Untung Besar Namun Merusak Alam

Senin, 16 Februari 2015 - 09:53 WIB
Untung Besar Namun Merusak Alam
Untung Besar Namun Merusak Alam
A A A
BANTUL - Hamparan tambak udang terlihat di wilayah Pantai Kuwaru ke timur. Para pemilik tambak udang ini seolah tak mengindahkan ancaman dari Pemkab Bantul yang akan menggusur mereka.

Keuntungan yang menggiurkan mengakibatkan para investor ingin mendirikan banyak tam bak di kawasan pantai selatan Bantul. Kini hampir seluruh kawasan pantai selatan Bantul mulai dari Pantai Parangkusumo yang terkenal dengan kawasan Gumuk Pasirnya hingga kawasan pantai paling barat kabupaten ini banyak dijumpai tambak udang.

Berawal dari besarnya keuntungan yang besar dan cepat balik modal, pertumbuhan tambak udang memang tidak bisa dikontrol lagi. Bahkan, pemerintah Kabupaten Bantul kesulitan mengendalikannya, beberapakali kesepakatan dan larangan yang diberikan oleh pemerintah setempat tak lantas membuat pembangunan tambak-tambak baru bisa dikendalikan.

Mereka tak menggubris larangan pemerintah karena memang tidak ada ketegasan dari pemilik kebijakan. Untung yang begitu besar membuat orang gelap mata. Menurut penuturan mantan ketua kelompok budi daya udang Vaname Taruna Bahari Dusun Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Nur Cholish, budi daya udang sangat menjanjikan.

Kelompok masyarakat yang dia pimpin dulunya mampu membuktikan, meski seumur jagung mereka berhasil menaklukkan kondisi alam yang selama ini belum pernah dicoba untuk budi daya udang. "Kami nekat, ternyata berhasil," kata Nur Cholish. Berbekal semangat dan keberanian, Nur Cholis beserta rekan-rekannya belajar sembari membudidayakan langsung komoditas udang yang tergolong mahal ini.

Dukungan dari berbagai pihak memang berperan penting dalam proses kegiatan budi daya udang Vaname, seperti bantuan modal dari DIY dan PT Indokor Bangun Desa. Berbekal bantuan senilai Rp150 juta serta peran serta tek nis dari PT Indokor yang berpengalaman membudidayakan udang Vaname, perlahan masyarakat di dusun tersebut belajar lapangan cara-cara memelihara udang Vaname.

Mereka nekat, karena teknik pemeliharaan udang Vaname sebenarnya sulit. Nur Cholish mengungkapkan, budi daya udang Vaname merupakan usaha budi daya yang memiliki risiko tinggi. Namun, lanjut Nur Cholish, jika risiko bisa tersebut mampu dikendalikan maka keuntungan dari usaha ini juga sangat menggiurkan. "Hasilnya memang lumayan besar,” tuturnya.

Kini setidaknya ada 240-an tambak udang berdiri sepanjang pantai selatan Bantul. Setidaknya ada 100 petak tambak udang di sepanjang pantai selatan Bantul yang akan ditutup oleh Pemkab Bantul mulai 5 Januari 2015 silam. Sebanyak 100 tambak tersebut mulai ditertibkan karena berada di zona terlarang.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul, Tri Saktiyana mengatakan, setidaknya ada 100 tambak di zona terlarang akan ditutup. Penentuan zona terlarang itu sendiri bukan dari Pemkab Bantul semata, tetapi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY yang telah mengunjungi lokasi tambak tersebut. Zona-zona terlarang tersebut di antaranya 200 meter sepadan pantai serta 29 sepadan jalan, yaitu jalur jalan lintas selatan (JJLS).

Keberadaan tambak udang di zona terlarang tersebut dinilai membahayakan. Sepadan pantai harus dipatuhi untuk melindungi masyarakat atau petambak itu sendiri. "Kalau zona JJLS untuk melindungi proyek nasional tersebut," katanya. Rencana penutupan tersebut sudah mendapat restu dari pemilik lahan yaitu Keraton Yog yakarta. Karena sebagian besar tambak udang tersebut berada di lahan Sultan Ground (SG).

Sehingga penutupan tersebut juga harus seizin dan sepengetahuan pihak Keraton. Sebelumnya, Ketua Aspirasi Petani dan Peternak Samas (Am ppas) Suparman mengungkapkan belasan hektare tanaman pertanian di wilayah Desa Srigading, Kecamatan Sanden rusak akibat keberadaan tambak udang di kawasan tersebut.

Akibatnya, hasil panenan para petani mengalami penurunan cukup drastis dibanding dengan sebelum ada tambak. Setidaknya ada 15 hektare tanaman bawang merah, sayur-sayuran, dan padi yang rusak akibat adanya tambak tersebut. Bahkan lima hektare di antaranya kini tidak bisa ditanami setelah adanya intrusi dari tambak yang letaknya sangat dekat dengan sawah mereka. "Kalau yang rusak, produksinya menurun drastis," paparnya.

Suparman menyebutkan, air asin yang terangkat dari proses kincir tambak udang sifatnya merusak daun-daun tanaman yang petani berdayakan. Selain itu, air asin yang merembes ke lahan pertanian mereka juga mengakibatkan tanaman milik ratusan petani tak bisa hidup lagi. Dia sendiri tidak mengeta hui secara pasti berapa luas lahan di sepanjang pantai selatan Bantul yang rusak akibat keberadaan tambak tersebut.

Namun dia memastikan, jumlahnya cukup banyak karena di area sepanjang pantai selatan banyak petani yang mengeluhkan hal serupa. "Ini bukan persoalan iri atau apa, tetapi kami sekarang tak bisa lagi bercocok tanam," paparnya.

Pemkab Bantul berencana mentranslokasi tambak-tambak udang yang kini mereka tutup di Dusun Wonoroto, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, namun ternyata sampai saat ini persoalan lahan di wilayah tersebut belum juga selesai. Bahkan, Pemkab Bantul belum mendapatkan izin dari pemilik lahan yaitu Keraton Yogyakarta.

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bantul, Isti Wasono mengakui jika lahan yang digunakan di Wonoroto belum mendapat izin dari pihak Keraton selaku pemilik. Tak hanya itu, permasalahan dengan pengguna lahan di Wonoroto juga belum ada penyelesaian bahkan belum ada komunikasi.

Sampai saat ini, pihaknya terus berusaha melakukan komunikasi intensif dengan pemilik lahan dan juga pengguna. “Di sana sebenarnya sudah ada beberapa petak tambak udang juga. Ini yang perlu dipikirkan, agar jangan sampai mereka merasa dirugikan,” tuturnya.

Isti mengaku jika sampai saat ini titik atau lokasi untuk memindah tambak udang yang ditutup belum di Wonoroto. Namun memang rencana awal di wilayah yang tidak jauh dari mercusuar pantai Pandansari dan Gua Cemara ini. Sehingga sampai saat ini, pihaknya bersama instansi terkait masih terus melakukan kajian dan koordinasi.

Di peta, lanjut Isti, lahan di Wonoroto seluas 32 hektare. Namun berapa besar luas yang akan dan bisa digunakan untuk translokasi tambak udang. Karena pihaknya masih harus melakukan ground check atau cek lapangan terkait dengan sempadan pantai dan sempadan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Pemkab juga harus melakukan ground clearing atau pembersihan lahan agar lahan tersebut siap digunakan untuk lokasi tambak. “Konfirmasi terus kami lakukan, tak hanya lahan karena masyarakat di sana (Wonoroto) juga harus clear,” tandasnya.

Cepat Balik Modal

Untuk membuat tambak udang di pesisir pantai ternyata bu tuh modal cukup besar. Untuk ukuran sekitar 1.000 meter persegi, butuh modal sekitar Rp250 juta. Dana ini dipakai mulai dari pembuatan kolam/ tambak sampai dengan tebar benih sampai dengan panen. Bila pada panen pertama sukses, petambak bisa mengantongi penjualan sekitar Rp350 juta hingga Rp400 juta.

Artinya, dengan dua atau tiga kali panen, modal ini bisa kembali. “Modal yang paling besar untuk pembuatan tambak pertama. Setelah itu tinggal untuk benih, pakan, dan biaya perawatan,” ujar salah satu pemilik tambak di Trisik, Kecamatan Galur Kulonprogo, Jaka Samudra.

Jaka mengaku belum tahu usia kolam yang dibuat menggunakan alas dari plastik. Namun, dia telah lebih dari enam kali tebar, kolam mini masih bagus. Hanya saja tidak setiap kali panen hasilnya bagus. Terkadang udang terkena penyakit dan petani bisa merugi. Untuk satu kali masa panen, dibutuhkan waktu sekitar 80 hari. Namun, petambak akan mengikuti permintaan pasar.

Sebab, ada beberapa ukuran udang yang diminati pasar. Biasanya ukuran ini akan diikuti petambak dengan memperhatikan tingkat keuntungan. “untuk size 40 biasanya 80 hari sudah bisa dipanen,” ucapnya. Joko mengaku di wilayah Trisik memang menjadi salah satu lokasi budi daya perikanan sesuai rencana tata ruang dan tata wilayah.

Jadi, tidak ada masalah dalam hal perizinan ke pada pemerintah. Apalagi usaha budi daya udang ini juga mendapat arahan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kulonprogo. Di Kulonprogo sendiri ba nyak investor yang masuk untuk mengembangkan usaha ini.

Mulai dari tingkat lokal DIY Jateng, sampai investor dari Surabaya. Tidak sedikit mereka yang telah mengembangkan usaha tambak udang di Banyuwangi ikut mengembangkan usaha di sini.

Erfanto linangkung/ Kuntadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5332 seconds (0.1#10.140)
pixels