Jembatan Penyeberangan Terbengkalai
A
A
A
PALEMBANG - Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang berada di kawasan Jalan Jenderal Sudirman Palembang, tampak terbengkalai dan makin di tinggalkan masyarakat pengguna, karena kondisinya yang kotor dan berbau.
Winda, salah satu pegawai toko buku di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, mengatakan, dirinya sering menggunakan jembatan itu sebagai sarana untuk menyeberang jalan. Namun lambat laun, jembatan yang terletak tidak jauh dari Masjid Agung Palembang tersebut kondisinya kini kian tidak terawat.
Dari pantauan KORAN SINDO PALEMBANG, jembatan penyeberangan tersebut tampak dipenuhi sampah yang berserakan. “Iya, jembatannya makin usang, dan bau. Padahal, masih ada juga yang me manfaatkannya untuk menyeberang,” katanya kemarin. Ditambahkannya, selain banyak sampah jembatan penyeberangan ini juga kerap dimanfaatkan anak-anak jalanan, dan pengemis untuk berkumpul, meski jumlahnya belakangan kian berkurang.
Akan tetapi, tetap seringkali menyisakan tumpukan sampah dan kotoran di atas jembatan. Selain itu, warga Lorok Pakjo ini mengatakan, jika malam hari di jembatan penyeberangan ini juga sering tidak aman. Pengalamannya, beberapa pegawai perempuan yang biasa memanfaatkan jembatan penyeberangan ini kerap menjadi korban aksi kriminalitas, berupa penodongan ketika melintas di atas jembatan tersebut. “Ada banyak yang pernah kena todong juga,” cetusnya.
Rekan Winda, Ami menambahkan, selain jembatan penyeberangan yang terletak tidak jauh dari Masjid Agung Palembang tersebut, satu lagi jembatan penyeberangan yang terletak tidak jauh yang biasa disebut masyarakat Palembang sebagai, Jembatan Pusri juga bernasib sama. Jembatan Pusri yang memiliki badan bangunan berwarna hijau itu juga menurutnya, tampak terbengkalai serta di penuhi sampah dan kotoran.
“Walau masih sedikit yang memanfaatkan jembatan itu sekarang, tapi kondisinya tetap saja kotor sehingga terkadang malas juga memanfaatkan jembatan itu,” katanya. Menurutnya, jembatan penyeberangan yang memiliki fungsi pokok sebagai alternatif warga untuk menyeberang jalan tersebut, semestinya dibuat lebih nyaman.
Setidaknya, pihak berwenang dapat menempatkan aparat kepolisian disana, untuk memberikan rasa aman bagi warga. Karena, sebagai sarana publik keberadaan jembatan penyeberangan pada dasarnya sangat penting.
Menanggapi hal ini pengamat sosial UIN Raden Fatah Palembang Abdullah Idi mengatakan, berbagai sarana publik yang dibangun pemerintah tidak akan berfungsi maksimal, jika tidak terpenuhi syarat-syarat formal sebagai sarana publik. Misalnya, sarana publik yang mudah diakses, saranan pu blik yang nyaman, atau sarana publik yang dapat di nikmati oleh seluruh kalangan umur.
“Sudah jadi kebiasaan lama, jika warga tidak memilih jembatan penyeberangan. Jika makin tidak dibenahi, warga juga akan semakin enggan. Hingga fungsi bangunan jembatannnya tidak maksimal. Seharusnya memang dibenahi,” ungkapnya.
Tasmalinda
Winda, salah satu pegawai toko buku di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, mengatakan, dirinya sering menggunakan jembatan itu sebagai sarana untuk menyeberang jalan. Namun lambat laun, jembatan yang terletak tidak jauh dari Masjid Agung Palembang tersebut kondisinya kini kian tidak terawat.
Dari pantauan KORAN SINDO PALEMBANG, jembatan penyeberangan tersebut tampak dipenuhi sampah yang berserakan. “Iya, jembatannya makin usang, dan bau. Padahal, masih ada juga yang me manfaatkannya untuk menyeberang,” katanya kemarin. Ditambahkannya, selain banyak sampah jembatan penyeberangan ini juga kerap dimanfaatkan anak-anak jalanan, dan pengemis untuk berkumpul, meski jumlahnya belakangan kian berkurang.
Akan tetapi, tetap seringkali menyisakan tumpukan sampah dan kotoran di atas jembatan. Selain itu, warga Lorok Pakjo ini mengatakan, jika malam hari di jembatan penyeberangan ini juga sering tidak aman. Pengalamannya, beberapa pegawai perempuan yang biasa memanfaatkan jembatan penyeberangan ini kerap menjadi korban aksi kriminalitas, berupa penodongan ketika melintas di atas jembatan tersebut. “Ada banyak yang pernah kena todong juga,” cetusnya.
Rekan Winda, Ami menambahkan, selain jembatan penyeberangan yang terletak tidak jauh dari Masjid Agung Palembang tersebut, satu lagi jembatan penyeberangan yang terletak tidak jauh yang biasa disebut masyarakat Palembang sebagai, Jembatan Pusri juga bernasib sama. Jembatan Pusri yang memiliki badan bangunan berwarna hijau itu juga menurutnya, tampak terbengkalai serta di penuhi sampah dan kotoran.
“Walau masih sedikit yang memanfaatkan jembatan itu sekarang, tapi kondisinya tetap saja kotor sehingga terkadang malas juga memanfaatkan jembatan itu,” katanya. Menurutnya, jembatan penyeberangan yang memiliki fungsi pokok sebagai alternatif warga untuk menyeberang jalan tersebut, semestinya dibuat lebih nyaman.
Setidaknya, pihak berwenang dapat menempatkan aparat kepolisian disana, untuk memberikan rasa aman bagi warga. Karena, sebagai sarana publik keberadaan jembatan penyeberangan pada dasarnya sangat penting.
Menanggapi hal ini pengamat sosial UIN Raden Fatah Palembang Abdullah Idi mengatakan, berbagai sarana publik yang dibangun pemerintah tidak akan berfungsi maksimal, jika tidak terpenuhi syarat-syarat formal sebagai sarana publik. Misalnya, sarana publik yang mudah diakses, saranan pu blik yang nyaman, atau sarana publik yang dapat di nikmati oleh seluruh kalangan umur.
“Sudah jadi kebiasaan lama, jika warga tidak memilih jembatan penyeberangan. Jika makin tidak dibenahi, warga juga akan semakin enggan. Hingga fungsi bangunan jembatannnya tidak maksimal. Seharusnya memang dibenahi,” ungkapnya.
Tasmalinda
(ftr)