Angin Ribut Hancurkan Puluhan Rumah
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Bencana alam kembali menerjang wilayah Gunungkidul. Setelah sebelumnya longsor, kini giliran angin ribut memorak-porandakan Kota Wonosari. Puluhan rumah dilaporkan rusak parah dan ratusan pohon tumbang.
Dari pantauan KORAN SINDO YOGYA, bencana ini diawali dengan hujan deras yang mengguyur sebagian besar Kota Wonosari sekitar pukul 14.00 WIB. Beberapa saat kemudian, angin kencang turut menerjang kawasan itu, hingga mengakibatkan puluhan pohon tumbang. Di Dusun Kranon, Desa Kepek, salahsaturumahwargarusak parah di bagian atapnya, lantaran tertimpa pohon jati.
Rumah milik Sawiyem itu berlokasi di RT 05. “Tadi saya mengepel di depan lantaran banyak air yang masuk. Tiba-tiba suara pohon ambruk dan menimpa atas rumah. Untung masih nyangkut di kabel listrik sehingga tidak parah kerusakan rumah saya,” tuturnya kepada wartawan, kemarin.
Tidak hanya itu, di Dusun Bansari, rumah milik Lagiyo juga rata dengan tanah akibat angin kencang tersebut. Rumah limasan dengan dinding anyaman bambu ini tersapuangin.“ Rumah saya gunakan untuk gudang, jadi tidak ada korban jiwa, saat kejadian, saya berada di rumahlain,” tuturnya.
Di Dusun Tegalmulyo, Kepek, angin juga merobohkan pohon jati dan menimpa rumah Sugeng. Untungnya, pohon Jati berdiameter 60 cm ini hanya merusak ruang tamu. Akibat banyaknya pohon tumbang, PLN langsung mematikan jaringan listrik. Sejumlah warga langsung keluar rumah begitu hujan reda dan bekerja bakti membersihkan pohon yang mengganggu lalu lintas dan juga menimpa rumah warga.
Sementara, di Desa Baleharjo, sebuah rumah makan roboh akibat hujan disertai angin kencang yang terjadi di Jalan Wonosari– Semanu, tepatnya di Dusun Wukirsari, Desa Baleharjo. Bahkan pemilik rumah makan dan beberapa pengunjung sempat terjebak, di bangunan dari bambu tersebut.
Beruntung, semuanya berhasil selamat tanpa luka setelah bertiarap di lantai warung dan selanjutnya merangkak keluar rumah. Salah seorang konsumen, Sri Lestari, 38, asal Candirejo, Semanu, mengatakan, saat kejadian, dirinya bersama kedua anaknya sedang makan dirumahmakan Kampung Jawatersebut. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dan akhirnya bangunan ambruk. “Saya mengajak anak saya tiarap kemudian perlahan keluar dari sisi-sisi yang masih renggang,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Budhi Harjo mengaku langsung menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk membantu warga melakukan pembersihan. “Korban masih kami data, namun puluhan rumah rusak dan ratusan pohon tumbang,” katanya.
Di kecamatan Gedangsari, bencana tanah longsor terus saja terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Klaten tersebut. Kejadian tanah longsor kali ini terjadi di Dusun Sidomulyo, Desa Sampang. Dua rumah warga, masing-masing milik Cipto Sumarno dan Winarwan rusak akibat terkena material longsor di dekat rumah mereka.
Piyungan, Kecamatan Langganan Longsor
Intensitas bencana alam di Kabupaten Bantul dalam pekan inimengalamipeningkatan. Wilayah Kecamatan Piyungan menjadi daerah dengan intensitas tertinggi dibanding daerah lain, disusul dengan kecamatan Imogiri dan Dlingo. Peningkatan intensitas bencana di tiga wilayah tersebut adalah tanah longsor.
Ketua Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Haryantomengungkapkan, tigakecamatan tersebut masuk dalam zona merah bencana tanah longsor. Tahun ini, bencana tanah longsor di Kecamatan Piyungan paling banyak dibanding zona merah lainnya. Dalam tiga hari terakhir, tanah longsor secara sporadis banyak terjadi di Kecamatan yang berada di bagian timur laut Kabupaten Bantul ini.
“Memang secara intensitas hujan yang menjadi penyebabnya, hujan lebih banyak terjadi di wilayah perbatasan Kecamatan Prambanan dengan Piyungan. Sehingga intensitas bencana banyak terjadi di wilayah Piyungan,” tutur Dwi, kemarin.
Tiga kecamatan yang masuk dalam zona merah bencana tanah longsor kondisi dan tekstur tanahnya memang hampir sama. Di tiga kecamatan ini, tekstur alamnya didominasi dengan perbukitan dengan struktur tanah memiliki kemiringan antara 20 hingga 40 derajat. Padahal, jika posisi tanah memiliki kemiringan di atas 20 derajat sudah masuk dalam kategori rawan bencana tanah longsor.
Selain itu, tekstur tanah di tiga kecamatan ini juga gembur karena terdiri dari lempung. Sehingga, jika diguyur air secara terus-menerus, meskipun intensitasnya tidak tinggi, akan mudah bergerak.
Suharjono / Erfanto linangkung
Dari pantauan KORAN SINDO YOGYA, bencana ini diawali dengan hujan deras yang mengguyur sebagian besar Kota Wonosari sekitar pukul 14.00 WIB. Beberapa saat kemudian, angin kencang turut menerjang kawasan itu, hingga mengakibatkan puluhan pohon tumbang. Di Dusun Kranon, Desa Kepek, salahsaturumahwargarusak parah di bagian atapnya, lantaran tertimpa pohon jati.
Rumah milik Sawiyem itu berlokasi di RT 05. “Tadi saya mengepel di depan lantaran banyak air yang masuk. Tiba-tiba suara pohon ambruk dan menimpa atas rumah. Untung masih nyangkut di kabel listrik sehingga tidak parah kerusakan rumah saya,” tuturnya kepada wartawan, kemarin.
Tidak hanya itu, di Dusun Bansari, rumah milik Lagiyo juga rata dengan tanah akibat angin kencang tersebut. Rumah limasan dengan dinding anyaman bambu ini tersapuangin.“ Rumah saya gunakan untuk gudang, jadi tidak ada korban jiwa, saat kejadian, saya berada di rumahlain,” tuturnya.
Di Dusun Tegalmulyo, Kepek, angin juga merobohkan pohon jati dan menimpa rumah Sugeng. Untungnya, pohon Jati berdiameter 60 cm ini hanya merusak ruang tamu. Akibat banyaknya pohon tumbang, PLN langsung mematikan jaringan listrik. Sejumlah warga langsung keluar rumah begitu hujan reda dan bekerja bakti membersihkan pohon yang mengganggu lalu lintas dan juga menimpa rumah warga.
Sementara, di Desa Baleharjo, sebuah rumah makan roboh akibat hujan disertai angin kencang yang terjadi di Jalan Wonosari– Semanu, tepatnya di Dusun Wukirsari, Desa Baleharjo. Bahkan pemilik rumah makan dan beberapa pengunjung sempat terjebak, di bangunan dari bambu tersebut.
Beruntung, semuanya berhasil selamat tanpa luka setelah bertiarap di lantai warung dan selanjutnya merangkak keluar rumah. Salah seorang konsumen, Sri Lestari, 38, asal Candirejo, Semanu, mengatakan, saat kejadian, dirinya bersama kedua anaknya sedang makan dirumahmakan Kampung Jawatersebut. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dan akhirnya bangunan ambruk. “Saya mengajak anak saya tiarap kemudian perlahan keluar dari sisi-sisi yang masih renggang,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Budhi Harjo mengaku langsung menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk membantu warga melakukan pembersihan. “Korban masih kami data, namun puluhan rumah rusak dan ratusan pohon tumbang,” katanya.
Di kecamatan Gedangsari, bencana tanah longsor terus saja terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Klaten tersebut. Kejadian tanah longsor kali ini terjadi di Dusun Sidomulyo, Desa Sampang. Dua rumah warga, masing-masing milik Cipto Sumarno dan Winarwan rusak akibat terkena material longsor di dekat rumah mereka.
Piyungan, Kecamatan Langganan Longsor
Intensitas bencana alam di Kabupaten Bantul dalam pekan inimengalamipeningkatan. Wilayah Kecamatan Piyungan menjadi daerah dengan intensitas tertinggi dibanding daerah lain, disusul dengan kecamatan Imogiri dan Dlingo. Peningkatan intensitas bencana di tiga wilayah tersebut adalah tanah longsor.
Ketua Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Haryantomengungkapkan, tigakecamatan tersebut masuk dalam zona merah bencana tanah longsor. Tahun ini, bencana tanah longsor di Kecamatan Piyungan paling banyak dibanding zona merah lainnya. Dalam tiga hari terakhir, tanah longsor secara sporadis banyak terjadi di Kecamatan yang berada di bagian timur laut Kabupaten Bantul ini.
“Memang secara intensitas hujan yang menjadi penyebabnya, hujan lebih banyak terjadi di wilayah perbatasan Kecamatan Prambanan dengan Piyungan. Sehingga intensitas bencana banyak terjadi di wilayah Piyungan,” tutur Dwi, kemarin.
Tiga kecamatan yang masuk dalam zona merah bencana tanah longsor kondisi dan tekstur tanahnya memang hampir sama. Di tiga kecamatan ini, tekstur alamnya didominasi dengan perbukitan dengan struktur tanah memiliki kemiringan antara 20 hingga 40 derajat. Padahal, jika posisi tanah memiliki kemiringan di atas 20 derajat sudah masuk dalam kategori rawan bencana tanah longsor.
Selain itu, tekstur tanah di tiga kecamatan ini juga gembur karena terdiri dari lempung. Sehingga, jika diguyur air secara terus-menerus, meskipun intensitasnya tidak tinggi, akan mudah bergerak.
Suharjono / Erfanto linangkung
(ftr)