Warga Lereng Merapi Paksa Tutup Penambangan Ilegal
A
A
A
SLEMAN - Ratusan warga lereng Merapi di perbatasan Desa Purwobinangun, Pakem dan Girikerto, Turi, Sleman tetap memaksa menutup penambangan ilegal di sekitar tempat tinggalnya. Mereka menolak ada penambangan karena merusak alam dan jalan evakuasi warga.
"Sudah tidak ada blokade-blokadean, tapi kita tetap berkumpul menolak adanya penambangan yang merusak alam," jelas Praptono, warga setempat yang menyuarakan penolakan ada penambangan, Rabu (18/2/2015).
Sedikitnya baru ada 11 alat berat yang sudah diturunkan dari lokasi penambangan dengan menggunakan mobil derek. Namun, masih ada beberapa alat berat yang hingga kini belum turun.
"Sampai tadi malam, baru ada 11 beko yang turun, diatas masih ada yang belum turun. Kita tetap bertahan sampai bener-benar tidak ada penambangan lagi," katanya.
Jalur tersebut kini lebih steril dari truk pengangkut material Merapi. Para sopir truk yang terjebak tak bisa melintas harus memutar arah melintasi jalur lain.
Aktivitas penambangan pun sempat terhenti pasca pemblokdean jalan yang dilakukan ratusan warga, Rabu (18/2/2015).
Warga berharap tidak ada lagi penambangan di sekitar kawasan mereka dengan mengunakan alat berat.
"Tadi pagi sempat ada satu truk mau melintas dengan membawa material. Kalau mau lewat ya harus diturunkan barangnya, makanya putar balik," jelasnya.
Penambangan menggunakan alat berat di Kali Boyong, tak jauh dari tempat tinggal mereka sempat dilarang. Bahkan, pengusaha tambang juga tidak melakukan penambangan di sungai.
Namun, penambangan kembali dilakukan di lahan milik person yang dijual pada pengeruk pasir.
"Dulu sudah enggak ada penambangan, tapi sekarang malah lahan warga yang ditambang," katanya.
Sebelumnya, aksi protes warga dengan memblokade jalan. Beberapa pohon besar seperti pohon Kelapa dan Sengon dipotong dengan gergaji mesin. Batang pohon yang besar dibiarkan menutupi akses jalan.
Setelah sore hari, aksi blokade jalan tersebut dihentikan. Warga bergotong-royong memotong dan menyingkirkan pohon yang menghalangi Jalan Turgo tersebut.
Akses jalur kembali normal. Hanya saja, truk-truk yang membawa material penambangan tidak diperbolehkan melintas di kawasan tersebut.
"Sudah tidak ada blokade-blokadean, tapi kita tetap berkumpul menolak adanya penambangan yang merusak alam," jelas Praptono, warga setempat yang menyuarakan penolakan ada penambangan, Rabu (18/2/2015).
Sedikitnya baru ada 11 alat berat yang sudah diturunkan dari lokasi penambangan dengan menggunakan mobil derek. Namun, masih ada beberapa alat berat yang hingga kini belum turun.
"Sampai tadi malam, baru ada 11 beko yang turun, diatas masih ada yang belum turun. Kita tetap bertahan sampai bener-benar tidak ada penambangan lagi," katanya.
Jalur tersebut kini lebih steril dari truk pengangkut material Merapi. Para sopir truk yang terjebak tak bisa melintas harus memutar arah melintasi jalur lain.
Aktivitas penambangan pun sempat terhenti pasca pemblokdean jalan yang dilakukan ratusan warga, Rabu (18/2/2015).
Warga berharap tidak ada lagi penambangan di sekitar kawasan mereka dengan mengunakan alat berat.
"Tadi pagi sempat ada satu truk mau melintas dengan membawa material. Kalau mau lewat ya harus diturunkan barangnya, makanya putar balik," jelasnya.
Penambangan menggunakan alat berat di Kali Boyong, tak jauh dari tempat tinggal mereka sempat dilarang. Bahkan, pengusaha tambang juga tidak melakukan penambangan di sungai.
Namun, penambangan kembali dilakukan di lahan milik person yang dijual pada pengeruk pasir.
"Dulu sudah enggak ada penambangan, tapi sekarang malah lahan warga yang ditambang," katanya.
Sebelumnya, aksi protes warga dengan memblokade jalan. Beberapa pohon besar seperti pohon Kelapa dan Sengon dipotong dengan gergaji mesin. Batang pohon yang besar dibiarkan menutupi akses jalan.
Setelah sore hari, aksi blokade jalan tersebut dihentikan. Warga bergotong-royong memotong dan menyingkirkan pohon yang menghalangi Jalan Turgo tersebut.
Akses jalur kembali normal. Hanya saja, truk-truk yang membawa material penambangan tidak diperbolehkan melintas di kawasan tersebut.
(sms)