Nasib Petani Sayur Mengenaskan

Selasa, 17 Februari 2015 - 11:52 WIB
Nasib Petani Sayur Mengenaskan
Nasib Petani Sayur Mengenaskan
A A A
PAGARALAM - Musim penghujan beberapa bulan terakhir membuat Kota Pagaralam ban jir sayuran. Kondisi ini tak pelak membuat nasib petani yang akan masuk masa panen mengenaskan, karena har ga sayur dipastikan ikut anjlok.

Informasi yang berhasil di himpun KORAN SINDO PALEMBANG menyebutkan, stok sayuran membanjiri Pasar Sub Agrobisnis Terminal Nendagung. Akibatnya, beberapa harga komoditi andalan Kota Pagaralam merosot. Kondisi ini membuat petani harus menelan pil pahit, karena terancam mengalami kerugian lebih besar. Jaya Patra, 32, salah satu petani di Kecamatan Pagaralam Utara mengatakan, saat ini sayuran baru akan panen, se mentara harga sangat anjlok di pasaran. Pilihan ini membuatnya bingung, apakah tanamannya akan dipanen atau dibiarkan membusuk lantaran harga jual yang sangat murah.

“Kalau tidak dipanen rugi akan bertambah besar, semen - tara jika dipanen harus megeluarkan biaya lagi. Hal ini karena sayuran stoknya sangat banyak,” kata dia. Senada dituturkan Dewi, 43, salah satu agen sayuran di Pasar Sub Agrobisnis Terminal Nendagung. Saat ini kata dia, stok sayuran sedang berlimpah di Pagaralam, karena sayuran ini dipanen serentak. “Panen kali ini berbarengan sehingga sayuran banjir. Apalagi sekarang sedang musim peng hujan, waktunya panen. Jadi, semuanya menumpuk di sini,” bebernya.

Sesuai prinsip ekonomi, ban jirnya sayuran membuat kon disi harga secara otomatis menjadi turun. “Penurunan harga ini bukanlah permainan agen. Apa lagi, untuk harga kita berpatokan pada Pasar Induk Jaka baring Palembang. Karena saat ini, sayuran Pagaralam menumpuk di Jakabaring. Belum lagi ditambah sayuran dari daerah lain,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, ada beberapa harga sayuran yang anjlok seperti kol yang sebelumnya men capai Rp4.000 per kg, sekarang hanya Rp1.200 per kg. Kemud ian, sawi manis dari Rp2.000 perkgmenjadiRp500perkg. Lalu, cabai merah sebelumnya mencapai Rp70.000 men jadi Rp20.000perkg, se dangkancabai hijau dari Rp20.000 menjadi Rp5.000 per kg. Tomat dari Rp4.500 men jadi Rp1.500 per kg.

Wortel Rp4.000menjadiRp1.500 per kg, daun sop Rp20.000 menjadi Rp8.000 per kg. “Yang naik cuman terong panjang, semula Rp1.000 menjadi Rp2.000 per kg,” ungkap dia. Sementara itu, Ketua KTNA Kota Pagaralam Wawan Feri Feriansyah mengatakan, pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi kepada petani agar tidak serentak menanam satu komoditi.

“Petani di Kota Pagaralam selalu tergiur akan harga tinggi. Misalnya saja, jika cabai mahal, berduyun-duyun menanam cabai. Akibatnya, ketika panen cabai langsung turun sehingga membuat petani merugi,” tukasnya. Demikian halnya di Muaraenim, di Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), sejumlah petani juga mengeluhkan ren dah - nya harga jual sayuran di tingkat petani. Bahkan menurut beberapa petani sayuran, untuk jenis sayuran seperti kubis, sawi, terong dan jenis sayuran basah lainnya harganya tidak sampai Rp1.000 per kg.

Tentu saja menurut mereka, rendahnya harga jual di tingkat petani menyebabkan petani merugi. Mengingat biaya produksi dari mulai bibit hingga perawatan, petani sudah mengeluarkan modal yang tidak sedikit.

“Bayangkan saja mas, untuk sawi dan kubis paling mahal sekarang ini Rp800 per kilogram, itu pun untuk kualitas yang sudah terkategori baik,” jelas Firdaus salah seorang petani sayuran Desa Cahaya Alam kemarin.

Irham sp/ yayan d
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7070 seconds (0.1#10.140)