Community And Technological (Commtech)

Selasa, 03 Februari 2015 - 15:12 WIB
Community And Technological (Commtech)
Community And Technological (Commtech)
A A A
Mahasiswa dari berbagai negara peserta Community and Technological Camp atau CommTECH Camp Insight berbincang di depan gedung rektorat ITS Surabaya, kemarin.

SURABAYA – Tempe adalah makanan asli Indonesia yang ternyata membuat penasaran 40 mahasiswa asing dari 10 negara sebagai peserta Community and Technological (CommTECH) Camp Insight 2015.

Lewat kegiatan tahunan yang digelar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini mereka belajar teknik membuat tempe di Fakultas Mipa. Kampung tempe di Tenggilis juga akan dikunjungi hari ini. Begitu juga dengan destinasi lain di Surabaya. Ketua ITS International Office, Maria Anityasari mengatakan, para peserta sangat antusias belajar membuat tempe.

Mereka tampak serius saat melihat atau belajar membuat makanan tradisional itu. “Kami ajarkan mereka cara membuat tempe dan besok (hari ini) kami ajak mereka ke kampung tempe,” ujar Maria. Menurut dia, acara tahunan yang dilaksanakan ITS International Office sudah berlangsung sejak 2012.

Tahun ini merupakan keempat kalinya. Pada CommTECH Camp Insight kali ini para peserta berjumlah 40 orang. Mereka terdiri atas mahasiswa, staf, dan dosen perwakilan dari universitas-universitas mancanegara. Ada yang dari Malaysia, Thailand, China, Filipina, Vietnam, India, Irak, Australia, dan New Zealand.

Program ini bertujuan memperkenalkan ITS, salah satu universitas teknologi terbaik di Indonesia kepada masyarakat diseluruh dunia dan sebagai wadah bertukar pikiran, mendiskusikan, dan memecahkan masalah lokal dengan pengetahuan secara global. “Ini sesuai dengan tema acara ini, yakni Solving Local Problems with the Global Knowledge,” katanya.

Pada ajang bergengsi ini, ITS mendelegasikan dua mahasiswanya. Keduanya, yakni Ardiansyah, mahasiswa semester VIII, Fakultas Teknologi, Jurusan Elektro; serta Zahrah Sahara Arventi, mahasiswa semester V, D3 Teknik Kimia. “Dua mahasiswa ITS ikut acara nternasional ini sebagai syarat menjadi mahasiswa berprestasi. Mereka harus punya pengalaman internasional,” ujar perempuan berkacamata ini.

Ardiansyah, mahasiswa tuan rumah, mengaku bangga bisa mengikuti ajang internasional di kampusnya. “Kegiatan ini merupakan etalasenya ITS sebagai world class university.Ini juga persiapan sambut Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata mahasiswa kalem ini.

Selain membuat tempe, delegasi sejumlah kampus dari beberapa negara juga sempat bermain angklung. Lagu Surabaya dan Indonesia Tanah Airku pun mereka bawakan. “Karena jumlahnya banyak, mereka tidak tidur di kampus melainkan di salah satu hotel di pusat kota. Ini bertujuan agar mereka bisa jalan ke pusat kota sendiri,” kata Maria.

Sesuai jadwal kegiatan, waktu peserta cukup padat. Selain mengikuti materi kuliah, mereka juga mengikuti city tour. Salah satunya melihat keberhasilan mewujudkan eco city. Kampung batik, kampung green and cleandi Jambangan, tidak luput dari kunjungan. Konsep rencana pembangunan mass rapid transportation( MRT) oleh Pemkot Surabaya juga akan mereka dengar.

Gunung Bromo sebagai salah satu destinasi pariwisata di Jatim tidak mereka lewatkan. Tidak lupa mampir untuk rafting di Probolinggo. Tari Poco Poco dan Saman tak ketinggalan dipelajari.

Soeprayitno
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6385 seconds (0.1#10.140)