Radikalisme Mahasiswa Harus Diredam

Rabu, 25 Februari 2015 - 12:25 WIB
Radikalisme Mahasiswa...
Radikalisme Mahasiswa Harus Diredam
A A A
BANDUNG - Perguruan Tinggi Islam dihadapkan pada tantangan besar untuk meredam radikalisme yang kini marak terjadi di kalangan mahasiswa. Perguruan Tinggi Islam pun dituntut berperan aktif meredam radikalisme tersebut.

Deputi Pengkajian dan Penginderaan Sekretariat Jendral De wan Ketahanan Nasional Eko Djalmo Asmadi meminta, Perguruan Tinggi Islam tidak hanya mengajarkan ilmu akademik maupun nilai-nilai keluhuran agama saja, melainkan harus mampu juga menekan beredarnya paham radikalisme di kalangan generasi muda.

“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi Islam. Agar tidak hanya menerapkan nilai keagamaannya saja, tetapi juga menekankan aplikasi dan makna dari nilai ilmu akademik dan agama secara bersamaan,” ungkap Eko di sela-sela Seminar Nasional Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Ketahanan Nasional di Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, kemarin.

Dalam sejarah bangsa, lanjut Eko, peran dunia pendidikan dan mahasiswanya sangat dominan. Hal ini terlihat dari kebangkitan nasional yang dimotori oleh kaum pemuda. Meski sepak terjang mahasiswa dalam kebangkitan bangsa kini terkesan menurun, namun Eko menilai hal itu karena medan juangnya yang berbeda.

Menurutnya, mahasiswa harus mampu bersaing. Tidak hanya dari segi akademik maupun adaptasi terhadap globalisasi, tetapi harus mampu juga mempertahankan nilai luhur agama dan budaya bangsa untuk membantu mewujudkan ketahanan nasional.

Dia mengakui, sejumlah mahasiswa kadung tercebur dalam paham radikalisme. Sebab, dengan rasa ingin tahu yang besar, kata Eko, generasi muda cenderung lebih mudah dipengaruhi. “Untuk itu pengajaran nilai keagamaan diharapkan tidak hanya berhenti pada penghapalan, tetapi juga pematangan dan pengaplikasian di tingkat mahasiswa,” tandasnya.

Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Deddy Ismatullah mengatakan, untuk meredam paham radikalisme di kalangan mahasiswa, pihaknya bekerja sama dengan Departemen Ketahanan Nasional. “Kami melakukan penelitian bersama di bidang ideologi, politik, sosial, dan budaya. Namun, kami fokuskan pada bidang agama, bu daya, dan sosial,” ungkapnya.

Kini, lanjut Deddy, UIN Sunan Gunung Djati membawahi 106 Perguruan Tinggi Islam di Jawa Barat. Hal ini menurutnya menjadi tantangan besar dalam meredam potensi radikalisme di kalangan mahasiswa. Pihaknya juga menekankan, nilai-nilai agama yang dibangun pada setiap mata kuliah nya tidak hanya berupa hapalan saja. Peningkatan pemahaman mahasiswa pada agama dan pematangan implementasinya menjadi target utama.

“Se hingga mahasiswa nantinya tidak hanya mengejar nilai secara ilmu akademik saja, tetapi juga pematangan dalam pemahaman nila-nilai yang terkandung dalam agamanya juga,” tandasnya. Terpisah, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengajak seluruh masyarakat di Jabar untuk senantiasa menjaga keharmonisan antar umat beragama.

“Hal ini dapat terwujud, salah satunya melalui partisipasi generasi muda yang dapat menjadi pelopor dalam harmonisnya kehidupan beragama,” ujar Deddy saat membuka acara Kemah Bhakti Generasi Muda Lintas Agama 2015 di Bumi Perkemahan Kiarapayung Jatinangor, Kabupaten Sumedang, ke marin.

Menurutnya, agar harmoni kehidupan antar komponen masyarakat di Jabar tetap terpelihara, maka masyarakat harus memiliki sikap silih asih, silih asah, dan silih asuh. Deddy pun menuturkan, harmoni kehidupan antarkomponen masyarakat bisa dipelopori generasi muda lintas agama.

“Semua ini harus diawali dari kehidupan bermasyarakat, salah satu di antaranya harus dipelopori dari keberadaan generasi muda lintas agama di seluruh Jawa Barat,” ucapnya.


Anne rufaidah/ yugiprasetyo
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2054 seconds (0.1#10.140)