SMA Kemala Bhayangkari 2 Tahan Ijazah

Selasa, 30 Desember 2014 - 11:39 WIB
SMA Kemala Bhayangkari...
SMA Kemala Bhayangkari 2 Tahan Ijazah
A A A
SURABAYA - Program sekolah gratis di Surabaya belum menyentuh semua sekolah, terutama swasta. Keberadaan sejumlah mantan siswa di SMA Kemala Bhayangkari 2 Surabaya yang belum menerima ijazah menjadi buktinya.

Meski sudah lulus beberapa tahun lalu, hingga kini mereka belum menerima surat tanda tamat belajar (STTB). Pemicunya, mereka belum melunasi keuangan di sekolah. Dampaknya, banyak di antara mereka yang kesemuanya dari keluarga tidak mampu kesulitan melamar kerja. Bahkan, mereka yang berniat kuliah atas hasil kerja serabutan terpaksa batal karena perguruan tinggi (PT) mengharuskan keberadaan ijazah asli.

Kasus penahanan ijazah ini terkuak saat sejumlah lulusan, orang tua, dan keluarganya mendatangi sekolah yang berada di areal Mako serta asrama Brimob Jalan Gresik, Surabaya, kemarin. Sayang, upaya mereka mendapatkan ijazah sia-sia lantaran sekolah masih libur. Meski demikian, mereka sempat mendatangi salah satu guru. Namun, jawaban mengecewakan mereka dapatkan.

”Saya lulus tahun 2013 sampai sekarang belum terima ijazah karena punya tanggungan pembayaran di sekolah Rp1,3 juta,” tutur Muhammad Santoso di depan pagar sekolah kemarin. Warga Jalan Krembangan Masigit I ini bingung harus mencari uang ke mana. Bapaknya, Markasam, sudah meninggal, sedangkan Ibunya, Katemi, hanya di rumah dan bekerja serabutan.

Kakak sulungnya, Kulsum, sudah menikah dan hanya ibu rumah tangga. Ijazah bagi Santoso sangat perlu untuk mencari pekerjaan agar bisa menghidupi ibunya yang janda. ”Saat cap tiga jari, saya diberi tahu Bu Tri, guru BK (bimbingan dan konseling) atau wakasek bidang kesiswaan, agar saya melunasi pembayaran Rp1,3 juta,” tuturnya.

Kegundahan tidak kunjung dikeluarkannya ijazah oleh SMA Kemala Bhayangkari 2 juga dirasakan Munawaroh, pemulung yang tinggal di Jalan Dupak Jaya Gang Buntu. Dengan mengayuh sepeda mini butut, perempuan berusia 53 tahun ini mendatangi bekas sekolah anaknya, Yesi Surya Handia Perdana.

”Anak saya sudah lulus tahun 2011, sampai sekarang ijazah ditahan karena administrasi. Saya tidak tahu berapa yang harus dibayar, tapi anak saya butuh ijazah buat kuliah. Anak saya kerja di optik Jalan Dupak,” katanya. Munawaroh menyebutkan, selama menyekolahkan anaknya, dia selalu membayar dengan mengangsur, jadi tidak gratis seperti yang disampaikan pemerintah.

Munawaroh ingin anaknya bisa kuliah agar tidak bernasib sama seperti dirinya, menjadi pemulung. ”Dulu anak saya masuk ke SMA Kemala Bhayangkari atas seizin Pak Sukri, kepala sekolah,” katanya. Ivan Yordan, warga Jalan Jepara, juga mendatangi SMA Kemala Bhayangkari 2 kemarin. Dia ingin menanyakan keberadaanijazahadiknya, RiskiAmin yang lulus sejak 2010.

”Ijazah ditahan. Disuruh nyicil dapat Rp500.000. Versi sekolah, cicilan kurang Rp900.000, padahal menurut catatan saya dan kuitansi hanya kurang Rp400.000. Karena tidak ada titik temu soal kekurangan pembayaran, akhirnyaijazahditahan,” ucapYordan. Yordan prihatin adiknya kini hanya bekerja menjadi sopir di tetangganya.

Ketua Lembaga Komunitas Muda Bibit Unggul Surabaya Ahmad Hidayat prihatin atas penahanan ijazah oleh sekolah. Bibit Unggul sebagai organisasi anak berprestasi dari keluarga miskin yang menerima beasiswa Pemkot Surabaya terus mengawal kasus ini. ”Kemungkinan ada siswa lainnya yang ijazahnya ditahan,” kata Ahmad yang mendampingi eks siswa dan keluarganya.

Dia menilai Perda 16/2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan belum berlaku sepenuhnya di Surabaya. ”Perda menyebut partisipasi masyarakat tidak boleh dipaksa. Bukankah sekolah menerima bantuan BOS dari pusat dan Bopda daerah,” katanya.

Keberadaan BOS dan Bopda diharapkan bisa membebaskan warga miskin dari biaya pendidikan. ”Usulan kami, sekolah penerima BOS dan Bopda yang tetap memungut dana ke siswa agar diaudit. Kalau terbukti melanggar, cabut izin operasional sekolah,” tandas Ahmad.

Sementara itu, Ahmad dan eks siswa dan keluarganya kemarin sempat mendatangi salah seorang guru BK sekaligus Wakasek Bidang Kesiswaan SMA Kemala Bhayangkari 2, yang rumahnya berada di kompleks asrama. Begitu ketemu, guru yang biasa dipanggil Tri itu marah-marah.

Soeprayitno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1249 seconds (0.1#10.140)