Ribuan Warga Mojoagung Mengungsi
A
A
A
JOMBANG - Bencana banjir menerjang dua kecamatan di Kabupaten Jombang. Ribuan warga mengungsi karena banjir mencapai ketinggian dua meter.
Selain menggenangi rumah warga di tiga desa di Kecamatan Mojowarno, banjir juga lumpuhkan beberapa desa di Kecamatan Mojoagung. Tiga desa di Kecamatan Mojowarno yang diterjang banjir, yakni Desa Catak Gayam, Grobokan, dan Selorejo. Sejak Kamis (19/2) malam, ribuan rumah warga di tiga desa ini direndam air hingga dua meter.
Air luapan dari Sungai Gunting ini bahkan menghanyutkan dua rumah warga di Grobokan. Dua rumah yang hanyut itu milik Maslikhan dan Fatkhur. Kondisi parah juga dialami enam desa di Kecamatan Mojoagung. Enam desa yang diterjang banjir, yakni Desa Kademangan, Betek, Janti, Mancilan, Kauman, dan Kedunglumpang. Banjir terparah terjadi di Desa Kademangan.
Ratusan warga terpaksa diungsikan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Mojoagung sejak dini hari kemarin. Ketinggian air di dalam rumah warga hingga mencapai hampir 2 meter. Banjir di kecamatan ini diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Gunting. Hingga siang kemarin, air masih menggenangi rumah warga hingga ketinggian air lebih dari 1 meter di beberapa desa di Kecamatan Mojoagung.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang dan relawan sempat kewalahan mengevakuasi ratusan warga Desa Kademangan. Dalam kondisi air yang masih mengalir deras, para relawan mengevakuasi dengan menggunakan perahu karet. Banjir paling besar sepanjang musim hujan kali ini juga memaksa BPBD membuat tiga pos pengungsian.
Selain di Masjid Desa Janti dan Gambiran, pengungsi juga ditampung di RTH Mojoagung. Hingga sore kemarin, tercatat 1.000 lebih pengungsi. Selain mendirikan tenda darurat untuk pengungsi, BPBD juga mendirikan dapur umum. “Di RTH Mojoagung sudah mencapai 1.000 lebih pengungsinya, belum yang di dua posko pengungsian lainnya,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Jombang Nurhuda, kemarin.
BPBD Jombang telah menyediakan makanan dan minuman untuk pengungsi. Selain itu, posko kesehatan juga didirikan untuk perawatan medis bagi korban banjir. Upaya penyelamatan terhadap korban, terutama di lokasi yang paling parah, juga terus dilakukan. “Paling parah di Desa Kademangan. Ada sekitar 1.000 rumah terendam banjir. Juga beberapa fasilitas umum, seperti kantor Polsek Mojoagung dan kantor bank swasta serta gedung sekolah,” ujarnya.
Dari laporan yang masuk, ia juga mencatat ada tiga rumah roboh dan hanyut diterjang banjir. Dua rumah di Desa Grobokan dan satu rumah di Desa Kademangan. Banjir kali ini juga sempat melumpuhkan jalur utama Mojoagung yang merupakan jalur nasional. Kemacetan total sempat terjadi beberapa jam di jalur ini sejak pagi.
Namun sekitar pukul 11.00 WIB, petugas kepolisian mulai berhasil mengurai kemacetan. Banjir parah di Kecamatan Mojowarno dan Mojoagung tak hanya dirasakan dua warga di kecamatan itu. Warga di beberapa desa di Kecamatan Sumobito dan Curahmalang juga terdampak.
Sedikitnya 200 KK Dusun Joho Clumrit terisolasi. Jalan penghubung dusun ini putus karena terjangan air hingga ketinggian hampir 1 meter. Parahnya banjir di dua kecamatan di Jombang membuat petugas dari BPBD Kabupaten Mojokerto ikut ambil bagian.
Lereng Wilis Longsor
Hampir bersamaan tanah longsor dan air bah melanda Desa Mendak, Desa Joho, dan Desa Segulung, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Kamis (19/2) petang kemarin. Dua warga Desa Segulung adalah Dinah, 80, dan Dinem, 60, meninggal terseret arus saat akan mengungsi.
Ratusan warga terisolasi akibat infrastruktur rusak dan jembatan putus. Longsor dan air bah terjadi saat senja. Sebelumnya hujan mengguyur lereng Gunung Wilis itu tanpa henti sejak pagi. Tercatat ada 10 titik longsor dalam kejadian ini. Data sementara dari Pemkab Madiun menyatakan, akibat longsor dan air bah di Desa Mendak ada 34 rumah warga mengalami rusak berat dan ringan.
Longsoran tanah juga mengakibatkan akses jalan utama menuju ke Desa Mendak terputus. Akibat kejadian itu, sedikitnya 316 kepala keluarga (KK) atau 783 jiwa di desa itu terisolasi. Di Desa Joho, ada 24 ekor kambing dan satu ekor lembu hanyut, dua rumah rusak, satu jembatan rusak, dua unit sepeda motor hilang terseret arus, dan satu unit sepeda angin ikut hanyut.
Namun sepeda motor dan sepeda angin sudah berhasil ditemukan. Sementara di Desa Segulung dilaporkan terdapat empat rumah warga yang hanyut, 16 kambing, dan 8 kandang hilang. Sekitar 60 hektare sawah rusak dan satu buah jembatan putus tersapu bebatuan, lumpur, dan batang-batang kayu. Akibatnya, akses warga menuju desa-desa lainputus. Untuk keluar wilayah, mereka harus memutar sekitar 10 km melalui wilayah lain.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Edy Haryanto menyatakan, air bah terjadi karena ada longsor di petak 13 perkebunan milik Perhutani KPH Lawu dan sekitarnya (Lawu Ds). Titik longsor ini berjarak sekitar 4 km sebelah timur desa-desa yang terkena air bah.
Material longsor mengakibatkan aliran sungai tertutup. Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Madiun dengan dibantu puluhan personel TNI, relawan dari BPBD, dan Tim Reaksi Cepat Polri, diterjunkan membantu membersihkan material longsor di jalan menuju Desa Mendak menggunakan tiga buah alat berat.
“Semakin cepat semakin baik karena kondisi akses jalan menuju ke Desa Mendak hanya ini. Otomatis dengan ada tanah longsor ini, ratusan jiwa mendiami di wilayah Desa Mendak terisolasi,” ujar Bupati Madiun Muhtarom.
Tritus julan/Dili eyato
Selain menggenangi rumah warga di tiga desa di Kecamatan Mojowarno, banjir juga lumpuhkan beberapa desa di Kecamatan Mojoagung. Tiga desa di Kecamatan Mojowarno yang diterjang banjir, yakni Desa Catak Gayam, Grobokan, dan Selorejo. Sejak Kamis (19/2) malam, ribuan rumah warga di tiga desa ini direndam air hingga dua meter.
Air luapan dari Sungai Gunting ini bahkan menghanyutkan dua rumah warga di Grobokan. Dua rumah yang hanyut itu milik Maslikhan dan Fatkhur. Kondisi parah juga dialami enam desa di Kecamatan Mojoagung. Enam desa yang diterjang banjir, yakni Desa Kademangan, Betek, Janti, Mancilan, Kauman, dan Kedunglumpang. Banjir terparah terjadi di Desa Kademangan.
Ratusan warga terpaksa diungsikan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Mojoagung sejak dini hari kemarin. Ketinggian air di dalam rumah warga hingga mencapai hampir 2 meter. Banjir di kecamatan ini diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Gunting. Hingga siang kemarin, air masih menggenangi rumah warga hingga ketinggian air lebih dari 1 meter di beberapa desa di Kecamatan Mojoagung.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang dan relawan sempat kewalahan mengevakuasi ratusan warga Desa Kademangan. Dalam kondisi air yang masih mengalir deras, para relawan mengevakuasi dengan menggunakan perahu karet. Banjir paling besar sepanjang musim hujan kali ini juga memaksa BPBD membuat tiga pos pengungsian.
Selain di Masjid Desa Janti dan Gambiran, pengungsi juga ditampung di RTH Mojoagung. Hingga sore kemarin, tercatat 1.000 lebih pengungsi. Selain mendirikan tenda darurat untuk pengungsi, BPBD juga mendirikan dapur umum. “Di RTH Mojoagung sudah mencapai 1.000 lebih pengungsinya, belum yang di dua posko pengungsian lainnya,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Jombang Nurhuda, kemarin.
BPBD Jombang telah menyediakan makanan dan minuman untuk pengungsi. Selain itu, posko kesehatan juga didirikan untuk perawatan medis bagi korban banjir. Upaya penyelamatan terhadap korban, terutama di lokasi yang paling parah, juga terus dilakukan. “Paling parah di Desa Kademangan. Ada sekitar 1.000 rumah terendam banjir. Juga beberapa fasilitas umum, seperti kantor Polsek Mojoagung dan kantor bank swasta serta gedung sekolah,” ujarnya.
Dari laporan yang masuk, ia juga mencatat ada tiga rumah roboh dan hanyut diterjang banjir. Dua rumah di Desa Grobokan dan satu rumah di Desa Kademangan. Banjir kali ini juga sempat melumpuhkan jalur utama Mojoagung yang merupakan jalur nasional. Kemacetan total sempat terjadi beberapa jam di jalur ini sejak pagi.
Namun sekitar pukul 11.00 WIB, petugas kepolisian mulai berhasil mengurai kemacetan. Banjir parah di Kecamatan Mojowarno dan Mojoagung tak hanya dirasakan dua warga di kecamatan itu. Warga di beberapa desa di Kecamatan Sumobito dan Curahmalang juga terdampak.
Sedikitnya 200 KK Dusun Joho Clumrit terisolasi. Jalan penghubung dusun ini putus karena terjangan air hingga ketinggian hampir 1 meter. Parahnya banjir di dua kecamatan di Jombang membuat petugas dari BPBD Kabupaten Mojokerto ikut ambil bagian.
Lereng Wilis Longsor
Hampir bersamaan tanah longsor dan air bah melanda Desa Mendak, Desa Joho, dan Desa Segulung, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Kamis (19/2) petang kemarin. Dua warga Desa Segulung adalah Dinah, 80, dan Dinem, 60, meninggal terseret arus saat akan mengungsi.
Ratusan warga terisolasi akibat infrastruktur rusak dan jembatan putus. Longsor dan air bah terjadi saat senja. Sebelumnya hujan mengguyur lereng Gunung Wilis itu tanpa henti sejak pagi. Tercatat ada 10 titik longsor dalam kejadian ini. Data sementara dari Pemkab Madiun menyatakan, akibat longsor dan air bah di Desa Mendak ada 34 rumah warga mengalami rusak berat dan ringan.
Longsoran tanah juga mengakibatkan akses jalan utama menuju ke Desa Mendak terputus. Akibat kejadian itu, sedikitnya 316 kepala keluarga (KK) atau 783 jiwa di desa itu terisolasi. Di Desa Joho, ada 24 ekor kambing dan satu ekor lembu hanyut, dua rumah rusak, satu jembatan rusak, dua unit sepeda motor hilang terseret arus, dan satu unit sepeda angin ikut hanyut.
Namun sepeda motor dan sepeda angin sudah berhasil ditemukan. Sementara di Desa Segulung dilaporkan terdapat empat rumah warga yang hanyut, 16 kambing, dan 8 kandang hilang. Sekitar 60 hektare sawah rusak dan satu buah jembatan putus tersapu bebatuan, lumpur, dan batang-batang kayu. Akibatnya, akses warga menuju desa-desa lainputus. Untuk keluar wilayah, mereka harus memutar sekitar 10 km melalui wilayah lain.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Edy Haryanto menyatakan, air bah terjadi karena ada longsor di petak 13 perkebunan milik Perhutani KPH Lawu dan sekitarnya (Lawu Ds). Titik longsor ini berjarak sekitar 4 km sebelah timur desa-desa yang terkena air bah.
Material longsor mengakibatkan aliran sungai tertutup. Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Madiun dengan dibantu puluhan personel TNI, relawan dari BPBD, dan Tim Reaksi Cepat Polri, diterjunkan membantu membersihkan material longsor di jalan menuju Desa Mendak menggunakan tiga buah alat berat.
“Semakin cepat semakin baik karena kondisi akses jalan menuju ke Desa Mendak hanya ini. Otomatis dengan ada tanah longsor ini, ratusan jiwa mendiami di wilayah Desa Mendak terisolasi,” ujar Bupati Madiun Muhtarom.
Tritus julan/Dili eyato
(ftr)