Kenangan Puluhan Tahun Itu Sirna Ditelan Bumi

Rabu, 14 Januari 2015 - 11:30 WIB
Kenangan Puluhan Tahun...
Kenangan Puluhan Tahun Itu Sirna Ditelan Bumi
A A A
SURABAYA - Yuli Astutik hanya terdiam. Mimik wajahnya sedih. Bibirnya tergetar, hingga pecahlah tangisnya.

Perempuan yang karib disapa Yuli ini menangis bukan lantaran meratapi rumah dinas (rumdis) yang menjadi tempatnya lahir sekaligus hunian selama puluhan tahun itu diambil kembali oleh Makodam V/Brawijaya.

Namun, dia teringat kembali masa-masa kecil, kenangan indah bersama mendiang orang tuanya di rumdis Jalan Johar II, Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan Surabaya. Yuli, yang juga istri ketua RW-XII, sadar sepenuhnya rumdis yang ditempati sejak orang tuanya masih ada bukanlah haknya.

Terlebih, almarhum bapaknya, Mayjend TNI (Purn) Supardi Maskun pernah berpesan agar anaknya segera bergegas pindah jika Makodam V/Brawijaya memerlukan kembali rumdis tersebut. ”Saya ikhlas. Orang tua saya dulu bilang ini bukan rumah bapak. Kalau nanti diminta, suruh kasihkan,” katanya di sela-sela penyerahan kembali rumdis dari warga ke Makodam V/Brawijaya kemarin.

Perempuan berjilbab ini mengaku banyak memiliki kenangan indah. Terlebih, 12 Juli 1957, dia lahir di rumah itu, tumbuh besar dan dewasa. Bahkan, kini menjadi orang tua dari anak-anaknya. ”Kenangan banyak, gak bisa diungkapkan. Bapak saya dulu pejuang kemerdekaan, namanya Mayjend TNI (Purn) Supardi Maskun. Setelah meninggal dimakamkan di TMP Mayjend Sungkono Surabaya,” ucapnya.

Dengan masih menangis dan bersandar di bahu kerabatnya, Yuli bertutur bahwa almarhum bapaknya yang pernah menjabat Dandim Lamongan memiliki 10 anak. ”Banyak sekali kenangan,” katanya, tak kuasa lagi meneruskan kata-kata. Fathonah, warga lain di Jalan Johar II juga telah menyerahkan rumdis. ”Rumah ini dulu ditempati mertua saya, Mayor TNI (Purn) R Soeyono. Suami saya namanya Sujono,” ungkap Fathonah.

Fathonah, suami, dan dua anaknya yang beranjak dewasa sudah memiliki pandangan rumah yang akan dikontrak. Sama halnya dengan Yuli, dia rela pindah karena rumdis itu menjadi hak Makodam V/Brawijaya. Terlebih, Makodam memerlukan rumdis itu. Penyerahan rumdis kemarin digelar di ruas Jalan Johar II. Ada 22 unit rumdis yang menjadi aset Makodam.

Rumah itu ada di Jalan Johar I, Johar II, dan Johar III. Total lahan 22 unit rumdis itu, 8.400 m2. Perwakilan warga dari tiga ruas jalan itu menyerahkan ke Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Kustanto Widiatmoko. Warga Jalan Johar I diwakili Bambang yang menyerahkan empat unit, Jalan Johar II diwakili Noer Indra yang menyerahkan 12 unit, dan Jalan Johar III diwakili Heri Suroto yang menyerahkan enam unit.

Perwakilan warga, Pandit Indrawan, mengaku bahwa warga sadar akan keberadaan mereka. ”Kami warga Johar prinsipnya menyadari dan memahami kebutuhan Kodam V/Brawijaya menyangkut ketersediaan hunian bagi prajurit yang belum dapatkan tempat tinggal, belum dapat hunian,” tandas Pandit dihadapan Kasdam.

Pandit tidak menampik keberadaan riwayat karena warga Johar I, II, dan II tinggal hampir 60 tahun. ”Dulu rumah ini ditempati orang tua kami yang pejuang. Pejuang dulu disuruh tempati rumah-rumah ini yang dulu ditempati kolonial Belanda. Saya atas nama warga juga sampaikan terima kasih atas perhatian Kodam ke warga terkait relokasi, kerohiman, bantuan fisik sesuai kemampuan Kodam,” kata Pandit.

Juru bicara warga ini juga mohon maaf dalam pelaksanaan pengosongan sebelumnya sempat terjadi kesalahpahaman. Ini karena kekurangtahuan warga atas program V/Brawijaya. ”Ada persoalan psikologis menyangkut tempat yang lama ditempati dan akan ditinggalkan. Kami juga berharap mudah-mudahan program Kodam V/Brawijaya untuk membangun hunian di sini berjalan baik dan lancar, tidak ada masalah di kemudian hari,” ucap Pandit.

Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Kustanto Widiatmoko menyebut penertiban ini dilakukan serentak di Indonesia atas aset-aset TNI AD. Penertiban dilakukan lantaran selama ini peruntukan dan pemanfaatan tidak dilakukan dengan baik, salahi aturan. ”Ada kebutuhan mendesak akan perumahan dinas bagi prajurit aktif. Se Jatim ada 33.000 orang prajurit. Sementara rumdis yang tersedia baru 15.000 sekian, ada 17.000 sekian prajurit tidak memiliki rumah,” paparnya.

Banyak prajurit kontrak rumah jauh dari Surabaya dengan alasan murah. Di sisi lain, mereka dituntut tugas kapan saja, dan cepat sampai kantor. Jauhnya tempat tinggal bisa membuat prajurit terburu- buru ke kantor dan bisa terlambat. Belum lagi tugas bisa tidak maksimal.

”Penyerahan ini melalui proses panjang yang kita jalani akhirnya selesai dengan baik, penuh kekeluargaan. Kami ingin jaga silaturahmi dengan Bapak-Ibu sampai kapan pun. Orang tua Bapak-Ibu sekalian dulunya pejuang, pendahulu kami,” kata Kasdam. Kasdam mengakui ada satu penghuni yang sempat menolak menyerahkan.

Setelah disomasi akhirnya mau. ”Ini akan segera kita tata untuk ditempati prajurit aktif. Konsep hunian seperti rusunawa. Bisa dibangun dua tower dan sarana pendukungnya,” papar Kustanto.

Soeprayitno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1219 seconds (0.1#10.140)