Ambrol, Waduk Sonorejo Belum Diperbaiki

Jum'at, 23 Januari 2015 - 11:29 WIB
Ambrol, Waduk Sonorejo Belum Diperbaiki
Ambrol, Waduk Sonorejo Belum Diperbaiki
A A A
BOJONEGORO - Bangunan Waduk Sonorejo di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, memprihatinkan. Bangunan penampang waduk seluas 2 hektare itu rusak dan ambrol di beberapa titik.

Namun, hingga kini kondisi fisik waduk yang rusak itu tak kunjung diperbaiki. Bangunan penampang Waduk Sonorejo itu dibuat dari beton. Namun, di beberapa titik bangunan sebelah timur terlihat ambrol. Material seperti batu dan pasir terlihat berserakan dan luruh ke dasar waduk.

Menurut Karmadi, 56, pengurus Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Desa Sonorejo, bangunan penampung Waduk Sonorejo telah mengalami kerusakan sejak musim kemarau lalu. Namun, bangunan waduk yang rusak itu tak kunjung diperbaiki. “Padahal fungsi Waduk Sonorejo sangat penting untuk menampung dan menyuplai air bagi areal persawahan seluas 200 hektare,” ujarnya.

Selain bangunannya rusak, Waduk Sonorejo juga mengalami pendangkalan. Kini debit air yang bisa ditampung di Waduk Sonorejo hanya separuh dari kemampuan daya tampung semula. Seharusnya, kata Karmadi, dasar Waduk Sonorejo dikeduk saat musim kemarau agar bisa menampung cadangan air lebih banyak. “Tidak mungkin bisa mencapai swasembada pangan kalau waduk saja tidak terurus dan rusak,” ujarnya.

Kondisi Waduk Blibis di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, juga memprihatinkan. Waduk yang berada di pinggir hutan itu kini tidak terawat. Bangunan pintu air terlihat rusak dan ambrol. Begitu pula saluran air terlihat rusak dan tidak berfungsi. Waduk Blibis seluas dua hektare itu juga mengalami pendangkalan.

Selama musim hujan ini, Waduk Blibis hanya mampu menampung sedikit air. Tumbuhan dan ilalang banyak tumbuh di sekeliling waduk itu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro kini getol ingin membangun Waduk Gongseng di Desa Kedungsari dan Desa Papringan, Kecamatan Tematang. Lokasinya tak jauh dari Waduk Pacal yang dibangun pada 1933 oleh Pemerintah Belanda itu.

Sesuai rencana Waduk Gongseng dibangun dengan biaya sekitar Rp900 miliar dan difungsikan menjadi penopang penyimpanan air di Waduk Pacal yang volumenya berkurang karena pendangkalan. Data di Dinas Pengairan Bojonegoro menyebutkan, daya tampung Waduk Gonseng diproyeksikan 22 juta meter kubik.

Sementara daya tampung Waduk Pacal sekarang hanya sekitar 23 juta meter kubik. Padahal saat pertama dibangun Waduk Pacal bisa menampung air 45 juta meter kubik. Tapi daya tampungnya terus menyusut karena terjadi pendangkalan sekitar 200.000 meter kubik per tahun. Air dari Waduk Pacal selama ini sudah mengaliri sekitar 12.000 hektare areal pertanian.

Menurut Bupati Bojonegoro Suyoto, sumber anggaran untuk membangun Waduk Gongseng dari Pemerintah Bojonegoro Rp100 miliar, pemerintah pusat Rp600 miliar, dan sisanya dianggarkan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim). “Perencanaannya sudah matang,” ujarnya seusai panen raya di Desa Kedungarum, Kecamatan Kanor.

Waduk Gongseng yang disosialisasikan pada 2012 telah memasuki tahap pembangunan awal. Sementara untuk pembebasan lahannya juga hampir rampung. Terutama di beberapa desa di Kecamatan Temayang, seperti Desa Kedungsari dan Desa Papringan.

Muhammad Roqib
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3603 seconds (0.1#10.140)