Jembatan Wijaya Putra Dibongkar

Sabtu, 27 Desember 2014 - 13:11 WIB
Jembatan Wijaya Putra Dibongkar
Jembatan Wijaya Putra Dibongkar
A A A
SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akhirnya membongkar jembatan di depan Universitas, SMK, SMA, SMP Wijaya Putra, Benowo.

Pembongkaran dilakukan karena jembatan itu menjadi penyebab macetnya air dari sungai. Akibatnya, Jalan Raya Benowo dan area kampus tergenang banjir hingga 50 cm. Pembongkaran ini dilakukan setelah pemkot meminta izin kepada pihak kampus agar jembatan itu dibongkar.

Untuk mempercepat pembongkaran, pemkot mengerahkan satu unit alat berat. Diketahui, banjir yang menggenangi kawasan Surabaya barat di daerah Benowo, Kamis (25/12) malam, mengakibatkan fondasi jembatan sepanjang enam meter itu ambrol. Jembatan yang ambrol itu terdapat tiga lapis yang sebelumnya pernah ambrol dan ditutup kembali.

“Tadi malam (kemarin malam) saya sudah bertemu Bu Risma (Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini). Beliau mengatakan akan membongkar jembatan, dan kami persilakan,” ungkap Rektor Universitas Wijaya Putra, Budi Endarto, kemarin. Jembatan ini miring setelah penyangga dan fondasinya ambles tergerus air.

Hal ini diperparah banyaknya sampah yang tersangkut di kaki jembatan. Akhirnya kaki-kaki jembatan tidak mampu menahan volume sampah dan derasnya arus air. Miringnya cor jembatan ini akhirnya menutup saluran air sehingga air di saluran menjadi terhambat.

Kondisi tersebut berdampak pada melubernya air dari saluran ke jalan raya dan rumah penduduk. “Jadi, penyebab banjir di Benowo ini bukan karena tanggul jebol, tapi karena jembatan ambrol,” kata Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser.

Pemkot menargetkan, pembongkaran akan selesai secepatnya, dilanjutkan dengan pemasangan box culvert agar air kembali lancar. “Dengan pemasangan box culvert ini kami berharap saluran air bisa kembali lancar dan banjir bisa diminimalisasi,” ucapnya.

Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Vinsensius, mengaku, sebelumnya sudah memprediksi Surabaya Barat, khususnya kawasan Benowo, terjadi banjir. Bukan hanya karena jembatan ambrol, tapi juga drainasenya buruk. Ini diperparah kurangnya alat berat untuk melakukan pengerukan. Bahkan, dari temuan di lapangan, banyak saluran air yang sudah berubah fungsi. Misalnya diuruk untuk menjadi pemukiman.

“Kemudian banjir ini juga karena banyaknya pemukiman baru. Di Surabaya Barat banyak pemukiman baru dan lokasinya di dataran lebih tinggi. Akibatnya, air akan mengalir ke dataran yang lebih rendah, dimana ini merupakan kawasan pemukiman warga lama,” kata Awey, panggilan Vinsensius.

Lukman Hakim
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6521 seconds (0.1#10.140)