Shelter BRT Kurang Strategis Dipindah
A
A
A
SEMARANG - Beberapa shelter Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang dipindah dari lokasi semula. Kurang strategisnya lokasi awal dan beberapa permasalahan lain menjadi penyebabnya pemindahan tersebut.
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, shelter yang dipindah terletak di beberapa lokasi, seperti daerah Karangayu, Pandanaran, dan Pedurungan. Di Pandanaran shelter yang dipindahkan berada di depan Gedung Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang. Sementara di Karangayu satu shelter dibongkar kemudian dipindah lebih dekat dengan Pasar Karangayu.
“Memang benar ada beberapa shelter yang kami pindahkan. Pertimbangannya karena lokasi kurang strategis atau ada kendala lainnya yang memaksa shelter harus dipindah,” kata Kepala Badan Layanan Umum (BLU) BRT Trans Semarang Bambang Kuntarso saat dikonfirmasi kemarin.
Untuk shelter Pandanaran, tepatnya di depan Gedung DKK, pemindahan dilakukan karena di lokasi itu sering dijadikan kantong parkir. Hal itu membuat aktivitas menaik turunkan penumpang tidak dapat dilakukan. “Selain itu, lokasinya juga mojok sehingga armada tidak dapat berhenti baik. Meskipun itu tidak digunakan parkir, bus juga sulit berhenti di situ karena shelter -nya terlalu menikung,” ujar Kuntarso.
Pemindahan itu juga dilakukan demi kenyamanan pengguna BRT. Dengan pemindahan itu berbagai masalah diharapkan dapat diatasi. “Selain itu, pemindahan juga dilakukan karena beberapa shelter lokasinya jauh dari lokasi-lokasi keramaian, seperti pasar, perkantoran, dan sebagainya. Seperti di Karangayu itu, kami pindah mendekati Pasar Karangayu dari lokasi semula yang cukup jauh,” ucapnya.
Pemindahan lokasi shelter Pandanaran disambut baik oleh para penumpang. Mereka yang seharihari menggunakan BRT di lokasi itu mengaku pemindahan shelter di depan Gedung DKK tersebut itu memang harus dilakukan.
“Soalnya di sini bus tidak dapat berhenti karena aktivitas parkir. Jadi, kalau mau naik atau turun harus lewat pintu depan. Buat apa dibangun shelter kalau tidak digunakan. Jadi, pemindahan ini sudah tepat dan seharusnya sudah sejak dulu,” ujar Dina Sulistyani, 25, salah satu karyawan swasta di daerah Pandanaran.
Andika prabowo
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, shelter yang dipindah terletak di beberapa lokasi, seperti daerah Karangayu, Pandanaran, dan Pedurungan. Di Pandanaran shelter yang dipindahkan berada di depan Gedung Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang. Sementara di Karangayu satu shelter dibongkar kemudian dipindah lebih dekat dengan Pasar Karangayu.
“Memang benar ada beberapa shelter yang kami pindahkan. Pertimbangannya karena lokasi kurang strategis atau ada kendala lainnya yang memaksa shelter harus dipindah,” kata Kepala Badan Layanan Umum (BLU) BRT Trans Semarang Bambang Kuntarso saat dikonfirmasi kemarin.
Untuk shelter Pandanaran, tepatnya di depan Gedung DKK, pemindahan dilakukan karena di lokasi itu sering dijadikan kantong parkir. Hal itu membuat aktivitas menaik turunkan penumpang tidak dapat dilakukan. “Selain itu, lokasinya juga mojok sehingga armada tidak dapat berhenti baik. Meskipun itu tidak digunakan parkir, bus juga sulit berhenti di situ karena shelter -nya terlalu menikung,” ujar Kuntarso.
Pemindahan itu juga dilakukan demi kenyamanan pengguna BRT. Dengan pemindahan itu berbagai masalah diharapkan dapat diatasi. “Selain itu, pemindahan juga dilakukan karena beberapa shelter lokasinya jauh dari lokasi-lokasi keramaian, seperti pasar, perkantoran, dan sebagainya. Seperti di Karangayu itu, kami pindah mendekati Pasar Karangayu dari lokasi semula yang cukup jauh,” ucapnya.
Pemindahan lokasi shelter Pandanaran disambut baik oleh para penumpang. Mereka yang seharihari menggunakan BRT di lokasi itu mengaku pemindahan shelter di depan Gedung DKK tersebut itu memang harus dilakukan.
“Soalnya di sini bus tidak dapat berhenti karena aktivitas parkir. Jadi, kalau mau naik atau turun harus lewat pintu depan. Buat apa dibangun shelter kalau tidak digunakan. Jadi, pemindahan ini sudah tepat dan seharusnya sudah sejak dulu,” ujar Dina Sulistyani, 25, salah satu karyawan swasta di daerah Pandanaran.
Andika prabowo
(ars)