Banjir Berkurang atau Bertambah?

Sabtu, 27 Desember 2014 - 12:22 WIB
Banjir Berkurang atau Bertambah?
Banjir Berkurang atau Bertambah?
A A A
PALEMBANG - Menjelang akhir tahun 2014 banjir masih terjadi di sejumlah kawasan Kota Palembang. Kemarin, setelah diguyur hujan selama lebih dari tujuh jam, banyak kawasan di Palembang menjadi korban banjir.

Pantauan KORAN SINDO PALEMBANG, beberapa jalan protokol, perumahan, dan pasar sedari pagi sudah terendam banjir. Nampak, masyarakat, pe dagang bahkan, pegawai di sejumlah rumah toko (ruko) seperti di kawasan KM12 Palembang bersibuk berbenah akibat dilanda banjir. Banjir di jalan protokol terjadi diantaranya di kawasan Jalan Kolonel H Barlian atau Simpang KM9, tepat depan Pulbus Damri.

Di kawasan itu, saluran air sangat sempit hingga air tidak mengalir dan terus mengenang. Banjir lainnya tepat terjadi di simpang empat lampu merah Soekarno-Hatta. Genangan air di jalan dengan kedalaman le bih dari mata kaki orang dewasa itupun, mengakibatkan kema cetan lalu lintas. Yudi,35 warga Km 10 mengatakan, banjir yang terjadi di Kecamatan Sukarami dan Kecamatan Alang-Alang Lebar (AAL) sudah menjadi masalah lama.

Beberapa lokasi yang kebanjiran juga kawasan yang memang sering terjadi banjir. Sehingga, bisa diartinkanjika upaya penanganan banjir, masih lambat. Misalnya kawasan simpang kades dan juga depan SPBU milik Romi Herton. “Lokasi banjirnya hampir sama, ada yang makin meluas, ada yang banjirnya makin dalam sehingga tetap banjir. KM 12 dan sekitarnya memang langganan banjir,”ungkapnya.

Selain itu, Yudi mengatakan, banjir yang terjadi di Kota Palembang juga belum ditangani dengan cepat. Misalnya, saat terjadi banjir, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga atau PSDA Kota Palembang dapat me nurunkan alat untuk mengalirkan air ke lokasi-lokasi lainnya. Jika ban jirnya terjadi di jalan protokol seharusnya polisi membantu mengatur arus lalu lintas.

“Sementara yang selama ini ada, jika banjir sangat sedikit petugas kecamatan, kelurahan atau dinas lainnya untuk menanggulangi, termasuk menggerakkan TNI dan Polisi. Seolah, belum pernah,”tegasnya. Memang kata dia, selama ini pihak Pemkot Palembang menilai itu bukan banjir melainkan genangan air, namun, apapun namanya, jika sudah menghalangi aktivitas dan kenyamanan warga, pemerintah harus menunjukan kepedulian dan pelayanannya.

“Kita lihat saja, tahun 2015 nanti apakah banjirnya bertambah atau malah ber kurang. Kalau bisa berkurang,” pungkasnya. Masih di hari yang sama, banjir yang cukup lama juga terjadi di kawasan Pasar AAL. Di pasar itu, banjir mengakibatkan pedagang harus menggelar dagangannya ke lokasi depan.

Sementara, beberapa pedagang lainnya malah memilih menutup dagangannya. Kondisi banjir, diakui salah satu pedagang cukup merugikan.“Tadi los saya banjir, sehingga tidak bi sa jualan dan akhirnya tutup. Termasuk rugi juga, karena tidak berjualan,”ungkap Asriatun,39, salah satu pedagang.

Ia mengatakan, banjir yang terjadi di pasar AAL merupakan banjir terbesar ke dua setelah tahun 2010. Saat itu, banjir melan da pasar AAL hingga melebihi paha orang dewasa. Pengurus Pasar AAL, Amran menambahkan, banjir yang ter jad i di Pasar AAL memang cu kup mengkhawatirkan.

Beberapa pedagang akhirnya memilih ber jualan di kawasan parkir ka rena sudah terlanjur membeli bahan da gangan di Pasar Induk Jakabaring. Sementara beberapa pedagang lainnya, memilih untuk tidak berjualan. Ia mengakui, saat terjadi banjir, aktivitas perdagangan memang lebih sepi dari hari biasanya.

“Penyebab ban jirnya karena lokasi pasar yang lebih rendah terletak di perbatasan wilayah ditambah terdapat anak sungai yang mandek, hingga air meluap di pasar,”katanya.

Tasmalinda
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5205 seconds (0.1#10.140)