Membeludak, Pasien RSUD Soewondo Dirawat di Selasar
A
A
A
PATI - Pasien RSUD Soewondo Pati terpaksa harus dirawat di selasar karena kamar rawat inap terbatas sehingga tak mampu menampung seluruh pasien.
Sejumlah pasien tampak berbaring dengan tangan diinfus di sejumlah selasar dengan ditemani sejumlah anggota keluarganya. Selain di selasar, ada juga pasien yang dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ada juga yang dirawat seadanya di lorong lain yang biasanya digunakan untuk ruang tunggu keluarga pasien.
Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan RSUD Soewondo, Tuty Ingniaty mengatakan kapasitas kamar inap rumah sakit tidak mampu menampung seluruh pasien. Terpaksa para pasien harus antre dan bergantian agar bisa dirawat di kamar inap. “Pasien membeludak dan kamar kita tak cukup. Kondisinya memang seperti itu,” ucapnya kemarin.
Jumlah kamar rawat inap di RSUD Soewondo Pati sebanyak 325 ruangan. Ratusan kamar inap itu terbagi menjadi empat kelas. Rinciannya, kelas VIP sebanyak 65 kamar, kelas I (46), kelas II (30) , dan kelas III (170). Menurut Tuty, pasien yang berobat di RSUD Soewondo memang mengalami peningkatan secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Tiap hari rata-rata ada sekitar 70-90 orang pasien yang masuk dan dirawat inap. Penyakit pasien rawat inap itu beragam. Ada pasien virus infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan paling banyak gejala demam berdarah.
“Sejak September sudah terjadi peningkatan. Trennya terus seperti itu hingga awal Januari ini. Mayoritas memang DBD (demam berdarah dengue) mungkin karena kondisi cuacanya memang mendukung tumbuh kembangnya nyamuk Aedes aegypti,” ucapnya.
Meski demikian, Tuty menjamin jika pelayanan kesehatan yang diberikan sama dengan pasien yang dirawat di kamar. Tenaga medis RSUD Soewondo juga selalu memantau kondisi dan perkembangan pasien yang dirawat di selasar tersebut. Pihak rumah sakit juga selalu berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya.
Jika memang ada kamar rawat inap yang kosong, pasien maupun keluarganya langsung diberi tahu. Tujuannya, agar pasien tersebut bisa dirawat dengan lebih maksimal di kamar inap. “Jadi, di selasar itu sifatnya sementara. Kalau ada pasien lain yang sembuh, kamarnya langsung kita ganti dengan pasien baru. Begitu seterusnya,” tandasnya.
Salah seorang keluarga pasien RSUD Soewondo, Joko, berharap rumah sakit milik pemerintah ini bisa menambah jumlah kamar rawat inap. Saat pasien membeludak, mereka masih tetap bisa dirawat secara maksimal. Selain itu, pihak keluarga bisa lebih nyaman saat menunggui pasien tersebut.
“Penyakit itu tidak bisa diprediksi sebelumnya. Jadi, pasien bisa membeludak kapan saja. Ini mestinya harus diantisipasi jangan sampai pelayanan kesehatan tidak maksimal hanya karena persoalan kamar,” katadia.
Muhammad Oliez
Sejumlah pasien tampak berbaring dengan tangan diinfus di sejumlah selasar dengan ditemani sejumlah anggota keluarganya. Selain di selasar, ada juga pasien yang dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ada juga yang dirawat seadanya di lorong lain yang biasanya digunakan untuk ruang tunggu keluarga pasien.
Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan RSUD Soewondo, Tuty Ingniaty mengatakan kapasitas kamar inap rumah sakit tidak mampu menampung seluruh pasien. Terpaksa para pasien harus antre dan bergantian agar bisa dirawat di kamar inap. “Pasien membeludak dan kamar kita tak cukup. Kondisinya memang seperti itu,” ucapnya kemarin.
Jumlah kamar rawat inap di RSUD Soewondo Pati sebanyak 325 ruangan. Ratusan kamar inap itu terbagi menjadi empat kelas. Rinciannya, kelas VIP sebanyak 65 kamar, kelas I (46), kelas II (30) , dan kelas III (170). Menurut Tuty, pasien yang berobat di RSUD Soewondo memang mengalami peningkatan secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Tiap hari rata-rata ada sekitar 70-90 orang pasien yang masuk dan dirawat inap. Penyakit pasien rawat inap itu beragam. Ada pasien virus infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan paling banyak gejala demam berdarah.
“Sejak September sudah terjadi peningkatan. Trennya terus seperti itu hingga awal Januari ini. Mayoritas memang DBD (demam berdarah dengue) mungkin karena kondisi cuacanya memang mendukung tumbuh kembangnya nyamuk Aedes aegypti,” ucapnya.
Meski demikian, Tuty menjamin jika pelayanan kesehatan yang diberikan sama dengan pasien yang dirawat di kamar. Tenaga medis RSUD Soewondo juga selalu memantau kondisi dan perkembangan pasien yang dirawat di selasar tersebut. Pihak rumah sakit juga selalu berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya.
Jika memang ada kamar rawat inap yang kosong, pasien maupun keluarganya langsung diberi tahu. Tujuannya, agar pasien tersebut bisa dirawat dengan lebih maksimal di kamar inap. “Jadi, di selasar itu sifatnya sementara. Kalau ada pasien lain yang sembuh, kamarnya langsung kita ganti dengan pasien baru. Begitu seterusnya,” tandasnya.
Salah seorang keluarga pasien RSUD Soewondo, Joko, berharap rumah sakit milik pemerintah ini bisa menambah jumlah kamar rawat inap. Saat pasien membeludak, mereka masih tetap bisa dirawat secara maksimal. Selain itu, pihak keluarga bisa lebih nyaman saat menunggui pasien tersebut.
“Penyakit itu tidak bisa diprediksi sebelumnya. Jadi, pasien bisa membeludak kapan saja. Ini mestinya harus diantisipasi jangan sampai pelayanan kesehatan tidak maksimal hanya karena persoalan kamar,” katadia.
Muhammad Oliez
(ftr)