Mengenal Kekayaan Bahari Ambon Zaman Dulu

Kamis, 29 Januari 2015 - 12:04 WIB
Mengenal Kekayaan Bahari...
Mengenal Kekayaan Bahari Ambon Zaman Dulu
A A A
Kita patut berterima kasih kepada Valentine. Sebab lewat buku Amboina, banyak orang bisa mengenal dan mengetahui kekayaan bahari Indonesia Timur, khususnya Ambon.

Catatan yang dibuat seniman asal Prancis tersebut lalu dituangkan ke dalam karya ilustrasi grafis repro oleh seniman lokal Yogyakarta, Hermanu. Dia membuat karyanya dengan bersumberkan buku Valentine jilid III milik praktisi seni grafis, Ong Hari Wahyu yang diterbitkan pada 1726.

"Pameran grafis ini dipersiapkan oleh teman kami, Hermanu untuk flashback (melihat ke belakang) kembali seluruh kekayaan laut kita. Ketika menyaksikan pameran, mungkin kita terkejut karena ternyata begitu kaya samudra ini. Bahari kita yang tercatat dalam buku, dipamerkan grafisnya. Ada 350 jenis ikan yang punya nama sendirisendiri dan mungkin di telinga kita sudah sangat asing dan tidak ada lagi sekarang," ujar Kurator Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) Romo Sindhunata belum lama ini.

Lewat pameran tersebut, lanjut dia, pengunjung seolah diingatkan kembali akan kekayaan maritim yang dimiliki Indonesia. Sangat miris mengingat saat itu justru orang asing yang mencatat kekayaan bahari Ambon. Namun dengan adanya peninggalan dan pameran ini, dia berharap masyarakat Indonesia bisa lebih menjaga dan mencintai kekayaan laut Indonesia.

"Yang mengagumkan, saat itu belum ada foto dan snorkeling, lalu dialihkan ke dalam ilustrasi grafis dengan cetak dalam. Ambil ikan satu-satu lalu digrafis teknik dalam dengan teliti dan jeli. Teknologi sekarang bisa jadi suatu kemunduran karena ketelitian dan kejelian (yang kurang). Kesenian itu mampu tampilkan kekayaan laut," kata Romo Sindhunata.

Sementara itu, praktisi seni grafis Ong Hari Wahyu menambahkan, Indonesia harus berterima kasih kepada Valentine yang telah mewariskan jenis-jenis ikan. Sebelumnya telah dilukis dengan teknik intaclio, yakni menggunakan dan menggoreskan benda runcing pada logam tembaga atau timah.

"Saya suka koleksi buku lama, dan buku Valentine jilid III ini saya beli di Shopping Center tahun 1980-an dengan harga sekitar Rp150.000. Kalau di Balai Lelang Christie sekarang mungkin nilainya sekitar Rp300 juta. Sebenarnya buku ini ada empat jilid, jilid tiga isinya tentang 350 jenis ikan," kata Ong.

Pria yang pernah mengenyam pendidikan desain grafis di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu menilai pameran ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa, maupun masyarakat yang menekuni bidang grafis. “Profesi ini sangat menjanjikan di masa mendatang,” tandasnya.

Siti Estuningsih YOGYAKARTA
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0793 seconds (0.1#10.140)