Disabilitas Perlu Perhatian Bersama
A
A
A
BANDUNG - Potensi yang dimiliki penyandang disabilitas bisa dikembangkan melalui berbagai cara, salah satunya melalui rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM).
Pendekatan yang digunakan dalam program ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah yang dialami penyandang disabilitas bukan hanya akibat kelemahan yang ada dalam dirinya, namun juga hasil dari sikap dan keyakinan yang dianut komunitas di sekitarnya.
Project Manager Save The Children Wiwied Trisnadi menjelaskan, program RBM dijalankan dengan dua fokus yaitu rehabilitasi yang ditujukan langsung kepada penyandang disabilitas dan pembinaan untuk memberi pengertian yang lebih baik dan lebih positif kepada keluarga, komunitas, dan pemerintah terkait penangan an disabilitas.
“Kedua hal ini penting bukan hanya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang lebih baik bagi penyandang disabilitas, namun juga mengurangi hambatan yang terjadi akibat disabilitas,” ungkapnya dalam acara RBM di Kantor Kelurahan Sukaluyu, Kota Bandung, baru-baru ini.
Menurutnya, sangat penting untuk memastikan bahwa rehabilitasi ini dilakukan secara menyeluruh untuk penyandang disabilitas dalam lingkup keluarga maupun komunitas. Dalam lingkup keluarga, hal ini sangat penting untuk membangun dukungan bersama, berbagi informasi, dan kapasitas antarkeluarga.
RBM memberdayakan setiap keluarga dengan memberikan beberapa pelatihan dan pendampingan mengenai pengasuhan yang baik, terapi primer, dan aktivitas sehari-hari yang dapat membantu penyandang disabilitas. Tidak hanya itu, RBM juga didukung dengan kegiatan terapi rehabilitasi primer.
Menurut Wiwied, terapi ini penting dilakukan karena terapi primer adalah terapi dasar yang dilakukan bukan oleh profesional melainkan oleh kader dan keluarga yang didukung Pusat Kesehatan Masyarakat (Pus kesmas) setempat. “RBM memfasilitasi rumah dan atau layanan rehabilitasi berbasis masyarakat untuk memberikan pendampingan kepada penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan sehingga mereka dapat mempertahankan dan memaksimalkan peranannya dalam keluarga dan masyarakat sekitar,” paparnya.
Program ini pun didukung dengan kegiatan pembentukan sistem rujukan, dimana ketika layanan rehabilitasi didirikan di tengah keluarga dan masyarakat, komunitas membutuhkan koneksi rujukan yang dapat memberikan layanan khusus rehabilitasi di tingkat kecamatan. “Kebutuhan penyandang disabilitas terus berubah dari waktu ke waktu dan mereka mungkin akan membutuhkan bantuan rehabilitasi dari tenaga profesional,” ujarnya.
Program ini pun menghimpun kepedulian masyarakat, salah satunya melalui kampanye. Aktivitas ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan sensitivitas masyarakat terhadap isu disabilitas. Selain itu, kegiatan juga dilakukan untuk mendorong sikap positif di antara masyarakat terhadap masyarakat lainnya yang memiliki masalah disabilitas.
Anne Rufaidah
Pendekatan yang digunakan dalam program ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah yang dialami penyandang disabilitas bukan hanya akibat kelemahan yang ada dalam dirinya, namun juga hasil dari sikap dan keyakinan yang dianut komunitas di sekitarnya.
Project Manager Save The Children Wiwied Trisnadi menjelaskan, program RBM dijalankan dengan dua fokus yaitu rehabilitasi yang ditujukan langsung kepada penyandang disabilitas dan pembinaan untuk memberi pengertian yang lebih baik dan lebih positif kepada keluarga, komunitas, dan pemerintah terkait penangan an disabilitas.
“Kedua hal ini penting bukan hanya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang lebih baik bagi penyandang disabilitas, namun juga mengurangi hambatan yang terjadi akibat disabilitas,” ungkapnya dalam acara RBM di Kantor Kelurahan Sukaluyu, Kota Bandung, baru-baru ini.
Menurutnya, sangat penting untuk memastikan bahwa rehabilitasi ini dilakukan secara menyeluruh untuk penyandang disabilitas dalam lingkup keluarga maupun komunitas. Dalam lingkup keluarga, hal ini sangat penting untuk membangun dukungan bersama, berbagi informasi, dan kapasitas antarkeluarga.
RBM memberdayakan setiap keluarga dengan memberikan beberapa pelatihan dan pendampingan mengenai pengasuhan yang baik, terapi primer, dan aktivitas sehari-hari yang dapat membantu penyandang disabilitas. Tidak hanya itu, RBM juga didukung dengan kegiatan terapi rehabilitasi primer.
Menurut Wiwied, terapi ini penting dilakukan karena terapi primer adalah terapi dasar yang dilakukan bukan oleh profesional melainkan oleh kader dan keluarga yang didukung Pusat Kesehatan Masyarakat (Pus kesmas) setempat. “RBM memfasilitasi rumah dan atau layanan rehabilitasi berbasis masyarakat untuk memberikan pendampingan kepada penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan sehingga mereka dapat mempertahankan dan memaksimalkan peranannya dalam keluarga dan masyarakat sekitar,” paparnya.
Program ini pun didukung dengan kegiatan pembentukan sistem rujukan, dimana ketika layanan rehabilitasi didirikan di tengah keluarga dan masyarakat, komunitas membutuhkan koneksi rujukan yang dapat memberikan layanan khusus rehabilitasi di tingkat kecamatan. “Kebutuhan penyandang disabilitas terus berubah dari waktu ke waktu dan mereka mungkin akan membutuhkan bantuan rehabilitasi dari tenaga profesional,” ujarnya.
Program ini pun menghimpun kepedulian masyarakat, salah satunya melalui kampanye. Aktivitas ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan sensitivitas masyarakat terhadap isu disabilitas. Selain itu, kegiatan juga dilakukan untuk mendorong sikap positif di antara masyarakat terhadap masyarakat lainnya yang memiliki masalah disabilitas.
Anne Rufaidah
(ftr)