, Sofyan lalu di bawa oleh bidan desa bernama Iyam ke rumah sakit Karya Husada Cikampek Kabupaten Karawang untuk ditangani. Ketika itu, papar Eni, bayinya yang baru lahir tersebut langsung diinfus. Begitu terlihat sehat, anaknya dibawa pulang.

Belakangan, usai diinfus rumah sakit, tiba-tiba anaknya mengalami panas tinggi dan tubuh kejang-kejang. Karena minim biaya, dia hanya mengobati alakadarnya. Dia sempat membawanya ke puskesmas, namun dokter tidak memberitahukan jenis penyakitnya. Memasuki usia lima bulan, gejala pertumbuhan anaknya mulai terlihat tidak normal, berat badan tidak bertambah sesuai usia.

Bahkan tidak mampu berjalan dan bicara. Tangan anaknya yang dulu bekas diinfus, saat ini sama sekali tidak berfungsi (tidak bisa memegang). Hingga kini, pihaknya masih berharap anaknya bisa disembuhkan mengingat usianya masih 13 tahun. “Cuma karena gak ada biaya, kami bingung mengobatinya. Padahal kami ingin anak ini bisa normal. Kami berharap pemerin tah bisa membantu,” ucapnya, seraya menyebut, hingga kini, belum ada perhatian dari instansi manapun di pemkab.

Dugaan gizi buruk juga dialami Jumadi, 23. Sang ibu, Desih, 60, mengungkapkan, memasuki usia 23 tahun, berat anaknya hanya 20 kilogram, dengan kondisi tubuh kurus, lumpuh dan tak bisa bicara. “Padahal teman sebayanya ada yang sudah nikah, bahkan punya anak. Tapi anak saya, bicara dan berjalan aja gak bisa,” kata Desih yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani ini.

Menurut dia, sebelum pertumbuhannya tak normal, anaknya mengalami panas tinggi dan kejang-kejang. Karena keterbatasan biaya, dia hanya bisa mengobati alakadarnya. “Awalnya anak saya panas, lalu kejang-kejang, katanya kena penyakit step. Tapi kami gak punya biaya untuk mengobatinya. Meski saat ini mungkin udah terlambat, kami masih berharap dia bisa diobati kalau biayanya ada. Mudah-mudahan pemerintah bisa bantu,” tutur ibu yang punya delapan anak ini.

Kakak Jumadi, Warsih, 35, mengaku, meski adiknya lama mengidap gizi buruk, namun belum pernah keluarganya mendapat uluran pemerintah. “Belum ada yang nengok ke sini, baik pihak kecamatan atau kabupaten, padahal pihak desa tahu kondisi kami,”tuturnya. Atas kondisi ini, tokoh warga pantura, Joko Agung, meminta instansi pemkab maupun DPRD segera mengambil peran untuk membantu pengobatan kedua remaja yang diduga mengidap gizi buruk tersebut.

“Pemerintah harus turun tangan membantu, agar ke depan kejadian memprihatinkan seperti ini tidak dialami lagi oleh anak-anak bangsa, yang notabene merupakan generasi penerus kepemimpinan Indonesia,” ucapnya. Terpisah, Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Ahmad Nasuhi menegaskan, instansinya bersama puskesmas setempat berencana membawa kedua pengidap gizi buruk tersebut ke dokter spesialis anak untuk ditangani medis.

“Besok kami akan rujuk keduanya ke spesialis anak untuk diperiksa. Penanganan selanjutnya menunggu instruksi dokter spesialis anak,” pungkasnya saat dihubungi.

Usep husaeni
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7786 seconds (0.1#10.140)