Timnas U-22 Akui Kalah Kualitas
A
A
A
SIDOARJO - Pelatih Timnas U-22 Aji Santoso mendapat pekerjaan rumah ekstra berat setelah timnya ditaklukkan Timnas Suriah U-23. Pada laga uji coba di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, kemarin, Evan Dimas Darmoni dkk yang dipersiapkan di ajang SEA Games 2015, menyerah tiga gol tanpa balas.
Gol Yousef Kalfa pada menit ke- 11 serta dua gol Wesah Diam Agha (70, 81), memaksa Aji harus memutar otak demi perbaikan sebelum menghadapi Malaysia, Selasa (17/2). Aji menyebut timnya kalah kualitas dari lawannya. ”Lawan yang kami hadapi saat ini berada satu tingkat di atas,” kata Aji setelah pertandingan.
Di luar persoalan kualitas, perbedaan usia, dan postur tubuh, permainan Garuda Muda ini belum sesuai harapan. Dua problem besar terlihat di barisan belakang dan depan. Pertahanan Indonesia yang ditempati Abduh Lestaluhu, Andik Rendika Rama, Jajang Maulana, dan Manahati Lestusen belum pada level menghadapi lawan yang memiliki kematangan kerja sama dan kemampuan teknis lebih bagus.
Dua full back timnas Abduh Lestaluhu dan Andik Rendika seperti kerepotan saat menghadapi tekanan serangan balik dari sisi sayap. Penetrasi dua winger Suriah tidak bisa diantisipasi dengan baik. Aji sepertinya juga tidak melakukan antisipasi memadai untuk meredam tekanan Suriah dari sektor sayap, meski sebelum pertandingan pelatih Muhammed Sakeer menyebut akan memaksimalkan kelebihan postur pemainnya.
Problem kedua adalah penyelesaian akhir. Dari sisi statistik, jumlah tendangan ke gawang yang dilakukan Indonesia dan Suriah tidak terlalu jauh. Setidaknya sampai menit ke-65 ketika baru tertinggal 0-1, kedua tim sama-sama melakukan enam kali percobaan tendangan ke gawang. Bedanya, usaha tendangan ke gawang di kubu timnas tidak terlalu berbahaya.
Berbeda dengan Suriah yang memang sangat agresif, terutama ketika masuk ke sepertiga pertahanan Indonesia. Formasi 4-2-3-1 dengan menempatkan Anthony Putra Nugroho sebagai striker tunggal makin mempertegas keluhan Aji yang membutuhkan pemain depan dengan naluri membunuh. Pasalnya, Evan Darmono, Wawan Febriyanto, dan Hendra Bayau lebih bekerja sebagai pengalir bola.
”Setelah menit ke- 15 permainan sebenarnya masih berjalan seimbang. Pemain masih menunjukkan perlawanan untuk mengejar Suriah,” kata Aji setelah pertandingan. Mantan pelatih Persebaya Surabaya ini juga mengeluhkan persoalan mental pemain. Menurutnya, pemain langsung drop begitu tertinggal 0-2. Apalagi, gol yang tercipta karena kesalahan personal.
”Gol kedua membuat mental pemain down. Semua gol merupakan kesalahan kita sendiri. Tim ini banyak dihuni pemain baru, masih banyak kekurangan yang harus kita perbaiki,” ucapnya. Sementara itu, kubu Suriah mengaku tak menyangka bisa menang telak dari Indonesia. ”Pada babak pertama kita menyangka bisa menang mudah setelah mencetak satu gol. Ternyata tidak, pemain Indonesia melakukan pressure tinggi. Namun setelah gol kedua, lawan sudah kehilangan gayanya. Ini yang memudahkan kami,” ujar Sakeer.
Rahmad tomy
Gol Yousef Kalfa pada menit ke- 11 serta dua gol Wesah Diam Agha (70, 81), memaksa Aji harus memutar otak demi perbaikan sebelum menghadapi Malaysia, Selasa (17/2). Aji menyebut timnya kalah kualitas dari lawannya. ”Lawan yang kami hadapi saat ini berada satu tingkat di atas,” kata Aji setelah pertandingan.
Di luar persoalan kualitas, perbedaan usia, dan postur tubuh, permainan Garuda Muda ini belum sesuai harapan. Dua problem besar terlihat di barisan belakang dan depan. Pertahanan Indonesia yang ditempati Abduh Lestaluhu, Andik Rendika Rama, Jajang Maulana, dan Manahati Lestusen belum pada level menghadapi lawan yang memiliki kematangan kerja sama dan kemampuan teknis lebih bagus.
Dua full back timnas Abduh Lestaluhu dan Andik Rendika seperti kerepotan saat menghadapi tekanan serangan balik dari sisi sayap. Penetrasi dua winger Suriah tidak bisa diantisipasi dengan baik. Aji sepertinya juga tidak melakukan antisipasi memadai untuk meredam tekanan Suriah dari sektor sayap, meski sebelum pertandingan pelatih Muhammed Sakeer menyebut akan memaksimalkan kelebihan postur pemainnya.
Problem kedua adalah penyelesaian akhir. Dari sisi statistik, jumlah tendangan ke gawang yang dilakukan Indonesia dan Suriah tidak terlalu jauh. Setidaknya sampai menit ke-65 ketika baru tertinggal 0-1, kedua tim sama-sama melakukan enam kali percobaan tendangan ke gawang. Bedanya, usaha tendangan ke gawang di kubu timnas tidak terlalu berbahaya.
Berbeda dengan Suriah yang memang sangat agresif, terutama ketika masuk ke sepertiga pertahanan Indonesia. Formasi 4-2-3-1 dengan menempatkan Anthony Putra Nugroho sebagai striker tunggal makin mempertegas keluhan Aji yang membutuhkan pemain depan dengan naluri membunuh. Pasalnya, Evan Darmono, Wawan Febriyanto, dan Hendra Bayau lebih bekerja sebagai pengalir bola.
”Setelah menit ke- 15 permainan sebenarnya masih berjalan seimbang. Pemain masih menunjukkan perlawanan untuk mengejar Suriah,” kata Aji setelah pertandingan. Mantan pelatih Persebaya Surabaya ini juga mengeluhkan persoalan mental pemain. Menurutnya, pemain langsung drop begitu tertinggal 0-2. Apalagi, gol yang tercipta karena kesalahan personal.
”Gol kedua membuat mental pemain down. Semua gol merupakan kesalahan kita sendiri. Tim ini banyak dihuni pemain baru, masih banyak kekurangan yang harus kita perbaiki,” ucapnya. Sementara itu, kubu Suriah mengaku tak menyangka bisa menang telak dari Indonesia. ”Pada babak pertama kita menyangka bisa menang mudah setelah mencetak satu gol. Ternyata tidak, pemain Indonesia melakukan pressure tinggi. Namun setelah gol kedua, lawan sudah kehilangan gayanya. Ini yang memudahkan kami,” ujar Sakeer.
Rahmad tomy
(bhr)