BI Dorong UMKM agar Bankable
A
A
A
PALEMBANG - Bank Indonesia (BI) mencatat kontribusi pendapatan dari produk domestik bruto (PDB) dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) cukup tinggi mencapai 59%. Namun, tidak sedikit kendala yang dihadapi pelaku UMKM terutama dalam mendapatkan modal pengembangan usaha dari bank.
“Kendala permodalan selalu mendominasi (pengembangan UMKM) hingga 50%. Karena itu, melalui program Wirausaha Bank Indonesia (WUBI), BI memfasilitasi UMKM untuk bisa bankable atau bisa mengakses bank,” ujar Manager Unit Pelaksanaan dan Pengembangan Akses UMKM BI Sunarso di Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Palembang, kemarin.
Dia menjelaskan, kesenjangan UMKM dan Perbankan yang menyebabkan para pelaku usaha non-bankable selama ini cukup banyak. Di sisi UMKM, masalahnya adalah kebutuhan pembiayaan meski nilainya relatif kecil, lalu masalah dokumen legal formal yang terbatas, tidak ada catatan keuangan, lalu faktor psikologis, sedangkan dari sisi perbankan, bank cenderung mencari profit dari transaksi serta menuntut dokumen yang tertib dan penjamin kredit.
“Melalui WUBI, permasalahan tadi diatasi dengan pendampingan, mulai dari belajar mengatur keuangan, mengarahkan pembuatan perizinan, memberi informasi akses, pemasaran, dan dorongan psikologis,” terangnya. Saat ini, BI sudah memilih lima UMKM terbaik binaan dari program WUBI di wilayah Sumsel Babel. Kelimanya, bisa dijadikan contoh bagi pelaku UMKM lainnya untuk bisa bergabung.
Sunarso menambahkan, pihak nya akan lebih fokus pada UMKM bidang agrobisnis deng an orientasi ekspor. Selain itu usaha yang dijalani belum melebihi lima tahun operasional. Diutamakan yang memiliki izin legalitas usaha dan business plan. “Program ini berkelanjutan dan terbuka bagi yang berminat,” imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama, UMKM terbaik WUBI Admini menuturkan, sejak mengikuti pendampingan dari BI, omzet usaha kacang bawang dan bawang gorengnya yang bernama Andini melonjak dari sebelumnya, yakni mencapai Rp35 juta per bulan. Diakuinya WUBI memberi kesadaran untuk mengurus dokumen dan izin, keuangan pun tertib, dan kini sudah bisa masuk pasar ritel modern.
Tidak hanya itu, akses untuk jaminan ke bank pun lebih mudah. “Saya bisa mewujudkan mimpi untuk membuka lapangan kerja bagi lingkungan saya. Bahkan, mendorong untuk memiliki ruko sendiri kedepannya,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan empat pelaku UMKM terbaik WUBI lainnya, seperti Amsiana dengan keripik bayam, Nurqillah dengan nugget dan snack box, Zani dengan Bawang Goreng Sriwijaya, dan Andarwin dengan budi daya jamur tiramnya. “Saya ingin tembus pasar ekspor. Beruntung BI memberi banyak pengarahan melalui pelatihan yang bermanfaat,” kata Amsiana diamini yang lain nya.
Yulia savitri
“Kendala permodalan selalu mendominasi (pengembangan UMKM) hingga 50%. Karena itu, melalui program Wirausaha Bank Indonesia (WUBI), BI memfasilitasi UMKM untuk bisa bankable atau bisa mengakses bank,” ujar Manager Unit Pelaksanaan dan Pengembangan Akses UMKM BI Sunarso di Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Palembang, kemarin.
Dia menjelaskan, kesenjangan UMKM dan Perbankan yang menyebabkan para pelaku usaha non-bankable selama ini cukup banyak. Di sisi UMKM, masalahnya adalah kebutuhan pembiayaan meski nilainya relatif kecil, lalu masalah dokumen legal formal yang terbatas, tidak ada catatan keuangan, lalu faktor psikologis, sedangkan dari sisi perbankan, bank cenderung mencari profit dari transaksi serta menuntut dokumen yang tertib dan penjamin kredit.
“Melalui WUBI, permasalahan tadi diatasi dengan pendampingan, mulai dari belajar mengatur keuangan, mengarahkan pembuatan perizinan, memberi informasi akses, pemasaran, dan dorongan psikologis,” terangnya. Saat ini, BI sudah memilih lima UMKM terbaik binaan dari program WUBI di wilayah Sumsel Babel. Kelimanya, bisa dijadikan contoh bagi pelaku UMKM lainnya untuk bisa bergabung.
Sunarso menambahkan, pihak nya akan lebih fokus pada UMKM bidang agrobisnis deng an orientasi ekspor. Selain itu usaha yang dijalani belum melebihi lima tahun operasional. Diutamakan yang memiliki izin legalitas usaha dan business plan. “Program ini berkelanjutan dan terbuka bagi yang berminat,” imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama, UMKM terbaik WUBI Admini menuturkan, sejak mengikuti pendampingan dari BI, omzet usaha kacang bawang dan bawang gorengnya yang bernama Andini melonjak dari sebelumnya, yakni mencapai Rp35 juta per bulan. Diakuinya WUBI memberi kesadaran untuk mengurus dokumen dan izin, keuangan pun tertib, dan kini sudah bisa masuk pasar ritel modern.
Tidak hanya itu, akses untuk jaminan ke bank pun lebih mudah. “Saya bisa mewujudkan mimpi untuk membuka lapangan kerja bagi lingkungan saya. Bahkan, mendorong untuk memiliki ruko sendiri kedepannya,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan empat pelaku UMKM terbaik WUBI lainnya, seperti Amsiana dengan keripik bayam, Nurqillah dengan nugget dan snack box, Zani dengan Bawang Goreng Sriwijaya, dan Andarwin dengan budi daya jamur tiramnya. “Saya ingin tembus pasar ekspor. Beruntung BI memberi banyak pengarahan melalui pelatihan yang bermanfaat,” kata Amsiana diamini yang lain nya.
Yulia savitri
(ftr)