Wisatawan Serbu Lembang
A
A
A
BANDUNG BARAT - Libur sekolah dan Natal di manfaatkan masyarakat dengan mengunjungi berbagai objek wisata alam di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Ribuan kendaraan yang menjejali membuat sejumlah jalan di Lembang macet. Berdasarkan pantauan, antrean kendaraan sudah terlihat sejak pukul 09.00 WIB dari arah Jalan Setiabudi menuju Lembang. Selain didominasi kendaraan pribadi, juga banyak bus pariwisata asal luar kota maupun provinsi.
Menjelang siang arus kendaraan yang naik ke wilayah Lembang kian padat, terlihat tumpukan kendaraan di simpang Panorama Lembang kendaraan berjalan merayap. Arus kendaraan padat juga terjadi di jalur alternatif seperti Jalan Kolonel Masturi. Antrean panjang kendaraan terjadi sejak kawasan wisata Alam Sejuk hingga pertigaan kawasan Beatrix.
Salah satu objek wisata yang diserbu masyarakat adalah Tangkuban Parahu yang sejak, Rabu (24/12), jumlah kunjungannya mengalami peningkatan. Bahkan peningkatan pengun jung secara siginifikan sudah terlihat sejak bulan November lalu. “Untuk wisatawan domestik meningkat sekitar 35 persen dan wisatawan mancanegara mencapai 25 persen,” ucap pengelola objek wisata Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban.
Dia menyebutkan, pada hari biasa pengunjung yang datang ke Tangkuban Parahu per harinya rata-rata mencapai 1.000 hingga 2.000 pengunjung. Namun, kemarin jumlah pengunjung jauh lebih banyak. “Kita tak pernah menargetkan jumlah pengunjung, tapi setiap liburan akhir tahun pengunjung yang datang jumlahnya berkali lipat,” ujarnya.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, lanjut Kaban, maka akan berdampak terhadap penerimaan pajak pemerintah. Disamping itu, juga memberi keuntungan kepada masyarakat sekitar yang berjualan di wilayah Tangkuban Parahu. “Objek wisata ini memberikan multiply effect dan kami berupaya agar pengunjung saat pulang merasa puas,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan pengelola objek wisata favorit lain di Lembang, Floating Market. Jumlah pengunjung ke Floating Market setiap akhir pekan selalu membeludak. Salah satu antisipasi yang dilakukan adalah menambah areal par kir dengan memanfaatkan lahan parkir Tahu Lembang dan menyewa lahan seluas dua hektare yang tak jauh dari lokasi wisata.
“Diperluas bagaimana pun kendaraan yang masuk tak akan tertampung, tapi yang bisa diupayakan bagaimana agar tidak mengganggu arus kendaraan di jalur utama,” jelas pengelola Floa ting Market Perry Tristiano.
Situasi kontradiktif terlihat di sejumlah tempat wisata di Kota Cimahi, seperti Alam Wisata Cimahi (AWC) . Jumlah wisatawan yang berkunjung belum signifikan di hari pertama libur panjang yang bertepatan dengan liburan sekolah.
“Sejauh ini jumlah pengunjung ada peningkatan sekitar 20% tapi belum rame banget, diperkirakan puncaknya nanti tahun baru,” ungkap Senior Public Relation Meylinda Androyani saat ditemui KORAN SINDOdi AWC, Jalan Kolonel Masturi, kemarin, seraya menambahkan puncak pengunjung biasanya terjadi tepat saat tahun baru.
Kunjungan wisatawan ke AWC yang memiliki luas lahan 7 hektare masih didominasi warga sekitar Cimahi meski ada beberapa di antaranya berasal dari luar Kota. “Sekarang sih pengunjung masih dari Cimahi, Bandung, dan ada beberapa dari Jakarta, kadang-kadang ada dari luar provinsi,” ujarnya.
Raden Bagja Mulyana/ Nur Azis
Ribuan kendaraan yang menjejali membuat sejumlah jalan di Lembang macet. Berdasarkan pantauan, antrean kendaraan sudah terlihat sejak pukul 09.00 WIB dari arah Jalan Setiabudi menuju Lembang. Selain didominasi kendaraan pribadi, juga banyak bus pariwisata asal luar kota maupun provinsi.
Menjelang siang arus kendaraan yang naik ke wilayah Lembang kian padat, terlihat tumpukan kendaraan di simpang Panorama Lembang kendaraan berjalan merayap. Arus kendaraan padat juga terjadi di jalur alternatif seperti Jalan Kolonel Masturi. Antrean panjang kendaraan terjadi sejak kawasan wisata Alam Sejuk hingga pertigaan kawasan Beatrix.
Salah satu objek wisata yang diserbu masyarakat adalah Tangkuban Parahu yang sejak, Rabu (24/12), jumlah kunjungannya mengalami peningkatan. Bahkan peningkatan pengun jung secara siginifikan sudah terlihat sejak bulan November lalu. “Untuk wisatawan domestik meningkat sekitar 35 persen dan wisatawan mancanegara mencapai 25 persen,” ucap pengelola objek wisata Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban.
Dia menyebutkan, pada hari biasa pengunjung yang datang ke Tangkuban Parahu per harinya rata-rata mencapai 1.000 hingga 2.000 pengunjung. Namun, kemarin jumlah pengunjung jauh lebih banyak. “Kita tak pernah menargetkan jumlah pengunjung, tapi setiap liburan akhir tahun pengunjung yang datang jumlahnya berkali lipat,” ujarnya.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, lanjut Kaban, maka akan berdampak terhadap penerimaan pajak pemerintah. Disamping itu, juga memberi keuntungan kepada masyarakat sekitar yang berjualan di wilayah Tangkuban Parahu. “Objek wisata ini memberikan multiply effect dan kami berupaya agar pengunjung saat pulang merasa puas,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan pengelola objek wisata favorit lain di Lembang, Floating Market. Jumlah pengunjung ke Floating Market setiap akhir pekan selalu membeludak. Salah satu antisipasi yang dilakukan adalah menambah areal par kir dengan memanfaatkan lahan parkir Tahu Lembang dan menyewa lahan seluas dua hektare yang tak jauh dari lokasi wisata.
“Diperluas bagaimana pun kendaraan yang masuk tak akan tertampung, tapi yang bisa diupayakan bagaimana agar tidak mengganggu arus kendaraan di jalur utama,” jelas pengelola Floa ting Market Perry Tristiano.
Situasi kontradiktif terlihat di sejumlah tempat wisata di Kota Cimahi, seperti Alam Wisata Cimahi (AWC) . Jumlah wisatawan yang berkunjung belum signifikan di hari pertama libur panjang yang bertepatan dengan liburan sekolah.
“Sejauh ini jumlah pengunjung ada peningkatan sekitar 20% tapi belum rame banget, diperkirakan puncaknya nanti tahun baru,” ungkap Senior Public Relation Meylinda Androyani saat ditemui KORAN SINDOdi AWC, Jalan Kolonel Masturi, kemarin, seraya menambahkan puncak pengunjung biasanya terjadi tepat saat tahun baru.
Kunjungan wisatawan ke AWC yang memiliki luas lahan 7 hektare masih didominasi warga sekitar Cimahi meski ada beberapa di antaranya berasal dari luar Kota. “Sekarang sih pengunjung masih dari Cimahi, Bandung, dan ada beberapa dari Jakarta, kadang-kadang ada dari luar provinsi,” ujarnya.
Raden Bagja Mulyana/ Nur Azis
(ftr)