Pedagang Tahu Menjerit

Senin, 26 Januari 2015 - 11:16 WIB
Pedagang Tahu Menjerit
Pedagang Tahu Menjerit
A A A
PARA pedagang tahu dan tempe di Kota Malang menjerit. Hal ini disebabkan harga kedelai di pasar masih tetap tinggi dengan kisaran Rp75.000-79.000 per kilogram karena kedelainya impor.

Untuk menyiasati agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen setelah penurunan harga BBM, para pedagang atau pengusaha tahu terpaksa memperkecil ukuran agar tetap bisa memutar roda usaha. Rupi’ah Mulyono, salah satu pengusaha tahu mengatakan, hanya melalui cara memperkecil ukuran tahu bisa menyesuaikan harga di pasaran.

“Kalau tidak kurangi ukuran tahunya, kami akan mengalami kesulitan. Mau jual mahal, harga BBM turun. Jual murah pun kami kesulitan sebab harga kedelai mahal,” ujar Rupiah Mulyono di lokasi usahanya di kawasan Kelurahan Cepoko Mulyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, kemarin.

Fluktuasi harga BBM yang naik turun ikut memengaruhi sebagian harga bahan pokok di pasar, seperti ketika harga BBM Rp7.600 jenis premium dan solar Rp7.250, harga kedelai berkisar Rp65.000- Rp70.000 per kilogram. Harga ini bahkan melonjak hingga menembus angka Rp80.000 per kilogram.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang, Helijanti Koentari, mengaku tidak mudah menyesuaikan harga setelah turun harga BBM. Menurut dia, yang bisa dilakukan saat ini normatif, yakni memantau pedagang atau produsen agar tidak memainkan harga di luar standar. Harga standar yang dimaksud Helijanti adalah yang tidak mencekik konsumen.

Yosef Naiobe
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0973 seconds (0.1#10.140)